Chapter 23 - Kelompok

58 15 29
                                    

"Eh? Bukannya Tudung Merah sudah menguasai hampir seluruh kelompok di wilayah ini?" kata Doni dengan ekspresi penuh tanda tanya.

"Ada satu kelompok yang tak pernah berhasil kita kuasai. Satu kelompok yang lebih kecil dari kita, tetapi punya kekuatan lebih besar daripada yang kita semua punya," jelas Siska.

"Eh?"

"Ya. Mereka yang menamai dirinya kelompok Gagak. Geng motor itu hanya punya 54 anggota, jauh jika dibandingkan dengan Tudung Merah. Tetapi hari itu.." Siska menghentikan pembicaraannya sejenak.

"Hari itu?" kata Doni.

"Zack dan aku mengumpulkan sebanyak mungkin anggota Tudung Merah. Jumlahnya lebih dari dua kali lipat jumlah mereka. Tapi kita kalah telak," kata Siska. Doni pun tercengang mendengar ucapannya.

"Sekalipun dengan cara kotornya, Zack pun tak berdaya di hadapan pemimpin kelompok itu. Manusia bertopeng, yang disebut sebagai 'Si Macan Kumbang'. Aku pun demikian," kata Siska. Siska lalu termenung.

"Kalau saja waktu itu kita menang, apa yang akan terjadi dengan kelompok kita?" gumamnya.

"Maafkan aku, saat itu aku-"

"Tidak usah meminta maaf, Doni. Ini memang sudah diluar kendali kita. Kepergianmu saat itu bukan alasan kekalahan Tudung Merah," kata Siska.

Keesokan harinya, Aria mengantar Rena ke kampusnya seperti biasa. Sesampai di kampus, ia memarkirkan motornya.

"Duluan ya, Aria," kata Rena.

"Hati-hati ya, ceroboh," kata Aria. Rena pun menunjukkan ekspresi cemberutnya, lalu pergi menuju teman-teman yang menyapanya. Ya, Brenda dan Carla. Aria pun segera berlalu pergi dan kembali ke kosan. Sesampainya di kosan, Ia pun mengambil minuman dan bersantai di saung.

"Aduh, panas sekali," gumam Aria. Tidak lama kemudian, Rizal ikut duduk di sebelahnya. Dengan posisi duduk yang tidak santai, lalu menatap Aria dengan tatapan datar.

"Eee... dia tidak terlambat, tidak usah khawa-" Rizal semakin mendekatkan tatapannya. "Maksudku aku tidak terburu-buru! Santai sajalah!" pekiknya.

"Tuan Indra memanggil. Cepat ke dalam," katanya dengan nada dingin. Aria pun memandang Rizal dengan tatapan aneh.

"....ok" kata Aria yang berlalu meninggalkan Rizal di saung. "Itu orang aneh," pikirnya sembari berjalan.

Sampailah Aria di tempat Indra. Indra pun menjelaskan tugas kedua yang akan diberikan kepada Aria.

"Tugas kedua, interogasi. Ada satu orang penting yang harus kita dapatkan keterangannya. Dia berhubungan dengan kasus Adamar, keluarga yang diduga melakukan penyerangan terhadap keluarga Jaya, yang menyebabkan Rena dan aku terpisah,"

"Tunggu dulu, interogasi? Aku tidak pandai mengorek keterangan dari seseorang, loh," kata Aria.

"Tenang saja, Sembilan yang akan bertugas untuk itu. Sementara kamu, memiliki tugas untuk penetrasi ke tempat tinggal orang tersebut," kata Indra. Sembilan pun mengangguk dengan perkataan Indra.

"Oh, baik. Aku akan melakukan apa yang aku bisa," kata Aria. Mereka mulai membicarakan detail tempat yang akan dituju untuk operasi kali ini. Selesai pembicaraan, Aria beranjak kembali menuju bengkelnya.

"Mohon kerjasamanya ya, Dark Assassin," kata Indra. Aria pun terhenyak dengan perkataan Indra, lalu tersenyum.

"Sedalam itu ya kau sudah mengetahui tentangku, Indra" kata Aria. "Tenang saja, keberadaanku disini tidak untuk mengancammu," lanjutnya, yang lalu pergi dari tempat itu.

The Number ElevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang