Sosok orang yang memerintahkan Aran membuatkan desain poster kembali muncul. Ia menagih pesanannya, Aran memperlihatkan desainnya yang sedikit berbeda dari tampilan kemarin."Setelah ini tolong kirim file mentahnya ke email saya ya?" Orang itu tersenyum puas.
"Baik Pak."
Sebelum pergi orang itu sempat menepuk bahu Aran. Beberapa langkah, Aran membuka email lalu mengupload file yang diminta orang barusan.
Ketika pulang ke rumah, tak seperti biasanya ayahnya diam. Ia duduk sambil termenung di depan rumah. Aran memasukkan motor lalu nyelonong masuk ke dalam. Dirinya masih membawa helm, ketika hendak pergi ke kamar, matanya seperti kucing mencium aroma ikan. Aran mengendus mencium aroma terasi. Cowok yang sudah menjomblo 27 tahun itu melihat pemandangan yang membuat Aran meneteskan air liur.
Terdapat semangkuk kecil sambal terasi dengan cabe hijau, sedangkan di samping terdapat sepiring daun singkong, sawi, dan terong yang sudah direbus. Aran mengambil potongan terong rebus tersebut lalu mencocol di sambal. Wajah Aran berubah 360 derajat.
"Wow!" Aran berteriak senang.
"Sambel terasi Bapak yang bikin?" Aran berlari ke depan. Ayahnya kaget hingga terjungkal dari kursi. Ia membetulkan peci sambil menjelaskan bahwa masakannya tersebut karena punya inspirasi.
"Tapi enak Pak, Aran suka kok." Aran tersenyum sambil mengunyah. Mendengar kalimat dari anaknya, ayahnya seperti baru saja menerima THR hingga senang bukan kepalang.
Aran dan ayahnya kembali ke meja utama, Aran mengambil daun singkong lalu melaburi dengan sambal. Dengan suka cita Aran memasukan dedaunan ke mulut mengunyah bagai kambing. Aran menatap ke arah ayahnya lalu mengacungkan jempol.
"Ya sudah sekalian kamu makan, baru nanti mandi." Ayahnya menyuruh sambil meletakkan piring putih.
Aran mengambil dua centong nasi, kemudian menyendok sambil, meletakkan daun singkong, sawi dan dua terong di sisi piring. Melihat masakan kali ini mendapat pujian, ayah Aran terlihat bahagia, sementara ia memperhatikan Aran yang tengah lahap makan.
Usai menikmati masakan sederhana, Aran disuruh mandi sedangkan ayahnya membereskan semua perlengkapan makan.
"Kamu mandi sana gih! Biar Bapak yang beresin."
"Ya udah Aran mandi dulu." Kalimat tersebut hanya dibalas senyuman.
Aran meraih helm kemudian menuju kamar. Ia meletakkan tas, helm dan membuka jaketnya.
Aran mengguyur tubuhnya dengan air. Setelah itu, terlihat menggunakan kaos krem tua dengan celana pendek hitam. Dirinya masih mengusap rambut dengan handuk coklat. Duduk di kasur sambil bermain ponsel. Ia scroll layar HP berukuran 6 inch melihat berbagai postingan dari teman di media sosial. Matanya terpana melihat sebuah postingan yang menawarkan jasa paranormal dan ilmu pengasihan di Facebook.
"Sekarang dukun semakin modern, marketingnya lewat Facebook," ungkap Aran sambil senyum, heran.
Usai itu menjatuhkan HP di kasur, berdiri meletakan handuk di gantungan. Ia mulai menata tempat tidur, Aran menutup rapat pintu kamar, kemudian kembali ke kasur. Pemuda itu mengambil ponsel, Aran kembali membuka Facebook, lalu fokus postingan dari teman-teman Facebook hingga sesekali terlihat ketawa seperti orang gila. Tak terasa dua jam Aran bermain HP, Aran menguap, Aran tarik selimut dan memejamkan mata.
Sayangnya!
Ketika tengah malam Aran berada di alam mimpi. Aran merasakan seperti berada di tempat minim cahaya namun di sekitarnya terlintas asap menghalangi jarak pandang. Di dalam mimpi, Aran berteriak memanggil seseorang namun tidak ada yang membalas kalimatnya.
Dia melangkah dengan rasa takut, Sementara tubuh fisiknya terlihat tak diam, keringat telah membasahi wajahnya. Aran berhenti melangkah, terdengar suara harimau mengaung di area tersebut. Aran semakin takut, meminta bantuan namun tempat tersebut sepi seperti hanya dia makhluk yang berpenghuni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalur Pelet
Horror"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!" Aurora terpaksa menggunakan ajian Jaran Goyang untuk mendapatkan Aran, namun tindakannya justru membawa petaka hingga melukai dirinya sendiri. Selain itu Juli...