"Ajian Jaran Goyang untuk menarik hati kamu. Soalnya aku kesel sama kamu, kamu tuh selalu menghindar dari aku, padahal aku beneran suka sama kamu. Hingga aku memutuskan melakukan semua itu," terang Aurora. Mendengar kalimat itu Aran menatap wanita di hadapannya lalu memeluk Aurora.
"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!"
"Tapi aku ngelakuin itu sebelum aku tau itu," tambah Aurora, terdengar suaranya manja. "Kamu harus berhenti, jangan lanjutin lagi. Aku janji aku gak akan ninggalin kamu, aku akan turuti apa pun mau kamu, ya!"
Aurora melepas pelukan Aran. "Kamu janji?" Aurora menatap Aran. "Aku janji," ucap Aran seraya menghapus air mata Aurora. Usai itu mereka berpelukan kembali dan terdengar suara senang dari keduanya.
Usai itu Aurora terlihat bersandar di pangkuan Aran. Sedangkan Aran mengelus kepala Aurora dengan penuh hati. "Jadi, kita pacaran?" Aran bertanya. Ucapan Aran membuat Aurora terpaku.
"Emang kamu pernah nembak aku?"
"Ya, gak pernah sih. Tapi kalo kamu mau ya gak perlu tembak-tembakan kali, kita pacaran aja."
"Ah, gak romantis," celetuk Aurora cemberut. Ia sedikit menyingkir dari Aran. Melihat kelakuan Aurora, Aran terlihat bingung. Lantas Aran celingukan seperti mencari sesuatu. Aran mengambil bunga plastik di meja Aurora lalu mendekatinya. "Au!" Aran menyentuh lengan Aurora hingga ia balik badan.
"Mau gak jadi pacar aku?" Aran mengeluarkan bunga plastik. Aurora melongo melihat bunga hias miliknya diambil oleh Aran.
"Mau." Aurora mengambil bunga itu. "Sementara aku pinjem dulu, nanti aku beli bunga sungguhan."
"Iya." Aurora tersenyum. Usai itu mereka berpelukan kembali. Tak lama adegan mesra itu, terlintas di pikiran Aran tentang bagaimana cara Aurora berhenti mengamalkan ajian tersebut.
"Hem, caranya gimana biar kamu berhenti?"
"Ah, tenang aja, aku bisa berhenti jika melanggar pantangannya kok, aku tau caranya," ujar Aurora.
"Anterin aku beli sate yuk!"
Aurora menyeret tubuh Aran. Mereka keluar menggunakan motor Aran berboncengan. Tak lama mereka mendatangi penjual Sate Madura yang terletak di pinggir jalan. "Mas, sate dua ya, makan sini." Aurora menatap kursi.
"Kamu yakin dengan makan sate semuanya bakalan berhenti begitu aja?" Aran duduk di samping pacarnya.
"Aku yakin karena Nyi Pingit bilang kalau pantangannya adalah makan sate. Itu udah dijelasin waktu aku datang ke sana," tutur Aurora menjelaskan. Tak berapa lama penjual sate mengantarkan dua porsi sate.
"Makasih ya Mas."
Aurora tersenyum pada penjual sate. "Kalo kejadian tadi terulang kembali gimana?" Aran berbisik. "Ih, kamu kenapa sih? Aku jamin gak bakal." Aurora menggigit sate. Aran terlihat ragu, kemudian ia juga mengambil satu sate lalu memasukkan ke dalam mulut. "Kamu bisa-bisanya sih?" Aran justru membuat mood Aurora hilang.
"Kalo kamu ulangi pertanyaan itu lagi, kita pulang aja! Udah aku bilang kalo gak gara-gara kamu aku juga bakal lakuin itu." Aurora membanting tusuk sate.
"Iya, aku minta maaf. Udah lanjutin makannya ya, biar semuanya kelar." Aran mengusap bahu Aurora. Seketika itu Aurora mengambil sate dengan kesal.
"Pelan-pelan dong, nanti mulutnya ketusuk malahan."
Aurora melebarkan mulut. Kemudian ia pun melanjutkan makan. Namun, pandangan Aran dikejutkan oleh sosok wanita seperti orang kuno namun terlihat cantik tengah menatapnya.
Aran langsung merinding, ia mengusap-usap lengannya yang terlihat bulu badannya berdiri. Beberapa kali ia melihat ke depan justru tatapan wanita itu semakin tajam.
"Kamu kenapa?" Aurora curiga Aran jadi aneh.
"Gak ada, satenya enak." Aran senyum paksa.
Usai menjawab itu, ia kembali melihat di mana sosok misterius itu. Tetapi makhluk menyeramkan itu telah hilang, hingga Aran justru terlihat bingung. Ketika Aran bingung di belakang Aran merasakan ada sesuatu ada yang menarik baju berapa kali. Aran jadi kaku, ia melotot ke depan, jantungnya berdetak lebih kencang, Keringat sebesar biji jagung pun bercucuran. Ia pelan-pelan menoleh ke belakang.
"Aaaaaaa!" Aran menjerit seakan melihat hantu.
"Dia cuma anak kecil," kata Aurora menyadarkan.
"Oalah."
Aran mengelus dada sambil menenangkan diri. Ia sesekali menatap sosok anak kecil gundul yang dikira adalah tuyul.
"Bang beli sate!"
"Kalo mau beli noh ama abangnya, bukan ama gua, gua pembeli di sini bukan jualan sate," bentak Aran kesal.
Spontan anak itu berjalan mendekati si penjual sate dan lontarkan kalimat yang sama. Melihat aksi kocak Aran, Aurora justru terpingkal, ia tak henti-heti menutup mulut karena ekspresi Aran yang bisa menghibur.
"Hahaa.. ekspresi kamu lucu banget."
Aran hanya diam sambil terus mencoba tenang. "Untung cuma bocah, gua pikir tuyul, hampir aja gua getok," katanya pelan. Sementara Aurora ketawa cekikikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalur Pelet
Terror"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!" Aurora terpaksa menggunakan ajian Jaran Goyang untuk mendapatkan Aran, namun tindakannya justru membawa petaka hingga melukai dirinya sendiri. Selain itu Juli...