"Kau... Rena?" kataku.
"Eh? Siapa? Apa kita pernah bertemu?" tanya Rena. Aduh, saking lamanya berpisah, sampai Ia lupa padaku.
"Ini aku! Aria! Ingat? Di sekolah dulu, aku pernah tidak sengaja melukaimu dengan bola basket," kataku. Kulihat dia sedang mengingat-ingat kejadian itu.
"Ooohh, Aria yang itu! Wah, lama sekali tidak berjumpa! Tapi.. kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Rena.
"Tunggu, kalian saling kenal?" kata Faisal.
"Iya, aku bersekolah di SMA yang sama dengan Rena. Ada insiden yang akhirnya membuat kita jadi teman, ya kan Rena?" kataku.
"Benar. Kami berteman sampai akhirnya berpisah karena aku memutuskan untuk hidup sendiri," kata Rena.
"Berarti kau nomor sebelas? Aku nomor sepuluh, Aria. Mohon kerjasamanya ya!" lanjutnya ramah. Aku lega. Paling tidak, ada seseorang yang kukenal di kosan ini. Aku dan Rena pun berbincang. Kami bercerita tentang apa yang kami lalui selama kami belum bertemu. Dan yah, perbincangan yang menyenangkan. Aku pun kembali ke kamar, menyalakan laptop sejenak, lalu tidur.
Keesokan harinya aku bangun pagi. Aku hanya memeriksa laptop dan mengerjakan draft-draft laguku yang terbengkalai. Ya, sembari kerja menjadi seorang mekanik, aku menghabiskan waktu luang dengan membuat lagu.
DUAR! Suara ledakan yang membuatku dan seisi kosan terkejut. Semua pun berkumpul di halaman kosan melihat apa yang terjadi.
"Doni, ada apa?" kata Faisal.
"Tidak tahu, motorku tiba-tiba meledak sendiri waktu kupanaskan hari ini," kata Doni setengah bingung. Semua orang tampak sedikit panik melihat asap yang keluar dari motor Doni. Aku pun langsung bergegas menghampiri Doni.
"Kenapa, Don? Motornya meledak?" tanyaku.
"Iya, nggak tahu kenapa," kata Doni. Doni bilang Ia sering menserviskan motornya di bengkel, tapi akhir-akhir ini Ia merasa motornya terlalu cepat.
"Hm begitu, kalau begitu tunggu sebentar, aku akan ambil alat di motorku," kataku yang menuju motorku untuk mengambil kotak perkakas.
"Eehh, jadi Harley ini punyamu?" tanya Doni.
"Iya, aku dapat mesinnya dari seseorang, lalu aku merakit sendiri motor ini," kataku. Lalu aku beranjak memeriksa motor Doni.
"Eh, hebat juga. Kamu mekanik?" kata Doni.
"Sudah kubilang, kan? Aku anak motor," gurauku. Aku lalu melihat-lihat mesin doni yang panas itu.
"Blown engine, ya? Apa karena ECU-nya dimodifikasi?" kataku.
"Hm aku kurang paham, tapi hari ini aku tidak mendengar suara over rev sama sekali," kata Doni. Lalu aku bilang untuk mengganti blok mesin, mendengar itu Doni pun sakit kepala.
"Tenang, serahkan saja padaku. Ini motor racing, kan?" kataku sembari melihat ponsel dan menelpon seseorang.
"Kau disitu? Aku butuh paket ganti blok mesin motor racing 250cc. Oke, aku segera kesana," kataku menutup telpon.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Number Eleven
Fiksi PenggemarThis is a fanfiction from didiwalker's KOSAN 95! Aria, pemuda sebatang kara yang bekerja sebagai montir di sebuah bengkel, bertemu dengan kesempatan untuk menemui wanita yang berharga dalam hidupnya. Tapi sebelum itu, Ia harus memasuki tempat baru...