Aran mengunjungi Aurora di rumah. Dia mendapat sambutan baik dari Sayuh malam itu. Aran diantar menuju kamar Aurora. "Ketuk aja, gak apa-apa," kata Sayuh meninggalkan Aran.
Tok, tok!
"Masuk aja, pintunya gak dikunci kok," teriak Aurora.
Betapa kagetnya wanita itu ketika melihat Aran tengah berdiri di hadapannya. Ini merupakan pertama kalinya sosok Aran pergi ke rumah Aurora.
"Aran?"
"Kamu kok di sini?" Aurora membelai rambutnya malu-malu.
"Aku jenguk kamu, gimana keadaan kamu?"
"Aku baik kok." Aurora selonjoran di kasur.
Aran duduk di dekat Aurora sambil menatapnya. Ketika itu Darman dan Sayuh muncul dengan pakaian rapi. "Mama, Papa," tutur Aurora spontan. Aran langsung berdiri. "Kami kamu pergi ketemu teman-teman dulu ya." Sayuh pamit. Sayuh mencium pipi Aurora kemudian melangkah pergi.
"Kami tinggal dulu ya," ucap Darman.
"Titip Aurora ya!" Sayuh berkata pada Aran sebelum menutup pintu. "Baik Tante."
Aran kembali duduk. Mereka hanya bertatap muka. Aran dan Aurora saling pandang cukup lama. Tiba-tiba gelagat Aurora jadi aneh, tubuh Aurora meliuk-liuk seakan hendak menari. Semua rambut Aurora terurai dengan wajah tak biasa. Aran bingung melihat Aurora bertingkah seperti penari.
"Aurora kamu kenapa?" Aran menggoyang-goyang tubuh Aurora.
Aurora tak merespon kalimat Aran. Lama-lama Aran berdiri lalu mundur menjauhi Aurora. Wanita itu justru bangkit mendekati Aran seperti hendak memangsa. Aran mengeluarkan keringat dingin, cairan asin tersebut telah membasahi tubuh Aran sebagian. Matanya melotot, ketika wanita itu berjalan terus mendekat, namun tak sekata pun dia ucapkan. Aran kemudian menyodorkan telapak tangan, seketika itu Aurora melayang menabrak dinding.
Bruk!
Aurora merintih, sedangkan Aran berdiri menantang. Aran memperlihatkan wajah sangar dan menatap tajam Aurora. "Kamu pantas berlutut, sakit tetapi tak bisa memberi perlawanan, jangan coba-coba mendekat!"
Suara peringatan tersebut sangat keras, dan yang jelas suara itu bukanlah suara Aran yang asli. Langkah kaki Aran menakutkan dan mendekati Aurora. Pria itu mencekik Aurora lalu menempelkan tubuh wanita itu ke tembok. Terdengar suara rintihan dari Aurora. Ia berusaha berontak tapi genggaman Aran sangat kuat. Tubuhnya di ditentang di atas dengan posisi tubuh masih menempel di dinding.
"Ar-ran.. Ini aku Aurora, arhh!"
"Araaann!"
Aurora beberapa kali menyebut nama Aran namun tatapan Aran bagaikan manusia penuh dendam. "Araann, aku Aurora," teriak Aurora.
Seketika itu ekspresi Aran berubah. Ia melepaskan tangannya. Terdengar suara batuk dan serak dari Aurora sambil memegang leher. Aran mundur bingung, ia kaget situasi tersebut, pemuda itu mengamati kedua tangannya sambil menangis.
"Apa yang gua lakuin barusan?"
Uhuk, uhuk! Suara Aurora membuat Aran mendekati Aurora. "Kamu gak apa-apa?" Aran masih terlihat kacau. Aran memeluk tubuh wanita itu erat-erat, bagaikan pelukan kasih sayang yang belum Aurora rasakan terhadap pemuda itu. Tak terlihat kebencian atau marah, justru ia menikmati pelukan tersebut.
"Maafin aku, Aurora, itu bukan aku, tolong percaya aku!"
Aran mempererat pelukannya kemudian memposisikan Aurora di atas kasur lagi. "Aku butuh ngomong sama kamu, tolong jawab pertanyaan aku?" Aran mengeluarkan suara pilek. Aurora hanya mengangguk sembari menatap Aran.
"Apa benar kamu pernah pergi ke dukun atau semacamnya untuk kepentingan tertentu?"
"Hah, kok kamu tau?" Aurora kaget.
Aran melotot bahwa dugaannya benar ada sesuatu yang ganjil terhadap Aurora. "Kamu kenapa sih? Untuk apa kamu ke sana, pasang susuk?"
Aurora tidak menjawab, ia justru meneteskan air mata lalu menunduk. Aran membelai kepala Aurora sambil berucap, "bilang aja, aku gak apa-apa kok, aku gak bakalan marah, aku janji."
Kalimat itu membuat Aurora memperlihatkan wajah cantiknya, ia menatap Aran kemudian melontarkan kalimat, "Beneran kamu gak marah?"
"Iya."
"Jadi, aku memang pergi ke dukun, Nyi Pingit namanya, aku dapat informasi dari postingan facebook. Aku pake Ajian..."
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalur Pelet
Horror"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!" Aurora terpaksa menggunakan ajian Jaran Goyang untuk mendapatkan Aran, namun tindakannya justru membawa petaka hingga melukai dirinya sendiri. Selain itu Juli...