Chapter 55 - Ledakan Perang

29 5 0
                                    

Semua pasukan nampak saling menyerang satu sama lain. Pasukan Siska yang serba merah, dan pasukan Arthur dan Marcus yang mengenakan pakaian serba biru, bagaikan melihat pertarungan antara air dan api. Merekalah yang menentukan, apakah api ini bisa padam, atau justru air yang akan kalah dan menguap.

Peperangan berlangsung sangat sengit, kedua kubu tidak sedikitpun menunjukkan tanda melemah atau bahkan menyerah. Dari lantai paling atas gedung, terlihat Brenda dan Rena melihat pertempuran tersebut dari jendela ruang penyekapan.

"Kak Siska... Kak Doni... kumohon... jangan kalah," kata Rena.

"Tenanglah, Rena. Kita pasti bisa selamat. Aku yakin mereka akan menang," kata Brenda, menguatkan Rena.

"Bagaimana rasanya, terjebak di situasi ini kedua kalinya?" tanyanya.

"Tetap menakutkan, apalagi, penyekap kita memiliki level yang berbeda dibandingkan dengan Zack dulu," kata Rena.

Dengan kedua tangannya, Siska berhasil menjatuhkan lebih dari delapan orang. Semenjak itu, situasi perang berubah. Alur pertarungan sedang berpihak pada Tudung Merah.

"Semuanya! Nyalakan merah kalian!" seru Siska. Sorakan dari anggota Tudung merah tidak terbendung lagi. Doni yang berada dalam mode panasnya, menjatuhkan sepuluh orang, yang membuat tim Tudung Merah mendapatkan keuntungan yang besar sekali lagi.

"Tch! Bagaimana mungkin mereka bisa menang?!" kata Arthur.

"Nggak ada pilihan lain. Kita maju," ujar Marcus sembari berjalan maju ke peperangan. Mereka berdua berpencar. Arthur, sang adik, mulai mengganggu operasi Doni, sedangan Marcus, sang kakak kedua, menghadapi Siska.

"Sudah puas main-mainnya, bocah?!" seru Arthur.

"Nah gitu dong turun, masa beraninya main kandang," ledek Doni.

"Kamu ini!!" seru Arthur yang terpancing ledekan Doni. Arthur menyerang Doni dengan pukulan terkuatnya. Namun, Doni berhasil menahan sekaligus menghindari pukulannya. Di saat yang bersamaan, Doni melancarkan tendangan mautnya tepat di dagu Arthur, hingga Arthur terpental kebelakang.

"Gimana main sama aku? Seru?" ledek Doni lagi.

"Grrrrr! Kamu ya!!" kata Arthur sembari menyerang Doni.

Sementara itu, pertarungan Marcus dan Siska berlangsung sengit. Pukulan demi pukulan, tendangan demi tendangan, serta tangkisan sudah saling dibalaskan. Mereka bertarung dengan imbang.

"Kuat juga kamu. Aku salah telah meremehkanmu," kata Marcus.

"Kenapa? Karena aku perempuan? Gini-gini kan, aku pemimpin mereka, loh," kata Siska. Marcus lalu memberikan serangan kejutan, yang untungnya berhasil Siska hindari. Sebagai balasan, tendangan keras diluncurkan Siska tepat ke arah rusuk Marcus. Marcus pun tertunduk.

"Cuma segini kemampuan anak orang kaya? Aku juga anak orang kaya, loh, walaupun nggak selemah kamu," kata Siska sembari menyerang Marcus dengan tendangannya. Hampir saja Marcus terkena serangan telak untuk kedua kalinya, Ia berhasil menangkis tendangan Siska.

"Sekarang aku akan serius," ujarnya. Siska tersenyum, dan pertarungan mereka pun dimulai lagi.

Kedua pasang petarung ini bertarung dengan sengit. Doni dan Siska yang sempat terjatuh, memilih untuk bangkit dan kembali melawan. Hal yang sama juga terjadi dengan pasukannya, yang tetap bangkit karena melihat kedua pemimpinnya terus bangkit dan menolak untuk menyerah.

Sampai akhirnya, kedua kakak beradik itu jatuh secara bersamaan. Kejadian itu meningkatkan mental dan semangat pasukan Tudung Merah, yang bisa membuat mereka mendominasi peperangan ini.

The Number ElevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang