Chapter 4 - Berkenalan

138 26 11
                                    

"Aria! Ada apa?" tanya Faisal dengan sedikit panik.

"Nggak tahu, aku merasa ada yang mendekat cepat," kataku. Aku dan Pak Faisal pun menengok ke belakang.

"Doni!" kata Faisal. Mungkin dia juga penghuni kosan ini.

"Hehe, bagaimana? Keren kan, aku melompat dari atap, loh!" kata Doni.

"Loh, kamu free-runner? Tinggi sekali jarakmu melompat," kataku.

"Wah, kamu paham juga ya, anak parkour juga?" kata Doni riang.

"Ehmm.. aku anak motor, sih," kataku.

"Eeh, salam kenal, aku nomor 4, Doni. Kamu pasti nomor sebelas, bukan?" kata Doni.

"Benar, namaku Aria, salam kenal," kataku. Kami bertiga pun berjalan dan sampai di ruang makan. Disana sudah ada banyak orang. Mungkin mereka semua adalah penghuni kosan sebelum aku datang. Pak Faisal pun memperkenalkan aku kepada semua anggota.

"Halo, Aria. Badanmu fit sekali! Perkenalkan, aku dokter disini, Romi. Kau bisa datang padaku jika ada keluhan kesehatan," kata Romi.

"Oh iya, Dokter. Terima kasih, salam kenal," kataku yang berusaha ramah dengan semua anggota kosan disana. Aku berkenalan dengan Siska, cewek ramah yang berpostur tegap dan kuat, lalu Diki,  pemuda gondrong berkacamata yang cuek dan jutek, dan juga Mas Sembilan, pria berambut merah dengan kantung mata dan ekspresi aneh yang selalu membawa boneka kemanapun Ia pergi.

"Ah iya, kau tahu? Tadi sebelum masuk ruangan tadi pagi, aku sempat dihadang pria bertubuh tinggi besar, berkumis dan jenggot, lalu-"

"Lalu dengan rambut menutupi kedua matanya?" potong Faisal.

"Eh, iya itu, dia siapa?" tanyaku.

"Namanya Rizal. Dia adalah pengawal pribadi pemilik kosan ini. Mungkin besok kamu bisa bertemu dengan pemilik serta berkenalan dengan Rizal," jelas Faisal.

"Eh, begitu. Okay," kataku sembari melanjutkan makan dan berbincang dengan orang-orang yang baru kukenal ini. Tak berapa lama, aku pun dikejutkan dengan sosok wanita cantik berambut hitam pendek yang baru saja datang.

"Aduh maaf terlambat," katanya sembari mengambil tempat duduk. Ia lalu memandang ke arahku.

"Eh, siapa ya? Apa kita pernah bertemu?" katanya.

"O-oh, aku Aria, aku penghuni baru disini, nomor sebelas," kataku.

"Ah penghuni baru. Salam kenal, namaku Fani, si nomor tujuh, kembaran Faisal," jelasnya. Tunggu, dia bilang dia kembaran Faisal? Aku pun memastikannya dengan melihat wajah mereka berdua berulang kali.

"Hm benar juga, kalian hampir gaada bedanya," kataku polos. Fani pun tertawa kecil melihatku. Aku dibuat malu olehnya.

Kami pun hampir menyelesaikan sesi makan malam kami. Aku berbincang dengan Doni, Siska, dan juga Dokter Romi. Entah kenapa aku merasa bisa akrab dengan mereka. Jadi aku tidak khawatir lagi. Tak lama, seorang perempuan datang ke ruang makan. Rambut hijaunya terurai, matanya berbinar ketika memasuki ruangan ini. Wajahnya pun sangat familiar di mataku. Aku pun terhenyak lalu berdiri tiba-tiba sembari melihat wanita itu.

"Kau... Rena?" kataku.

The Number ElevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang