Dari samping kanan merasakan ada bayangan melompat, Aran kaget lalu menatap ketakutan. Ia mendekat arah di mana bayangan tersebut muncul, justru dari arah belakang raungan harimau kembali muncul. Ia jantungan hingga berteriak dan jatuh ke bawah. Ia berusaha menjauh dari tempat tersebut. Tiba-tiba terlintas sosok bayangan seperti kucing besar melompat di muka. Kemudian terdengar aungan harimau ketiga kali. Namun di depan sejauh lima meter, muncul sosok kakek tua berjubah putih, ia mendekat perlahan. Aran justru menghindari kakek berjenggot tersebut, orang itu berteriak keras hingga terbangun dari mimpi.Aran duduk selonjoran, sementara ia meraba-raba wajahnya yang telah rata dengan keringat. Dia mengatur nafas sebentar, kemudian membuang selimut dan pergi ke dapur. Mengambil segelas air putih, meneguk beberapa kali. Ia diam sejenak sambil duduk di kursi.
"Kenapa sosok kakek tersebut kerap datang di mimpi gua?" Aran berkata pelan.
Aran menghabiskan air minum tersebut kemudian kembali ke kamar dan mencoba untuk menidurkan tubuhnya kembali.
Suatu ketika.
Auror tengah menikmati secangkir kopi di sebuah kafe seorang diri. Kali ini Aurora sedang mencari angin segar tanpa Ina. Duduk sambil menyilangkan kaki, sementara kedua bola matanya terpaku pada layar HP. Membuat status di media sosial. Setelah scroll layar ponselnya ke bawah sepintas melihat postingan jasa pengasihan yang diunggah oleh pemilik nama Nyi Pingit dengan foto profil seperti perempuan kerajaan. Namun, Aurora melewatkan postingan tersebut.
Perempuan itu meletakkan ponsel di samping kanan. Aurora menyeruput kopinya tetapi matanya terganggu oleh sosok laki-laki yang tidak asing baginya. Juli sedang berjalan dengan seorang wanita bergaun merah dan berambut pirang. Aurora menyingkir, mencari tempat yang sulit dilihat oleh Juli bersama pasangannya. Mereka duduk berjarak sekitar 20 meter dari Aurora.
Ia mengambil majalah yang terletak di depan meja untuk menutup wajahnya sambil menguping. Terlihat Juli sedang memegang dan mencium beberapa kali tangan wanita yang ada di depannya. Juli juga ngegombal hingga perempuan itu makin merasa tersipu seakan terbang di awang-awang. Baru menikmati masa romantis semenit, muncul wanita lain jangkung berambut pendek seperti keturunan bule. Cewek itu tiba-tiba menampar Juli dan marah-marah. Wanita tersebut ternyata pasangan Juli yang lama, dia juga memarahi wanita bergaun merah itu.
"Ternyata kamu sudah punya yang baru."
"Dan kamu, mau-maunya sama dia?"
Ia marah-marah seperti emak-emak, mulut mengggelegar hingga menjadi pusat perhatian. Ia terus nyerocos, perempuan itu menampar Juli.
Plak, plak!
"Kamu keterlaluan!"
Dua kali Juli mendapat tamparan di pipi yang sama hingga terlihat wajah Juli merah. Sedangkan wanita itu masih berceloteh membuat Juli malu, perempuan yang baru datang pun pergi. Wanita gaun merah itu juga geram karena Juli mempunyai lebih dari satu pasangan.
Namun, hal aneh pun terjadi.
"Hai sayang, dengerin aku!" Juli tersenyum seraya menatap.
Wanita itu yang tadinya seperti knalpot bocor berubah menjadi lembut. Tutur katanya juga tak seperti barusan. Juli lalu mengajak wanita itu duduk sementara tangannya mengelus-elus pipi.
Melihat kejadian itu Aurora beranggapan bahwa Juli adalah laki-laki buaya yang patut dihindari.
"Dasar buaya."
Usai dari situ Aurora segera meminta pelayan memberikan tagihan dan segera membayar.
Besoknya, hari masih menunjukkan pukul 09.00 WIB, Aurora hendak fotocopy namun, melihat mesinnya tidak menyala. Baru saja ingin keluar, Aran muncul.
"Aran bisa tolong nyalain mesin fotocopy dong!"
Aran mau, mendengar itu, Aurora langsung girang jingkrak-jingkrak.
"Kamu kenapa?" Aran heran.
"Gak apa-apa kok, kamu baik sekali."
Aran melihat sisi belakang mesin, mata terlihat memperhatikan terminal listrik yang masih kosong melompong.
"Ini mah belum dicolokin."
"Hah, masa sih?"
Aran meraih kabel dari mesin lalu menunjukkan pada Aurora. Wanita itu senyum malu-malu. Aran memasang colokan tersebut di terminal listrik. Kemudian terdengar suara berisik mesin setelah Aran menekan tombol 'On' di atas mesin. Usai mesin menyala Aran melakukan fotocopy selembar kertas kemudian menjauh. Sebelum pergi, Aurora menghadangnya, Aurora kembali mengajak Aran untuk makan siang. Tetapi, apa yang terjadi?
"Maaf, aku gak bisa Aurora."
Aran menolak ajakan wanita paling cantik lagi. Aurora cemberut sambil meletakkan kedua tangan di pinggang. Sementara pandangannya menatap Aran.
Aran duduk, lelaki tersebut terlihat tak nyaman setelah menolak ajakan primadona kantor. Padahal banyak laki-laki yang ingin kencan dengan Aurora namun tak ada yang berhasil. Kini dia mengajaknya namun Aran justru menolak.
Aneh bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalur Pelet
Horor"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!" Aurora terpaksa menggunakan ajian Jaran Goyang untuk mendapatkan Aran, namun tindakannya justru membawa petaka hingga melukai dirinya sendiri. Selain itu Juli...