Alasan Angku Cinta Ina

27 2 0
                                    


Angku telah masuk kerja, ia terlihat telah ngepel di ruangan kerja para karyawan. Sementara Ina memperhatikan pacarnya dengan penuh senyuman. Bahkan sejak Angku dari ujung pintu utama hingga ke belakang mata Ina tak berkedip sekali pun.

"Heh, gila lu lama-lama liat Angku kek gitu."

Ina bergerak lalu mengambil ampyang. "Aku gak nyangka Angku suka sama gua."

"Keknya dia udah lama suka sama lu dah."

"Iya sama kek lu sama Aran kan. Hehe!" Ina meledek Aurora.

"Apaan sih?" Aurora melirik Ina sebentar.

Dari depan datang Aran berjalan tertatih menuju Ina dan Aurora. Ia berdiri dengan wajah bingung. Aran menatap Aurora dan Ina secara bergantian sampe kedua wanita itu bengong. "Lu ngapain sih?" Ina buka suara. 

"Ina lu udah cerita tentang rahasia kita?"

"Rahasia?" ucap Aurora dan Ina barengan.

"Rahasia apaan Sayang?"

"Ina!" Ditatap Aran sahabat Aurora itu malah kebingungan. Aurora telah meletakkan tangan di pinggang. Aran garuk-garuk kepala kemudian mengangkat kedua telapak tangan.

"Aku sama Ina sebenernya temen waktu SMA."

"Apa?"

"Kok lu gak pernah cerita sih?"

"Ya gua pikir gak penting, lagian temenan atau dulu itu kan cuma masa lalu. Sekarang juga masih temen kan? Bukan pacaran."

"Iya juga sih," kata Aurora mikir. "Iya maksud aku biar kamu tau aja, kalo kita emang temenan udah lama, cuma lama gak ketemu jadi biasa gitu."

"Emang lu aja yang cuek, diem, sombong." Ina memonyongkan mulut.

"Ya emang, aku emang gitu kan, udah sifat aku, oke," sambut Aran. "Ya udahlah, gak apa-apa, lagian terlalu banyak rahasia kalian tuh. Ina, Aran semua udah berlalu kan, ya sebatas masa lalu gak bisa dirubah."

Aurora menjatuhkan tubuh ke kursi. Saat itu Ina memeluk Aurora dari samping. "Sahabatku!" suara Ina lepas. Disusul Aran yang datang memeluk mereka dari belakang.

"Pacar dan temanku."

"Heh!"

Suara yang tiba-tiba muncul membubarkan mereka, Aran cepat-cepat kembali ke ruang kerjanya. Sementara Johar berdiri menatap Ina dan Aurora. Dua cewek itu menunduk dengan muka salah. Tak sadar Johar telah hilang, Ina dan Aurora mencari-cari. Usai Johar pergi, Ina justru terlihat sedih. Ia menatap kosong ke depan sementara kedua tangannya ia lipat.

"Haduh, kenapa lagi sih?"

"Aku mikir gua kok kasian sama Angku. Dia tuh baik, sopan, punya jiwa kesatria. Ia udah tau rahasia gua dan Juli tapi kenapa dia suka ma gua?"

"Apa dia cuma kasihan?" Ina melihat wajah Aurora.

"Ya bagus dong, berarti Angku cinta beneran sama lu gak peduli latar belakang, fisik atau apalah itu," cetus Aurora. "Ya gua gak munafik ya, gua mikir gak ada cowok zaman sekarang yang mau menerima kondisi gua kar..." Kalimat Ina terpotong.

"Kasian? Aku tulus suka sama kamu Na, gak ada embel-embel apa pun. Aku gak nyangka kamu raguin cintaku." Angku berdiri dengan wajah bau-bau sakit hati.

"Angku?" Ina menutup mulut. Ketika itu Angku berjalan cepat keluar kantor.

"Waduh, cepat kejar!" Aurora mendorong.

Ina menyusul Angku. "Angku brenti dong!" Ina kesusahan dengan alas kaki. Angku terus berjalan hingga melewati trotoar, Ina tetap menjadi ekor lelaki tersebut.

"Angku, brenti dengerin aku dulu napa sih, Sayang!"

Angku melirik sebentar lalu melanjutkan langkahnya. Muka masih masam, namun sesekali melihat ke belakang Ina masih mengikuti. Angku kemudian duduk di kursi putih tak jauh darinya. Angku duduk menunduk sambil mengaitkan telapak tangan. Tak berapa lama Ina mendekat dengan nafas ngos-ngosan.

"Aduh, dengerin dulu napa, ma cewek masa gitu?" Ina duduk di samping. Angku melirik sebentar kemudian membuang muka ke depan.

"Kamu ingat? Dulu ada cowok terlantar di pinggir jalan pake kemeja biru muda, celana jeans, dua tahun lalu. Orang yang pernah kamu tolong dulu," ungkap Angku dengan mata merah.

"Kok?"

"Iya, cowok itu aku. Waktu itu aku datang dari kampung namun aku ditipu oleh temanku sendiri sampe akhirnya aku terlantar. Aku bingung mau tidur di mana? Aku memutuskan tidur di pinggir jalan. Tapi cuma kamu yang peduli sama aku, kamu ngasih makanan dan minuman. Saat itu aku ingat betul wajah kamu, karena waktu kamu ngasih makanan itu aku sempat ngintip wajah kamu. Dan tuhan mempertemukan kita di kantor kita sekarang, sayangnya kamu lupa wajahku, heh."

"Ketika aku masuk kantor itu, aku senang banget, setiap hari aku perhatikan kamu, namun aku tak berani menyapa kamu. Aku hanya bisa memandangi kamu dari jauh. Dan aku berpikir sejak saat itu juga bahwa aku akan mencintai kamu apa adanya, aku cinta kamu gak butuh alasan."

"Aku mulai berani saat kamu hilang dan aku cari kamu sampe akhirnya aku temukan kamu," tambah Angku. Ina terbawa cerita Angku, Ina meneteskan air mata lalu memeluk erat Angku. "Ya maafin aku, aku cuman gak ngerti aja, tapi sekarang aku udah ngerti kok."

"Aku janji aku gak bakal ninggalin orang yang telah berjuang demi aku, maafin aku ya," Ina memasang wajah Angku menghadap wajahnya.

"Iya aku maafin, aku juga gak bakal ninggalin kamu kok." Angku menghapus air mata Ina. Terlihat mereka saling tebar senyuman.

Jalur PeletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang