Chapter 15 - The Elites

88 20 17
                                    

"Hei, sedang apa kamu?!" katanya.

"Ya? Saya? Saya sedang betulkan AC, Mas," kataku pada anak muda itu. Lalu anak muda tersebut mengangguk dan berlalu. Aku pun melanjutkan reparasi AC yang bermasalah itu, lalu aku pun mencari ibu-ibu yang tadi lalu melaporkan reparasi ac yang sudah selesai. 

"Wah sudah dingin kembali, terima kasih banyak, Mas. Ini ada imbalan sedikit," katanya selagi membayarkan ongkosnya kepadaku. Aku pun segera beranjak pergi dari rumah itu karena 'tugas'ku sudah selesai. Aku pun kembali ke warung sejenak untuk mengembalikan apa yang kupinjam dari Edi, mengembalikan nomor polisi motornya yang sempat kuganti tadi, lalu aku segera kembali ke kosan untuk melaporkan segala yang kulakukan tadi selama tugas berlangsung. 

Sesampainya di kosan, aku pun disambut oleh sapaan dari Indra yang baru pulang dari kantornya. Indra pulang bersama Faisal, Diki, serta Rizal. Aku pun menyapa balik mereka, lalu segera menuju bengkel untuk beristirahat. Sembari itu, aku mengirim pesan chat ke Sembilan.

"Tugas sudah dilaksanakan, tidak ada kecurigaan dari target. Aku sudah sampai di kosan," kataku. 

"Segeralah ke ruangan saya, Dek. Kebetulan Mas Indra sudah pulang," katanya. Aku pun bergegas menuju ruangannya tanpa diketahui siapapun. Sesampainya di ruangan sembilan, aku pun diantarnya menuju ruangan lingkar dalam, ruang tempat Indra di kosan ini. Terkejutnya aku ketika Faisal ternyata juga ada disini. 

"Eh? Aria? Ada keperluan apa disini? Lalu, Sembilan?" kata Faisal. 

"Aria yang akan menjelaskan kenapa dia ada disini. Silahkan, Aria," kata Indra. 

"Baik, Akan kujelaskan," kataku sembari memakai kembali sarung tanganku.

"Aku berhasil mengambil barang bukti dari rumah tersangka. Menurut Sembilan, dua dokumen ini adalah dokumen kunci yang dibutuhkan untuk bisa melanjutkan kasus penggelapan uang oleh perusahaan rekanan JY Group. Dokumen ini baru saya dapatkan tadi siang setelah menggeledah rumah tersangka," jelasku. Sembilan, Faisal, dan Indra pun memperhatikan penjelasanku lalu Indra mencoba membuka dokumen yang baru saja kuserahkan itu. Terlihat Indra sangat berhati-hati membuka dokumen-dokumen itu menggunakan sarung tangannya. Faisal pun melihatku bingung.

"Bukannya tugasmu cuma jadi seorang mekanik?" katanya. Sembilan pun tersenyum mendengar Faisal. 

"Dia punya keahlian tersembunyi yang tidak diduga," kata Sembilan. Indra pun menanyakan bagaimana aku mendapatkan semua bukti yang dibutuhkan ini, yang lalu kubalas dengan menjelaskan apa saja yang kulakukan tadi, beserta resiko dan penanganan resiko yang akan kulakukan setelah ini. 

"Bagus, ujian percobaan telah selesai. Selamat, kamu sekarang jadi bagian dari elit kosan," kata Indra sembari mengulurkan tangannya padaku. Aku pun menjabat tangannya.

"Terima kasih, akan kulakukan tugasku sebaik mungkin," kataku. Aku pun masih belum mengerti apa itu elit kosan. Sembilan pun menjelaskannya padaku, lalu aku jadi paham. Aku pun lalu berbincang dengan Faisal selaku supervisor dari kosan ini. Dia memang salah satu yang termasuk paling lama ikut dengan Indra. Dia adalah anak didik Indra bersama dengan Rizal. 

Sementara Sembilan adalah orang yang ditugaskan untuk mencari informasi penting dalam kasus-kasus yang bisa dibilang besar. Salah satunya adalah ketika Ia harus mengumpulkan informasi dan mencari orang yang merupakan orang penting dalam kasus yang didalami Indra satu tahun yang lalu, dimana Ia juga harus ikut Indra hingga ke luar pulau untuk menuntaskan kasus yang dikerjakannya.

"Mungkin semuanya mempunyai tugas masing-masing, Sembilan sebagai detektif, Faisal dan Rizal sebagai kaki tangan Indra, dan juga aku sebagai pembobol. Lalu, Rena sedang apa disini? Apa tugas dia?" tanyaku. Rena pun bingung harus menjelaskan padaku seperti apa.

"Rena bukan nama aslinya. Nama aslinya adalah Indy Sri Jaya, dia adalah adik dari Presiden Direktur Indra Satriya Jaya," jelas Faisal.

"HAH?!?!" pekikku yang terkejut bukan kepalang. "Jadi... dia adik Indra?" lanjutku.

"Hehe, maaf ya Aria, sudah membuatmu terkejut. Aku juga baru tahu setahun lalu kalau aku adalah adik dari Kak Indra, dan Kak Indra adalah kakak yang aku cari selama di kosan ini," jelas Rena. Aku pun makin pusing dibuatnya dengan penjelasannya yang cukup jelas itu. Dunia memang sudah gila, pikirku.

The Number ElevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang