Hal Mencurigakan

20 1 0
                                    


"Asal kamu tau, cewek selalu terperangkap sama cowok brengsek. Karena mereka bisa melakukan segala hal dan tidak membosankan. Dan kebanyakan cowok baik itu monoton dan membuat cewek bosen."

"Ya kamu bener. Cowok baik memang bosenin karena dia tidak suka yang aneh-aneh. Mereka selalu memilih jalur yang lurus, memang bosenin," sambut Aran. 

"Kenapa kamu lebih memilih cowok monoton?" Aran sudah memperlihatkan wajah tanda tanya.

"Ya aku gak butuh kesenangan, aku butuh pasangan. Cewek yang merasa bosen karena belum dewasa dan mudah tergiur dengan segala macam iming-iming."

Aurora berdiri lalu mendekati Aran, wanita itu memeluk Aran yang terlihat hendak marah. "Kamu jangan marah, aku pilih kamu karena aku memang memilih kamu. Aku gak bakalan ninggalin kamu demi cowok lain karena aku udahtau ke mana arah hidupku. Setahun aku intai kamu."

"Setahun?" Aran melotot.

"Iya setahun, aku perhatikan pacarmu yang cuma alat-alat komputer di kantor ini. Benerin mesin, komputer, internet dan koding-koding itu," kata Aurora.

"Kamu janji, gak akan ninggalin aku, kamu pacar pertama aku lho."

Mendengar ucapan Aran barusan membuat Aurora mencubit pipi Aran. "Kamu lucu." Aurora kembali duduk sambil mengambil risol lagi. Ketika Aurora mengunyah, Aran memangku dagu dengan kedua tangan dan menatap Aurora.

"Habis kerja kita ke rumah Ina yuk!"

"Boleh, kita temui Tante Sulis." Aurora mengangguk.

Sepulang kerja mereka mengunjungi rumah Ina. Aurora mengendarai mobilnya sendiri sedangkan Aran mengikuti dari belakang dengan sepeda motor. Terlihat Ibu Ina membuka pintu lalu memeluk Aurora. Aran meletakkan helm di stang motor lalu berjalan pelan mendekati mereka yang tengah berpelukan di depan pintu. Ketika masih dalam pelukan, Sulis kaget melihat wujud Aran.

"Aran?"

"Iya Tante."

"Kamu ke sini juga rupanya?"

Aran mendekat lalu mencium tangan Sulis. Tak lama mereka masuk ke dalam. Sulis duduk di samping Aurora sedangkan Aran di depan mereka. "Tante khawatir banget dengan Ina Au. Kata polisi Ina belum ditemukan, hanya motornya aja waktu itu masih ada di TKP." Ibu Ina buka omongan.

"Iya Tante, untung waktu itu Aurora ikuti Ina sehabis pulang kerja. Soalnya sejak dari dia kerja memang tingkahnya mencurigakan gitu setelah dapat pesan dari seseorang," ungkap Aurora.

"Iya Tante juga curiga waktu habis pulang malah buru-buru pergi lagi. Katanya mau ketemu kamu, eh ternyata dia bohong sama Tante."

"Aurora tau siapa dalang dari semua itu Tante. Aurora yakin Juli yang telah mencelakai Ina," ucap Aurora.

"Siapa dia?"

"Dia cowok yang kerja juga satu kantor sama kita, tapi dia udah dikeluarin waktu hari kejadian Ina ilang kemaren."

"Ina gak pernah cerita soal Juli sama Tante."

"Ya emang kami kurang suka dengan Juli, Tan. Aku pernah liat Juli jalan sama cewek lain dan ketahuan selingkuh gitu. Makanya kita gak mau dekat sama dia," jelas Aurora.

"Ya mudah-mudahan Ina cepat ketemu dalam keadaan selamat ya Tante," sahut Aran.

Usai ngobrol demikian, Aurora dan Aran pamit pulang. Sebelum pulang pasangan tersebut sempat berbincang di depan mobil Aurora. 

"Mudah-mudahan polisi cepet nemui Ina ya."

"Iya, semoga aja, soalnya aku udah kangen banget sama dia," balas Aurora.

"Oke, karena hari udah malem, kamu pulang dan istirahat supaya besok bisa masuk kerja lagi," kata Aran menyentuh pipi Aurora.

"Iya kamu juga."

Aurora masuk ke dalam mobil dan menyalakan kendaraannya. Tak lama Aurora membuka jendela kaca dan melambaikan tangan. Wanita itu tancap gas dan pergi. Sebelum Aran memakai helm, Ia merasa ada sosok yang mengintip dari pintu gerbang. Aran menoleh ke gerbang namun tidak ada orang. Karena merasa curiga, Aran mendekati pintu gerbang dan mencari-cari. 

Usaha Aran tidak membuahkan hasil, meski sudah berkeliling Aran tak menemukan seorang pun. Aran kembali dan memakai helm, Ia menyalakan motor serta memasukkan gigi, pemuda itu lihat kanan kiri lalu menghilang.

Sosok misterius muncul dari balik pohon besar yang tumbuh di depan rumah Ina. Pria yang menggunakan hoodie itu menutup kepalanya dan berdiri di tengah jalan sambil memperhatikan kepergian Aran.

Jalur PeletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang