Chapter 32 - Malam Pekan Raya

42 14 6
                                    

Akhirnya petang pun tiba. Semua anggota kosan sudah bersiap, berias diri dan berangkat menuju Pekan Raya Jakarta. Indra, Faisal, Diki dan Rizal satu mobil. Budi, Romi dan Doni berada di mobil lain. Sementara Siska, Fani, Aria dan Rena ingin pergi naik motor. Sementara Sembilan dan Pak Agus tetap di kosan untuk berjaga.

"Kalau ada kerak telor yang enak, Bapak titip bungkuskan ya, hoho," katanya kepada Aria dan Rena.

"Siap, Pak Agus. Saya tahu betul favorit Bapak, hehe," kata Aria. 

Rena lalu berangkat, dibonceng Fani. Siska dengan motor trail Aria yang satu lagi. Sedangkan Aria naik moge kesayangannya itu. Dan sesuai ekspektasi mereka, mereka yang naik motor sampai setengah jam lebih dulu dari yang lain yang naik mobil.

"Nah kan, kita sampai duluan," kata Siska.

"Wah iya loh. Lebih cepat kita," kata Rena.

"Yaiyalah, mereka kejebak macet, kita tinggas was wes wos wus" kata Aria. Semua pun tergelak. Tak lama mereka pun berjumpa dengan Brenda, kecuali Aria. Aria sudah kedalam lebih dulu untuk membeli satu pak rokok.

"Hai Brenda, Carla, aku seneng kalian dateng," kata Rena.

"Iya, kita datang kesini. Sesekali pengen lah seneng-seneng," kata Brenda, yang disambut anggukan Carla. Brenda lalu menyapa Fani, lalu melihat ke arah Siska yang menurutnya tidak asing.

"Kalo Kakak... kalau tidak salah, Siska dari keluarga Adamar?" kata Brenda.

"Eh? Kamu tahu aku? Salam kenal ya, namamu Brenda ya? Kayak nggak asing," kata Siska, mengulurkan tangannya. Brenda menyambut tangan Siska dengan jabatan.

"Mungkin ini pertama kali kita ketemu, Kak. Tapi saya tahu Kakak dari paman-paman saya. Kenalkan, saya Brenda dari keluarga Saga," kata Brenda.

"Eh, dari keluarga Saga toh. Pantesan kayak nggak asing," gelak Siska.

"Hehe, iya Kak. Ini adikku Carla," kata Brenda. Carla dan Siska pun berkenalan. Mereka lalu kedatangan sosok Faisal, yang langsung menemui mereka begitu mereka sampai.

"Halo Brenda, Carla, akhirnya kita ketemu juga, apa kabar kalian?" kata Faisal.

"Baik, Kak, Kak Faisal kelihatan bugar ya hari ini," kata Brenda.

"Iya ih, Kak Faisal jadi ganteng," kata Carla. Kata-kata polos Carla membuat tertawa semua orang disitu. Mereka lalu masuk ke dalam, diikuti oleh warga kosan yang lain. Sedangkan Indra dan Rizal masuk belakangan.

"Wah, ramai sekali. Banyak sekali makanan enak disini," kata Doni.

"Wah, aku jadi ngiler," kata Diki. Mereka berdua pun bergerak mencicipi makanan-makanan yang dijual di festival itu. Dan seperti biasa, Diki mengenakan masker dan kacamatanya agak tidak terlalu dilihat orang. Sedangkan cewe-cewe, bersama Faisal, pergi ke sudut yang lain. Sambil berjalan bersama, Rena pun clingukan kanan kiri, mencari keberadaan Aria.

"Kenapa? Nyari aku?" kata Aria yang tiba-tiba sudah di belakang Rena.

"Uwah! KAget tau!" kata Rena.

"Loh, Aria baru kesini?" kata Faisal.

"Dari tadi sih, Sal. Cuma nyari sesuatu dulu tadi," kata Aria sembari memainkan korek antiknya.

"Aria, ini temanku di kampus, Brenda dan Carla. Brenda, Carla, ini yang menjemputku pake moge kemarin, Aria. Berkenalanlah," kata Rena. Aria dan Brenda lalu berjabat tangan.

"Halo, Kak Aria. Panggil saja Brenda, ini adikku Carla," kata Brenda, melihat sosok Aria yang nampaknya lebih tua darinya dan Rena.

"Oh, ya, Brenda, Carla, salam kenal ya. Kita seumuran, kok, Rena temanku di SMA, jadi nggak usah pake Kak ya," kata Aria, kikuk, berkenalan dengan orang baru. Brenda pun mengangguk paham.

The Number ElevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang