Rena pun beranjak menemui Indra yang baru saja pulang dari kantornya. Aria yang baru menyadari ada mobil Indra di kosan pun heran.
"Dia sudah pulang? Bukannya Indra orang sibuk ya?" kata Aria kepada Fani.
"Ya begitulah, presiden direktur. Dia datang ke kantor hanya saat ada keperluan besar saja. Sisanya, Faisal yang mengurus," katanya. Aria mengangguk faham. Ia lalu bergegas ke dapur dan mengambil minuman karena hari sudah mulai terik.
Di lingkar dalam, Rena sudah berkumpul bersama Indra, Rizal dan Rudy. Mereka membicarakan tentang teman Rena yang ternyata adalah pimpinan keluarga Saga.
"hee, jadi ada orang seperti itu di kampusmu? Menarik juga," kata Rudy.
"Iya maklum sih, Kak Rudy. Kampusnya saja kampus mahal," balas Rena. Indra pun melihat raut muka Rena yang masih khawatir akan kejadian tadi di jalan.
"Ada apa? Kamu terlihat gelisah," kata Indra.
"Eh- ng-nggak apa-apa kok, Kak. Aku cuma khawatir sama Aria, tadi dia habis nabrak orang," kata Rena. Rizal pun terkejut dengan kata-katanya.
"Tadi kamu dijemput Aria, betul?" kata Indra.
"Iya, Kak, aku dibonceng sama Aria," kata Rena. Mendengar itu, Rizal hendak keluar menemui Aria.
"Maaf, tuan, saya harus permisi," kata Rizal.
"Ya, kamu boleh meninggalkan ruangan ini," kata Indra. Indra berpikir, RIzal hanya kaan berjaga di depan pintu. Setelah keluar dari ruangan itu, Rizal langsung buru-buru menuju halaman kosan. Disitu nampak Aria sedang bersantai dengan Fani di saung.
"Rizal kenapa buru-buru banget ya?" kata Fani. Aria hanya menaikkan pundaknya.
"Aria!!" pekik Rizal. Suaranya yang lantang itu lantas mengejutkan semua orang disitu. Termasuk Aria yang namanya dipanggil.
"Kenapa sih orang ini?" kata Aria. "Ada apa lagi, Rizal?" tanyanya kepada Rizal.
"Tadi apa yang terjadi sama kalian berdua selama kecelakaan?!" tegas Rizal.
"Hah? Tidak ada apa a-" belum selesai Ia bicara, Rizal sudah mencengkeram kerah kausnya.
"Tadi ada kecelakaan, kan? Jawab!" kata Rizal. Aria pun mengerti apa yang dimaksud Rizal.
"Oh, itu. Tadi memang ada sedikit insiden, tetapi Rena tidak apa-apa, kok! Lagipula kecelakaan itu bukan salahku!" kata Aria.
"Kamu mau coba cari masalah denganku? Bagaimana kalau Rena ada apa-apa?" kata Rizal.
"Sudah kubilang itu bukan salahku! Masih saja ngeyel, uh!" kata Aria sembari mendorong Rizal untuk melepaskan cengkramannya. Melihat itu, Fani pun keburu kabur ke dapur. Di dapur pun sejumlah orang sudah penasaran apa yang terjadi dengan mereka berdua di halaman kosan.
"Ada apa sih itu?" kata Doni.
"Gatau, tiba-tiba udah tegang aja mereka," kata Fani. Siska pun beranjak ke pintu dapur dan melihat mereka berdua sudah adu pukul.
"Waduh waduh, memang kelakuan laki-laki ya. Sukanya baku hantam," kata Siska. Fani pun langsung menghampiri Siska dan melihat kejadian adu pukul itu.
"Waduh, gimana nih? Mana berantemnya sama Rizal pula, susah ngelerainya," kata Doni. Di sisi lain Aria berusaha menangkis tiap pukulan Rizal dan berusaha membalas pukulannya, yang lagi-lagi ditahan oleh Rizal.
"Waduh, Budi, bisa minta tolong laporkan ke Pak Agus?" kata Fani. Budi pun menyanggupi dan langsung menghubungi Pak Agus yang ada di halaman belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Number Eleven
FanficThis is a fanfiction from didiwalker's KOSAN 95! Aria, pemuda sebatang kara yang bekerja sebagai montir di sebuah bengkel, bertemu dengan kesempatan untuk menemui wanita yang berharga dalam hidupnya. Tapi sebelum itu, Ia harus memasuki tempat baru...