Chapter 16 - Hari Sabtu

79 17 9
                                    

Dengan keputusan hari ini, KOSAN 95 terbagi menjadi enam tim, setelah sebelumnya hanya terbagi menjadi lima tim. Tim tambahan yang terbentuk adalah timku, dengan aku dan Sembilan yang menjadi anggotanya. Tim ini akan menjalani tugas investigasi yang mendapat perintah langsung dari Indra. Sembari memikirkan apa yang akan aku kerjakan nantinya sebagai elit dan anggota tim investigasi, di tengah malam ini, aku mencoba menenangkan diriku sendiri dengan rokok yang kupunya. 

"Hati-hatilah, jangan sampai ketahuan yang lain," bisik seseorang dari belakang. Aku pun refleks menoleh ke belakang dan ternyata..

"Ah, aku tahu, Don. Aku kira siapa, bikin kaget saja," kataku, sambil menyalakan rokok yang baru. 

"Seperti yang kau terka, Indra, Faisal, dan kawan yang lain tidak terlalu suka perokok. Jadi berhati-hatilah jika kau ingin merokok disini," kata Doni. Untung saja aku melakukan itu selalu waktu tengah malam. 

"Kalau begitu, kutinggal ya? Ada sesuatu yang harus aku selesaikan," kata pria berbaju merah itu. Kalau diperhatikan, baju merah itu memiliki tudung. Lalu dari atas sini, kulihat semua penjaga yang dinaunginya juga memakai pakaian bertudung merah. Kulihat Doni sedang berbincang dengan Siska. Sikap, ekspresi dan gestur tubuh Siska terlihat seakan-akan Ia memberi perintah pada Doni. Apa ini firasatku saja, ya?

Paginya, aku kembali terbangun di jam yang cukup pagi, jam enam. Kulihat Faisal sedang melakukan olahraga ringan di halaman kosan. 

"Pagi, Aria. Sudah bangun?" sapanya. Aku pun balik menyapanya sembari berjalan ke dapur untuk mengambil sebotol air mineral. Lalu aku beranjak ke saung untuk menikmati udara pagi yang cukup segar ini. 

"Hari ini hari Sabtu, apa kau ada jadwal?" tanya Faisal.

"Aku hanya akan ke bengkel besar sebentar untuk membeli spare part yang habis. Ada apa?" kataku.

"Nanti malam, akan diadakan acara barbecue untuk merayakan ulang tahun Rena. Kau mau ikut, kan?" kata Faisal.

"Untuk nanti malam, aku tidak akan kemana-mana, jadi sepertinya aku akan ikut," jawabku. Faisal tersenyum tenang mendengar perkataanku. Lalu satu per satu penghuni kosan pun akhirnya menampakkan batang hidung mereka, dengan rutinitas seperti biasa, semua penghuni pun sarapan bersama. Aku pun mengobrol dengan Rena tentang apapun yang akan dia bicarakan. Dia memang sedikit susah ditebak.

Selepas sarapan, aku menuju bengkel untuk mengecek persediaan alat, spare part, dan bahan untuk reparasi otomotif dan mencatat apa saja yang harus kubeli di bengkel besar. 

"Aria, mau kemana?" kata Rena yang tiba-tiba berada di belakangku. Aku heran, kenapa semua orang disini begitu doyan mengejutkanku.

"Aku mau ke bengkel besar, membeli spare part dan bahan yang kurang untuk kendaraan-kendaraan disini," kataku.

"Wah! Boleh aku ikut?" kata Rena dengan mata polosnya yang berbinar itu. Mana mungkin aku tega menolak permintaan bocah lugu satu ini. 

"Yasudah, minta izin sama kakakmu dulu sana. Kalau diizinkan, kembalilah kesini," bisikku di telinganya. Ia pun mengangguk girang lalu segera pergi ke ruangan Indra. Singkat cerita, aku pun pergi membeli spare part bersama Rena di bengkel besar itu, lalu pulang di sore hari. Sesampainya di kosan, terlihat semua orang sedang berkumpul di ruang makan dengan tatapan yang sama sekali tidak baik. Ada apa ini? pikirku. Aku dan Rena pun langsung bergabung ke pembicaraan mereka.

"Jadi untuk malam ini, acara dibatalkan karena keadaan darurat," pungkas Faisal dalam perkataannya. Aku dan Rena pun kaget. 

"Faisal, ada apa ini?" kataku bingung. Faisal pun menjelaskan bahwa nanti malam diprediksi akan ada serangan musuh. Ini adalah kesekian kali Kosan 95 diserang oleh pihak tidak dikenal. Dan penyerangan terakhir terjadi tepat sehari sebelum Rena masuk ke kosan ini. Rapat pun ditutup dengan rencana pertahanan kosan yang sudah disetujui semua personil di Kosan 95. 

Malam hari itu, terlihat seseorang datang untuk bertamu. Aku yang berjaga di pos pun menanyakan namanya.

"Rudy. Rudy Laksamana Jaya," katanya. Aku pun melapor pada Faisal dan Indra melalui media komunikasi, lalu Faisal pun bergegas menemui Rudy.

"Kenapa kau kesini?!" kata Faisal, panik. 

"Aku hanya ingin bicarakan sesuatu dengan Indra, ada hal penting-"

DUAR!!

"Suara apa itu?!" pekik Faisal.

The Number ElevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang