"Oke, aku segera kesana," kataku menutup telpon.
"Aku akan pergi ke tempat kawanku untuk mengambil spare part yang dibutuhkan. Aku mengambil engine block yang dibutuhkan. Aku akan segera kembali," kataku sembari memacu kuda besiku ke tempat langgananku.
"Ada mesin meledak?" kata Dito, kawanku.
"Iya, kemungkinan karena limiter nggak dipasang. Tapi seharusnya ledakannya nggak separah itu. Apa ada yang ngerjai, ya?" kataku.
"Apapun kan bisa terjadi, bos. Mendingan jaga-jaga aja," katanya. Kupikir-pikir lagi, iya juga. Tidak mungkin ledakan separah itu hanya karena ECU.
"Oke, kalau begitu aku juga mau ambil knalpot A8 ya, untuk motor yang sama," kataku. Aku pun mengambil segala yang mungkin dibutuhkan dan langsung bergegas menuju kosan. Sesampai kosan, Doni sudah menungguku. Ia lalu melihat-lihat motorku sembari aku melihat-lihat motornya juga.
"Uwah, keren! Benar-benar ada dua blok!" serunya.
"Itulah mesin V-Twin khas motor seperti ini. Mempunyai dua blok yang akan menambah torsinya," kataku. Aku lalu melihat-lihat lagi apa yang salah di motor Doni. Kukihat lagi, aku terkejut melihat sesuatu terjadi di knalpotnya.
"Ah sudah kuduga. Don, apa ada yang iseng melubangi knalpotmu?" tanyaku.
"Eh? Knalpotku bolong?" kata Doni sambil memeriksa knalpot motornya. Lalu aku segera membongkar motor Doni.
"Eehhh ditelanjangin?" kata Doni terkejut.
"Ya, biar lebih mudah copot pasangnya," kataku singkat. Aku lalu melepas segala yang menempel, sehingga aku dapat melepas mesin dan knalpot dari badan motor ini. Tak lupa aku melepas ECU motor ini sembari aku memeriksa mesin dan membongkarnya pelan-pelan. Selesai menggarap mesin dan memasang knalpot baru, aku pun menuju kamar untuk mengambil laptop, lalu berjalan kembali ke halaman kosan.
Ketika aku jalan kembali, aku melihat satu sisi tembok yang berlubang, lalu aku melihat kearah sana. Disana Diki sedang bekerja. Cocok sekali.
"Ada apa?! Jangan lihat-lihat!" katanya. Judes sekali.
"Ehm nggak, aku cuma berpikir apa kau punya kabel BRT?" kataku.
"Kabel BRT? Untuk apa?" katanya ketus.
"Untuk memprogram ulang ECU motornya Doni, aku cuma bisa pakai laptop ini," kataku. Ia pun masuk lalu keluar lagi memberikanku kabel yang aku butuhkan.
"Wah, langsung ke USB, terima kasih, Diki," kataku.
"Baru kenal sehari sudah memanggilku dengan panggilan itu. Sudah, jangan ganggu aku!" katanya yang langsung menutup pintu. Aih, bukannya namanya memang Diki ya? Pikirku singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Number Eleven
FanfictionThis is a fanfiction from didiwalker's KOSAN 95! Aria, pemuda sebatang kara yang bekerja sebagai montir di sebuah bengkel, bertemu dengan kesempatan untuk menemui wanita yang berharga dalam hidupnya. Tapi sebelum itu, Ia harus memasuki tempat baru...