Tiba-tiba terdengar suara jeritan Ina. Aurora mendengar suara tersebut. Ia berusaha membuka gerbang itu. Ia khawatir dengan Ina, Aurora berjalan mendekati mulut pintu sementara ia melihat motor Ina terparkir di halaman. Ia membuka pintu yang tak terkunci, Terlihat kondisi rumah membuat Aurora was-was. Ia berjalan pelan sementara dari mulutnya terdengar suara menggigil ketakutan. Matanya melotot ketika melihat bercak darah di lantai.
"Ya ampun!"
Aurora menutup mulut melihat darah yang tercecer di mana-mana. Aurora telah berlinang sementara matanya memperhatikan darah segar, terlintas jejak darah seperti benda diseret menuju ke tempat lain. Aurora memberanikan diri mengikuti jejak darah itu meski diiringi tangis dan takut.
Bercak darah itu melewati meja makan lalu menuju ke ruangan tak tertutup. Aurora melangkahi bekas darah itu lalu matanya berkali-kali menatapnya dari pangkal sampai ujung penghabisan bercak itu.
"Ina apa yang terjadi sama lu?"
Kalimat itu terus terngiang di pikiran Aurora. Wanita itu terus mengikuti jejak darah itu hingga ia berada di lorong jalan selebar dua meter. Air mata Aurora terus membasahi pipi dengan langkah kaki seperti keong.
Tiba-tiba terdengar benda jatuh di belakang Aurora. Suasana makin mencekam suara tangis makin menjadi. Ia mencoba melihat benda yang jatuh tersebut.
Aurora balik arah dengan langkah takut-takut. Setelah melewati lorong jalan itu, Ia melihat seekor tikus sedang mencari makan dan menjatuhkan salah satu perhiasan di lemari. Aurora mengelus dada dan menarik nafas panjang.
Aurora menatap ke atas lalu menunduk sebentar. Ia melirik lorong jalan itu. Ia kembali mengikuti jejak yang baru hangat tersebut. Mata larak-lirik seperti orang hendak mencuri. Ia perhatikan pintu tertutup di depan.
Ngeeekk! Pintu itu bergerak sedikit. Akibatnya menambah ketakutan Aurora, wanita itu kembali menutup mulutnya agar tidak bersuara. Kakinya maju melewati pintu. Aurora menatap di depan, terdapat pertigaan. Tetapi Aurora melihat jejak darah itu mengarah ke lorong sebelah kiri.
Tempat itu minim cahaya, tidak ada sumber penerangan namun jejak itu masih dapat dilihat oleh Aurora. Setelah melewati pertigaan Aurora di bawah menuju ruangan seperti gudang.
Gudang tersebut sangat luas banyak barang yang tidak terpakai dan bertumpuk tak terpakai. Ia berjalan mengikuti jejak yang dari tadi menjadi pusat perhatiannya. Ketika Aurora melangkah tak sengaja menginjak sesuatu yang menimbulkan suara berisik.
Krak!
Saat itu Aurora langsung diam mematung, wajahnya juga terlihat menyesal. Dari depan terdengar suara langkah kaki menuju ke arah Aurora.
"Siapa itu?"
Suara laki-laki itu keras hingga membuat Aurora kebingungan. Wanita itu lantas bersembunyi dari balik tumpukan buku-buku yang tak terpakai. Aurora duduk jongkok sambil menutup mulutnya rapat-rapat. Terlintas Juli muncul dengan wajah penuh keringat. Matanya tajam memperhatikan area tersebut tetapi tidak menemukan sesuatu. Karena tak menemukan apa pun, Juli kembali pergi. Ketika Juli melangkah, seekor kecoa muncul lalu merayap di kaki Aurora.
Aurora ketakutan namun mulutnya berusaha bungkam. Kecoa tersebut justru merayap hingga naik ke atas. Karena tak tahan melihat serangga tersebut, Aurora menjerit ketakutan dan membuang kecoa dari tubuhnya. Aurora langsung berlari keluar. Juli mendengar itu lalu mengikuti sosok yang tengah melarikan diri.
"Hei, siapa itu?"
Aurora terus melangkah cepat dengan sesekali melihat ke belakang memastikan tidak ada yang mengikutinya. Tak lama sosok laki-laki mengikuti Aurora, Aurora mempercepat langkahnya dan keluar dari rumah itu. Aurora cepat-cepat menyalakan mobilnya dan meninggalkan tempat tersebut.
Ketika mobil itu melintas di depan Juli baru muncul, Ia melihat sebuah mobil melintas namun terlalu jauh untuk dikejar. Melihat itu Juli mondar-mandir terlihat resah. Kemudian dia masuk ke dalam buru-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalur Pelet
Horror"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!" Aurora terpaksa menggunakan ajian Jaran Goyang untuk mendapatkan Aran, namun tindakannya justru membawa petaka hingga melukai dirinya sendiri. Selain itu Juli...