Juli geram dan membanting tas di ruang tamu. Wajahnya terlihat merah dan tidak terima oleh perlakuan Johar padanya. Ia mondar-mandir sambil garuk-garuk kening, terlihat Juli sedang memikirkan sesuatu.
"Sial!"
"Sekarang gua pengangguran, gak ada kerjaan lagi, mana cincin gua rusak, gawat," gumam Juli. Juli kepikiran sesuatu, Ia berjalan cepat menuju kamarnya, Ia mencari cincinnya. Juli menemukannya di atas meja. Ia mengambil lalu memperhatikan benda itu.
"Setelah menatap wajah Aurora kenapa cincin ini langsung retak, padahal dia adalah sasaran gua berikutnya," kata Juli.
Terlihat Juli duduk di ranjang sambil menggerakkan kaki kiri. Wajahnya serius tengah memikirkan sesuatu. Kemudian matanya melotot seakan menemukan sesuatu.
"Ina? Gua masih punya Ina."
Juli kemudian mengirim pesan pada Ina. Isi pesan tersebut memaksa Ina untuk datang ke rumah Juli.
Terdengar nada pesan HP Ina. Ina melirik terdapat nomor asing. Ina mengambil ponsel dan membuka isi pesan tersebut. Ina shock melihat pesan tersebut. Ia menutup mulut sementara pikirannya mulai tak karuan.
"Ina, gua mau lu datang ke rumah gua nanti malam. Jangan bilang siapa-siapa, kalo gak video lu sama gua saat di ranjang waktu itu tersebar."
"Siapa Na?" Aurora masih fokus mengetik.
"Gak, nyokap gua mau pesen soto entar pas pulang kerja," jawab Ina.
Ia mencurigakan. Ina tak tau jika Juli bakal menghubungi dia lagi. "Kenapa sih dia hubungi gua lagi?" Ina berkata lirih. Kemudian jari Ina mengetik sesuatu.
"Iya nanti gua ke rumah lu. Share lock lokasi rumah lu."
Balasan pesan Ina membuat wajah Juli girang. Ia terlihat senang, rencana busuk tengah ia persiapkan untuk sahabat Aurora tersebut.
"Lu udah masuk perangkap gua Ina, lu gak bisa lari kemana-mana." Juli melebarkan mulut.
Gerakan Ina aneh hingga mengundang rasa curiga. Diam-diam Aurora memperhatikan Ina yang terlihat resah. "Ada apa dengan Ina, kok aneh gitu?" Aurora bertanya dalam hati.
"Na, lu gak apa-apa?" Aurora berhenti mengetik.
"Gak apa-apa Au. Lu kenapa sih nanya itu mulu?" Ina menatap Aurora sebentar lalu pura-pura fokus.
Sepulang kerja, Aurora sengaja pulang terakhir dan berencana mengikuti Ina pulang. Ina mengendarai motor keluar dari kantor, hati-hati Aurora mengikuti Ina dari jauh.
"Gua curiga dengan Ina."
Aurora menepi di jalan depan rumah Ina. Wajahnya terlihat sedikit cemas, ia berulang kali memperhatikan halaman rumah Ina sambil menggigit bibir. Tak berapa lama Ina muncul dengan pakaian baru. "Gua ikutin lu Na, kemana pun lu pergi, perasaan gua gak enak tentang lu," kata Aurora bicara sendiri.
Sementara hari sudah mulai gelap, Aurora terus jadi buntut kepergian Ina seorang diri. Arah Ina pun terasa asing oleh Aurora yang belum pernah ia lewati. "Lu mau kemana sih Na? Tempat ini aneh dan asing buat gua," celoteh Aurora.
Terlihat Ina berhenti di lampu merah. Aurora sedikit menjaga jarak. Matanya tak berhenti menyorot Ina di depan. Tak lama lampu hijau menyala, Ina melanjutkan perjalanan belok kiri. Ina melewati area minim perumahan dan cahaya. Ina seperti menuju tempat sepi. Melihat hutan pepohonan di kanan kiri makin menguat dugaan Aurora ada yang tidak beres dengan sahabatnya tersebut.
"Atau jangan-jangan, rahasia ini sampe lu gak berani bilang sama gua," kata Aurora terus bersuara. Makin lama perjalanan tersebut makin jauh dari tempat ramai. Ina belok kiri, satu kilometer kemudian terdapat rumah tanpa tetangga. Ia berhenti di depan rumah tersebut.
"Ngapain Ina ih?"
Terlihat Ina sedang mengangkat telepon. "Halo, Juli gua udah di depan rumah lu," suara Ina tegas.
"Oke, tunggu!"
Ina mematikan telepon. Melihat Ina tolah-toleh, Aurora lantas mematikan mobilnya agar tidak ketahuan. Ina sempat melihat ke arah Aurora namun tidak menyadari kalau itu mobil Aurora.
Tak lama gerbang dibuka oleh seorang laki-laki. Dari tampang cowok itu Aurora merasa tidak asing. Ia kaget setelah lama ia perhatikan cowok yang membuka pintu gerbang itu adalah Juli.
"Juli?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalur Pelet
Horor"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!" Aurora terpaksa menggunakan ajian Jaran Goyang untuk mendapatkan Aran, namun tindakannya justru membawa petaka hingga melukai dirinya sendiri. Selain itu Juli...