Pesta Perayaan

40 2 0
                                    


Aurora duduk di depan cermin sambil merias wajahnya. Aurora mengambil beauty blender kemudian membaurkan foundation di wajahnya. Selagi Aurora sedang sibuk, Ina masih terlihat tak tenang.

"Udahlah Na, lagian kita mau seneng-seneng lho."

"Iya iya, gua berusaha tenang ini ah," kata Ina masih larak-lirik. "Udah yuk, kita berangkat!" Aurora menarik tangan Ina. Mereka berangkat menggunakan mobil Aurora. Setelah sampai, mereka disambut oleh beberapa lelaki yang matanya jelalatan.

"Hai Aurora, kamu cantik hari ini."

"Betul-betul cantik sekali Aurora."

"Awas, gua mau lewat!" Ina menerebos sekumpulan laki-laki sedangkan tangannya meraih lengan Aurora. Mereka berdiri tak jauh dari podium sederhana yang telah dipersiapkan oleh kantor. "Bentar, gua ambil minuman dulu ya." Ina menuju meja yang terdapat banyak gelas. Aurora memperhatikan sekelilingnya, ia tampak sedang mencari seseorang. Ia berjalan namun wajahnya tak tenang.

"Aurora kamu nyariin aku ya?"

Datang seorang lelaki. "Ih, najis, gua nyariin orang lain, udah minggir!" Aurora mendorong orang tersebut. Lelaki itu hanya senyum, Aurora terus bergerak hingga seseorang menepuk pundaknya.

"Hey!"

"Aduh, Ina jangan ngagetin kenapa?" Aurora menyentuh dada sambil mengeluarkan nafas pelan. "Nih." Ina menyodorkan gelas berisi cairan warna orange.

"Aran belum keliatan ya?"

"Tenang aja, dia pasti dateng kok." Ina meneguk air di gelas. Tak lama kemudian Johar berdiri di podium lalu memberikan pembukaan acara tersebut.

"Selamat malam semua. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk menghadiri acara pesta syukuran perusahaan kita yang mengalami pencapain yang luar biasa. Berkat kerja keras kalian akhirnya kita bisa mengalami peningkatan. Sambil menikmati irama musik dan lagu, silahkan nikmati hidangan yang ada karena semua merupakan hadiah untuk kita semua."

Setelah memberikan pernyataan tersebut Johar terlihat sedang menyanyikan sebuah lagu. Terdengar tepuk tangan meriah dari semua pengunjung. Dari kelompok yang tak jauh dari Aurora dan Ina, terlihat para lelaki sedang membicarakan Aurora.

"Gila, gua paham sih, Aurora itu cantik, seksi, beh.. gua gak tau mau ngomong apa lagi. Tapi, hari ini ia benar-benar cantik banget coy," komentar pria hitam tinggi.

"Akhir-akhir ini ia memang terlihat cantik, gak kayak biasanya, pesonanya berlipat-lipat tau," ujar cowok rambut keriting. Tak sengaja Ina mendengar percakapan mereka. "Au, kayaknya mereka lagi ngomongin lu dah." Ina menginformasikan.

"Ngomongin apa sih?" Aurora justru anteng. "Ya gak tau, gua denger dia nyebut nama lu tadi." Ina mendekatkan gelas di mulutnya.

"Biarin ah!"

Aran berjalan dari ruang parkir menuju tempat pesta. Di pertengahan jalan ia bertemu dengan Angku. "Katanya sibuk? Malah makan enak." Aran memasukan kunci motor ke saku.

"Saya kira gitu, ternyata semua sudah ada yang ngatur. Pak Johar baik banget ya mas, ia nyuruh aku ikut pesta ini." Angku terlihat bahagia.

"Memangnya kenapa?" Aran menatap Aurora dari jauh.

"Wah kalo di tempat kerja saya dulu mana ada kayak gini, bosnya galak banget."

"Ya udah lanjutin ya, gua mau ke sana." Aran meninggalkan Angku yang sedang memegang segunduk sate dan rendang.

"Yah pergi." Angku menyuap.

Aran mendekati Aurora lalu menarik lengannya. Kemudian pemuda itu membawa Aurora di tempat sepi. Aurora kaget dan berusaha melepaskan namun ia tak bisa. "Kamu kenapa sih? Dateng-dateng narik-narik." Aurora berlagak cuek. Aran tak menjawab pertanyaan Aurora, ia justru terlihat tak tenang sambil melihat area tersebut. 

"Kamu jangan jutek gitu dong." Kalimat Aran pelan.

"Aku gak jutek kok, itu balasan buat cowok yang selalu nyakitin aku. Makanya kalo dikasih enak mau, padahal mau sok jual mahal." Aurora buang muka.

"Aurora!"

Aran membalik badan Aurora lalu menyentuh kedua tangan wanita itu. Aurora menatap tajam wajah pria tersebut. "Aku minta maaf jika selama ini aku suka nyakitin kamu, aku minta maaf ya, tolong kamu jangan kayak gini lagi oke." Aran senyum manis.

"Beneran kamu gak bakal nyakitin aku. Kalo terulang lagi gimana?" Aurora berkata lembut.

"Aku janji, apa pun mau kamu aku nurut. Makan siang, makan malam, makan badak juga mau," katanya. "Hah, daging badak emang ada yang jual? Orang hewan langka begitu," respon Aurora dengan wajah seri.

"Belum ada sih, siapa tau ada lho."

Aran tak menyangka orang secantik Aurora bisa berpikiran demikan. Wajah Aran jelas seakan berbicara hampir tak percaya. Sedangkan isi otaknya berpikir itu adalah guyonan atau memang tutur kata Aurora yang asli. Namun Adegan itu aneh itu tak berlangsung lama, usai itu muncul suasana mesra.

Jalur PeletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang