"Pak, tolong maafkan mereka Pak. Mereka bolos karena sudah nyelametin saya. Bahkan mereka juga telah menjebloskan Juli ke penjara Pak. Mohon maafin mereka ya Pak."
"Lho, kenapa gak bilang?"
"Bapak gak kasih kami kesempatan kami buat ngomong Pak," balas Ina dan Aran serentak.
"Ya tinggal ngomong aja kok susah. Ya sudah, saya maafin, tapi ingat jangan ulangi apa pun alasannya."
"Terima kasih Pak."
Mereka keluar. Aran dan Aurora menuju ke ruangannya Sementara Angku terlihat berjalan menyeret menuju dapur. Ina menemui Johar.
"Pak, tolong kasih ijin buat Angku buat istirahat ya Pak."
"Ya saya ijinkan, cepat bilangin sama dia."
"Iya Pak, terima kasih!" Ina berjalan menemui Angku di belakang.
Ina melihat Angku sedang duduk termenung, wajahnya tak ada semangat. Perempuan itu mendekati pelan-pelan. Ina berlinang sembari memegang tangan Angku. Ia duduk di samping Angku.
"Kok kamu bisa gini sih? Aku gak ngerti lho."
"Kan kemarin udah bilang, tenagaku udah terkuras dari semalam," jawab Angku.
"Aku gak tega liat kamu."
"Aku gak apa-apa, cuma butuh istirahat aja." Angku tersenyum. "Tapi kayaknya mumpung kamu di sini, aku pengen ngomong sama kamu."
"Ngomong apa?" Ina menghapus air mata.
"Tapi jangan marah ya?"
"Kamu mau nembak aku kan?"
"Kok tau?" Angku garuk-garuk kepala heran.
"Ya aku mau."
"Ealah, kok enak banget?" Angku senang.
Ina sedakep memeluk. Angku hanya menyentuh kepala Ina yang terlihat lebih pendek. Kini hubungan mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Setelah sekian lama menjomblo, mereka akhirnya merubah statusnya berpacaran.
"Boleh aku panggil Sayang?"
"Boleh dong, kita kan udah resmi pacaran."
"Aku butuh Degan Ijo, kayaknya aku harus ijin pulang."
"Udah aku ijinin, ayok aku anter sekalian beli Degan Ijonya," kata Ina berdiri. "Kok kamu yang anter, kan kerja?"
"Ya gak apa-apa sekalian anter pacar baru aku, ayok!"
Ina membantu Angku berdiri. Ia menuntun tubuh Angku yang terlihat tengah tak bertenaga. Ketika di tempat parkir mereka malah melototi dua motor yang saling berdekatan. "Ya, kalo kamu anter aku, berarti harus bawa motor satu dong. Ya udah, aku pulang sendiri aja, aku masih bisa."
"Lho, beneran gak apa-apa? Nanti aku bisa minta tolong sama Aran kok."
"Gak usah, biar aku sendiri," tutup Angku.
Angku menuntun motor sebentar kemudian menungganginya. Ina hanya menatap kepergian sang kekasih, usai itu Ina kembali. Pada saat pulang kerja, Ina mengunjungi Angku di kontrakan. Terdengar suara pintu diketuk, Angku berjalan pelan menuju ruang depan.
"Bentar!"
Terdengar suara Angku dari luar. Ina diam dengan wajah berbunga, sementara tangannya membawa kantong plastik.
"Ina, kok ke sini?"
"Aku mau jenguk pacar aku."
Angku tersenyum. Kemudian ia mempersilahkan Ina masuk. Mereka duduk berdampingan. "Aku bawain kamu air Degan Ijo, ini." Ina menyodorkan.
"Kok kamu beliin sih? Kan tadi pagi aku udah beli lho."
"Ya gak apa-apa biar kamu cepat sehat kan." Ina membuka sedotan lalu memberikan pada Angku.
Angku menyedot beberapa kali, kemudian Angku mengambil dan memegang kantong plastik tersebut. Mata Ina memperhatikan gerak-gerik Angku yang terlihat canggung.
"Ini beneran Degan Ijo?"
"Iyalah Masak aku bohong, kan kata kamu yang bilang tadi pagi."
"Bukan gitu, maksudnya Degan Ijo yang dalemnya itu warna pink bukan degan yang biasa," ungkap Angku.
"Ya aku gak tau Sayang, aku kirain di pinggir jalan banyak kulit degan warna ijo ya udah aku beli aja, gak nanya lagi."
"Ya udah, gak apa-apa nih aku minum, lumanyan buat tambah-tambah." Angku memperlihatkan sela-sela gigi.
"Emang harus yang dalemnya pink ya?"
"Iya, soalnya yang asli yang dalemnya pink. Udah gak usah dipikirin!" Angku mengelus pipi Ina. Usai itu Mata Ina terpaku pada foto lawas yang terpajang di ruangan tersebut. Ina berdiri lalu menghadap foto yang terlihat hitam putih.
"Itu foto kamu waktu kecil?"
"Iya waktu aku kecil emang gendut sih, hehehe."
"Foto waktu kamu kecil imut ya?" Ina terlihat gemes.
"Iya gedenya amit-amit. Hahaha," sahut Angku melebarkan mulut. Kemudian kedua manusia itu menatap dinding yang penuh dengan beberapa bingkai foto lama Angku waktu kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalur Pelet
Horror"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!" Aurora terpaksa menggunakan ajian Jaran Goyang untuk mendapatkan Aran, namun tindakannya justru membawa petaka hingga melukai dirinya sendiri. Selain itu Juli...