"Ah, pertanda apa ini?" batinku. Lalu aku pun meminum kopi yang disajikan Edi, lalu pergi lagi. Setelah berkeliling kota, aku pun memutuskan untuk kembali ke kosan. Aku pun terkejut melihat barang-barangku sudah berada diluar pintu kamar.
"Apa maksudnya ini?" kataku. Aku lupa kalau aku belum membayar uang bulanan kosan ini. Aduh, aku langsung pegang kepala dan memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya.
"Permisi, selamat sore," kata orang yang menepuk bahuku dari belakang. Dia menepukku bahkan sebelum aku selesai berpikir.
"O-oh, selamat so- eh? Mas yang tadi?" kataku terkejut melihat orang yang menepukku barusan.
"Betul, kita bertemu tadi siang, dan anda membetulkan mobil saya. Saya puas dengan kerja anda, makanya tadi saya bayar tanpa anda minta," jelasnya.
"Ohh, tidak perlu begitu. Aku juga senang bisa membantu dengan apa yang aku bisa," kataku.
"Baik, perkenalkan, nama saya Faisal. Saya disini ditugaskan untuk menjemput anda untuk pindah," jelasnya lagi.
"Eh? Pindah? Kemana?" kataku penuh tanya.
"Sudah jelas kan. Ke KOSAN 95," katanya.
"Eh? Jangan-jangan kau yang meneleponku tadi pagi?" kataku.
"Eh? Tadi pagi anda terima telepon?" tanyanya. Aku pun mengalihkan pembicaraan dan kembali bertanya tentang KOSAN 95 yang Ia sebut sebelumnya.
"Sebelum itu, bisakah saya melihat undangan anda? Anda pasti menerima amplop berwarna kuning, kan?" katanya. Kukeluarkan amplop itu dari tas pinggang yang kukenakan. Ia lalu menyobek lapisan pertama amplop itu dan menggosoknya dengan koin.
"Baik, anda benar-benar nomor sebelas. Sekarang, anda bersedia untuk pindah ke KOSAN 95?" katanya. Kata-katanya barusan membuatku berpikir sejenak. Jika memang petunjuk itu kubutuhkan, aku harus terima tawaran ini. Tapi, aku saja tidak ingat siapa wanita yang ada dalam foto itu. Perasaanku mengatakan aku mengenal baik perempuan itu.
"Baik, aku akan terima tawaranmu untuk masuk kosan itu," kataku.
"Baiklah, staff saya akan segera membereskan barang-barang anda," kata Faisal. Aku tertegun melihat orang-orang berseragam serba hijau mengangkat barang-barangku.
"O-ooh, makasih, makasih," kataku pada mereka.
"Baik, apa anda bisa ikut dengan saya sekarang?" kata Faisal.
"Eh? Bukannya aku akan menaiki motorku sendiri?" kataku polos. Faisal pun berpikir sejenak.
"Baiklah. Ikuti arah jalan mobil saya, ya. Pastikan jarak anda tidak terlalu dekat," katanya. Aku menyanggupi permintaannya.
Aku lalu berjalan beriringan dengan mobil mewah milik Faisal itu. Setelah setengah jam berjalan, akhirnya kami pun sampai ke sebuah rumah besar berpagar kayu yang tinggi sekali. Aku pun masuk mengikuti Faisal. Seketika nampak bangunan yang sangat luas dan megah.
"Wah, ini beneran rumah kos?" celetukku.
"Benar, disinilah KOSAN 95, tempat tinggal barumu. Mari saya antar ke ruangan saya," kata Faisal. Aku pun turun dari motorku lalu mengikuti kemana Faisal melangkah. Ketika hendak memasuki ruangan itu, aku pun dihadang lelaki tinggi besar dan berjenggot.
"Maaf, siapa anda?" tanyanya tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Number Eleven
FanfictionThis is a fanfiction from didiwalker's KOSAN 95! Aria, pemuda sebatang kara yang bekerja sebagai montir di sebuah bengkel, bertemu dengan kesempatan untuk menemui wanita yang berharga dalam hidupnya. Tapi sebelum itu, Ia harus memasuki tempat baru...