Chapter 8 - Lingkar Dalam

116 24 4
                                    

Hmm... Siapa yang ingin bertemu denganku?

Tanpa pikir panjang, aku langsung mengikuti Pak Agus untuk menemui orang yang ingin bertemu denganku. Aku melihat gerbang besar di depanku.

"Ini... Gerbang apa ya, Pak Agus?" kataku.

"Ini gerbang 2, gerbang lingkar dalam. Area pemilik kosan ini. Nah sekarang mari masuk," kata Pak Agus. Aku pun mencoba membuka gerbang itu. Tapi gerbang itu tidak bisa terbuka.

"Emm, Anu, Pak, gerbangnya tidak bisa dibuka," kataku ragu.

"Biar Bapak coba," kata Pak Agus. Pak Agus pun tidak dapat membuka gerbang itu.

"Kenapa gerbang tidak bisa dibuka, ya? Harusnya jam segini pemilik kosan sudah didalam, tapi kenapa tidak bisa dibuka ya?" kata Pak Agus bingung. Pak Agus pun menginga-ingat.

"Sepertinya kuncinya di dalam," kata Pak Agus. Pikirku, gerbang ini memang sengaja dikunci dari dalam. Aku pun segera mengambil kawat dari saku celanaku dan membuka kunci gerbang itu.

"Nah, sudah bisa terbuka, Pak," kataku.

"Bagaimana caramu membukanya, Nak?" kata Pak Agus.

"Saya terpaksa bobol, Pak. Saya rasa gerbang ini dikunci dari dalam," kataku. Pak Agus menatapku heran, lalu kami pun masuk.

"Nak Indra, ternyata memang sudah didalam sejak tadi," kata Pak Agus. Indra? Siapa? Aku baru mendegar nama itu setelah pindah kesini.

"Iya, Pak Agus. Dan kamu, Aria Agnasina, betul?" kata orang itu.

"I-iya, Anda..." kataku.

"Nama saya Indra Satria Jaya. Pemilik kosan ini," kata pria berkacamata hitam itu. Disampingnya berdiri seseorang yang sempat menghadangku di kosan ini.

"Ah, senang bertemu anda, Pak Indra. Kamu, Rizal ya? Senang bertemu denganmu juga," kataku. Rizal tidak menjawab.

"Jadi, bagaimana caramu memasuki gerbang ini?" kata Indra.

"Eh? Oh, saya terpaksa membobol kunci di gerbang tadi, Pak. Karena menurut saya, gerbang itu terkunci dari dalam," kataku.

"Bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu?" kata Indra lagi.

"Karena Pak Agus juga tidak bisa membuka gerbang ini, dan Pak Agus berkata sepertinya kuncinya ada di dalam," kataku. Lalu Rizal menaruh sesuatu dari tangannya ke meja, yang merupakan kumpulan kunci yang tergantung di gantungan kunci.

Pak Agus pun memperkenalkanku pada Indra, yang merupakan presiden direktur di JY Group, tempat Faisal, Diki, dan Sembilan bekerja. Rena juga sempat bekerja disana sebagai office girl dengan tugas khusus, lalu dia juga memberi tugas khusus kepada anggota-anggota yang lain selaku anggota di KOSAN 95. Dia juga memperinci tugas masing-masing anggota di kosan ini. Aku pun paham kenapa  mereka yang dapat undangan khususlah yang dapat tinggal, masuk, dan mendapat semua fasilitas yang tersedia di kosan ini.

"Ah, jadi seperti itu," kataku.

"Benar, kamu memahaminya dengan baik. Sepertinya kamu juga sudah mengalami banyak proses, ya?" kata Indra. Aku terhenyak dengan perkataannya. Proses yang seperti apa? Batinku.

"Kalau begitu, apa kamu sudah siap dengan tugas yang akan saya berikan kepada kamu?" kata Indra.

The Number ElevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang