Sosok Misterius Bikin Takut

76 3 0
                                    


Melihat gelagat Aurora tersebut Ina justru ketawa malu-malu. "Hehe... ya maaf, gua kan lupa Au," sahut Ina menempelkan kepala pada tubuh Aurora.

Tok-tok!

Tiba-tiba pintu ada yang mengetuk. "Biar gua aja yang buka." Ina menawarkan. Usai pintu kamar tersebut terbuka. Ina melihat ibu Aurora sedang membawa bolu warna hijau muda, tampaknya bolu pandan.

"Hai Tante."

"Hai Ina, nih Tante bawain bolu pandan buat kalian, dimakan ya!" Usai memberikan sepiring bolu tersebut ibu Aurora meninggalkan pintu kamar.

"Wah, nyokap lu baik juga ya, liat dia bawain kita bolu pandan," ungkap Ina.

Terlihat wajah bahagia Ina. Penikmat ampyang itu mengambil sepotong kue kemudian menikmatinya dengan suka cita.

"Bolu ini enak sekali tau Au!"

"Ya ampun Na, lu udah berapa lama temenan ma gua. Selama ini lu ke mana?" Aurora juga memungut hasil adonan tepung dan telur tersebut.

Dua wanita itu terlihat fokus dengan layar HP masing-masing. Ketika sedang asyik ngemil, mereka dikejutkan oleh penampakan yang tidak biasa. Ina melihat hordeng kamar Aurora bergerak secara misterius.

"Au, liat deh, itu hordeng kayak ada yang gerakin." Ina menarik lengan temannya. Awalnya Aurora mengira Ina hanya main-main, tetapi ketika melihat hordeng itu bergerak-gerak dia langsung merinding.

"Ina, gua takut! Masa di rumah ini ada hantu sih?" Aurora merapat. Mereka berdempetan memandang hordeng yang seperti tengah dimainkan oleh seseorang.

"Kita harus cek sama-sama!" Aurora membuang HP.

"Tapi gua takut Au." Ketika Ina terlihat takut dan terlihat hendak menangis Aurora memukul bahu Ina.

Plek!

"Lu pikir gua berani, makanya cek sama-sama, udah yuk ah!"

Pelan-pelan dua wanita itu melangkah menuju hordeng tersebut. Mereka saling berpegangan meski dengan perasaan takut, Aurora dan Ina nekat mendekat objek di depannya walaupun dengan perasaan was-was. Aurora pelan-pelan membuka hordeng tersebut.

"Au, gua takut." Ina menarik Aurora ke belakang.

"Berisik!"

Aurora mencoba membuka di balik hordeng itu, meski dirinya juga was-was.

"Aaaa...!"

"Toloongg!"

Kedua wanita itu membuat penghuni gedung tersebut terusik. Terlihat seeokor tikus sedang berdiri, dengan percaya diri menghadap ke arah mereka. "Tolong, gua jijik liat binatang itu." Ina berlari keluar seperti dikejar hantu.

Ketika Ina kabur, Aurora justru nekat menangkap binatang tersebut. Aurora tenteng lewat ekor, kemudian dibawa keluar. Kedua orang tua Aurora muncul melihat Ina girap-girap.

"Ada apa ini?"

"Itu om, ada tikus gede." Ina menunjuk kamar Aurora. Saat itu pula ayah dan ibu Aurora bergerak, sementara Ina mengikuti dari belakang.

"Naa, hehehe...!"

Aurora menakuti mereka.

Hampir jantungan. "Ya ampun Au, buang tikus itu cepat!" Ibu Aurora juga terlihat takut.

"Lu jorok banget sih Au, hih!" Ina menyingkir.

Ayah Aurora hanya menatap Aurora yang terlihat merasa takut dan jijik terhadap tikus tersebut. Aurora hanya cengar-cengir seraya melangkah ke luar. Setelah di halaman rumah, Aurora melepaskannya. Seketika itu hama tersebut berlari. Namun belum lama berlari, datang seekor kucing orange justru mengejarnya dan berhasil ditangkap.

"Oo... aku pikir lu bakalan bebas kus tikus." Aurora memperhatikan seekor kucing tengah menggondol tikus yang barusan dilepas. Tak lama kemudian, tiga orang tadi menyusul Aurora.

"Kenapa tikusnya?" Wajah Ina masih tak nyaman.

"Dimakan kucing, padahal aku bebasin biar selamat malah koit," jawab Aurora terdengar kasihan.

"Harusnya dari tadi kek, jadi gua gak perlu lari-lari ketakutan," balas Ina lega.

"Ya sudah, sekarang masuk sana, cuci tangan, hari sudah malam juga," perintah ayah Aurora.

Aurora ke belakang lalu mencuci tangannya di kamar mandi bawah. Sementara orang tuanya kembali ke kamar, Ina menunggu. Usai bermain air, Aurora keluar.

"Kok masih di situ?" Aurora heran.

"Gua masih trauma, kali aja ada tikus lagi di atas," jawab Ina.

Aurora tersenyum puas melihat ekspresi Ina, namun Ina justru terlihat sedikit geram. Mereka akhirnya kembali ke kamar.

"Pokoknya kalo ada tikus lagi, gua serahin sama lu ya?" Ina memegang tangan Aurora erat.

"Iya-iya." Aurora terlihat tenang.

Jalur PeletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang