Chapter 10 - Permintaan Dikabulkan

101 19 6
                                    

Pagi harinya, aku terbangun terlalu pagi. Kulihat jam pada ponsel pintarku yang menunjukkan masih pukul tiga dini hari.

"Astaga. Masih jam segini?" gumamku. Aku pun mencoba kembali tidur, tetapi sepertinya tubuhku tidak mengizinkanku. Sial, batinku. Aku pun keluar dari kamar untuk mencari udara segar. Hingga sampailah aku di tangga besar kosan. Tempat yang menurutku enak untuk bersantai.  Lalu duduklah aku di salah satu anak tangga, bersandar di tembok tangga itu, lalu segera menyalakan rokokku. Aku pun melamun sembari melihat foto wanita yang kudapatkan dari surat itu.

"Hei, sebenarnya siapa kau? Kenapa aku tidak bisa mengingatmu?" gumamku sambil melihat wajah wanita itu. Tak lama kemudian, rokokku pun habis, lalu aku kembali ke kamarku. Tiba-tiba, aku dicegat oleh seseorang.

"Sedang apa kau malam-malam begini?" katanya.

"Aku hanya sedang cari angin sebentar. Aku terbangun jam segini dan tidak bisa kembali tidur," kataku. Orang itu pun memperlihatkan dirinya.

"Ah, ternyata kamu. Sedang berjaga?" kataku.

"Ya, karena kamu juga masih baru disini, aku tidak bisa langsung percaya," kata orang itu, yang tak lain adalah Doni. Aku pun mulai mengerti situasi di tempat ini.

"Gimana kalau aku temani kamu berjaga? Aku tidak bisa tidur lagi," kataku.

"Apa aku tidak salah dengar?" kata Doni.

"Ah, kalau kau tidak mau juga tidak masalah. Ya sudahlah, aku kembali ke kamar dulu. Mencari kesibukan," kataku. Aku pun kembali ke kamar dan membiarkan Doni disana.

Paginya, aku terbangun karena suara yang cukup gaduh dibawah. Ada apa lagi hari ini, hingga jadi seramai ini? pikirku. Aku pun keluar kamar lalu melihat orang-orang berseragam hijau-hijau di kosan.

"Eh, kalian siapa?" tanyaku polos kepada salah satu dari mereka.

"Oh, kami petugas perawatan kosan, yang menjaga agar kosan tetap bersih dan juga terawat," katanya. Ah begitu, kupikir siapa. lalu kulihat keluar, lalu ke halaman kosan. betapa terkejutnya aku ketika ada banyak barang perbengkelan diturunkan di sebuah ruangan kosong. Dan kali ini seragam mereka beda. Tanpa pikir panjang aku langsung menghampiri mereka.

"Em, permisi, apa ruangan ini hendak dijadikan bengkel?" kataku.

"Oh, anda tuan Aria, ya? Benar, ruangan ini akan dibuatkan bengkel khusus untuk anda, Tuan," kata orang itu. Wah, ini gila, pikirku. Baru saja kemarin aku minta, sekarang sudah disediakan ruangan beserta alat-alatnya. Aku pun ikut menata bengkelnya agar dapat disesuaikan seperti seleraku. 

"Nah, apakah sudah selesai?" kataku.

"Sudah, Tuan. Bengkel ini sudah siap beroperasi," katanya. Aku pun berterima kasih, lalu keluar untuk mencari kendaraan baru. Yap, mobil boks untukku mengangkut barang-barang untuk bengkelku sendiri. Aku dapat mobil boks yang cukup murah sehingga dapat kubawa pulang hari ini juga ke kosan. Aku pun pulang membawa mobil boks baru itu lalu segera berkumpul dengan yang lain untuk sarapan. Kali ini, yang sarapan bersamaku adalah Siska, Doni, Budi, dan Dokter Romi.

The Number ElevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang