Keanehan Muncul

35 1 0
                                    


Setelah beberapa hari, Ina telah menunjukkan kondisi baik. Ia pun masuk kerja. Ketika Ia menuju meja kerjanya Aurora telah siap menyambut hendak memeluk Ina. Setelah dekat dekapan erat pun terjadi, dua sahabat itu berpelukan setelah sekian lama tak jumpa.

"Sumpah gua kangen banget ma lu Na." Aurora melepaskan pelukan.

"Tapi lu gak apa-apa kan? Lu yakin masuk kerja?"

"He eh, gua udah sehat kok." Ina mengangguk.

Ina meletakkan tas dan sekotak ampyang di meja. Aurora menyusul melewati Ina dari belakang kemudian duduk di kursinya. "Tapi kata Ibu, polisi masih menangani kasus ini. Juli berstatus buron," ungkap Ina.

"Oh, gitu, bagus deh."

Wajah Aurora malah terlihat aneh setelah mendengar ucapan Ina barusan. "Lu kenapa?" Ina menatap Aurora setelah menyalakan komputer.

"Gak apa-apa kok."

Aurora melirik Ina aneh, seperti ada yang yang mencurigakan namun Ina tidak menghiraukan hal tersebut. Mereka fokus bekerja di depan layar monitor, ketika itu muncul Johar. "Nah, gini dong, karyawanku pada komplit. Jangan ada lagi yang ilang-ilang ya!"

"Pak, hehe."

"Iya Pak."

Usai itu Johar pergi sedangkan Ina dan Aurora saling tatap aneh tak mengerti ucapan Johar yang tiba-tiba muncul mengagetkan mereka. Di dapur, Aran menghampiri Angku yang sedang duduk dengan secangkir kopi di meja. Aran menyeduh kopi lalu duduk di dekat Angku.

"Juli masih berstatus buron. Ina sudah memberikan laporan terkait kejahatan Juli karena hendak membunuh Ina malam itu."

"Meski Mbak Rora dan Mbak Ina sudah kembali. Kenapa ya perasaan saya kok gak enak gitu?"

"Maksudnya?" Aran belum paham.

"Saya juga gak tau persis, cuma hati kecil saya bilang semua ini tuh kaya masih misteri, saya sendiri juga gak ngerti."

"Emang suka ngaco lu."

"La memang gitu kok Mas."

Ketika Aran pergi. Muncul Ina bersandar di pintu sambil memperhatikan Angku. "Angku kalo diliat-liat ganteng juga ya," pikir Ina dalam hati sembari senyum. Ia senyum sendiri seperti orang gila, sementara tangannya memegang kotak ampyang. Dia tak sadar telah didekati Angku. Angku melongo melihat Ina senyum-senyum.

"Halo!" Angku melambaikan tangan. Ina belum sadar isi otaknya telah membayangkan sesuatu yang indah bersama Angku.

"Haloo!"

Angku teriak, Ina pun kaget. Matanya menatap Angku sementara mulutnya dibungkam dengan tangan. Ia balik badan ia menggerutu dengan dirinya sendiri.

"Halo Mbak Ina!"

Ina balik badan malu-malu. "Angku kamu suka sama ampyang gak? Aku bawain buat kamu nih." Ina menyodorkan makanan tersebut. 

"Wah, ini sih kesukaan saya Mbak, makanan khas Jawa," tutur Angku sambil menerima bingkisan itu.

"Makasih Mbak."

"Ya udah aku balik dulu." Ina balik badan.

Usai Ina pergi, Angku langsung membuka kotak tersebut lalu mengambil satu. "Hem, enak banget, udah lama gua gak makan ini makanan, Mbak Ina kok bisa tau makanan kesukaan gua ya?"

Saat Angku berceloteh sendiri. Ina sembunyi di balik pintu, matanya tertuju pada Angku, Ina makin bahagia ketika mendengar Angku berbicara tentang dirinya. Saking senang Ina tak sengaja menyenggol kotak sampah dan mengejutkan Angku.

Kelontang!

"Hah siapa itu?"

Angku melihat ke sumber suara. Wajah Ina mengerut, ia beberapa kali menepuk kening. Karena tak ingin ketahuan, Ina langsung kabur. Ketika Angku mendekat dan memeriksa, Angku hanya dapati tong sampah yang telah terguling dengan isinya berserakan.

"Angku! Kotak sampah kok ditendang-tendang, benerin cepat!" Johar ujug-ujug berdiri di depan Angku.

"Lho, bukan saya Pak."

"Bukan saya, bukan saya, cepet betulin!"

"Baik Pak." Angku bergerak memasukan sampah-sampah yang berserakan. Johar lalu pergi. Meski tangannya bekerja, namun wajah Angku menunjukkan ekspresi gusar. Selesai itu Angku kembali ke tempat duduk dan minum kopi. Ina jalan sedikit membungkuk dan diperhatikan oleh Aurora. 

"Lu kenapa kayak maling?"

Ina tak langsung menjawab, usai dia duduk baru angkat bicara. "Kagak kaki gua rada keram," kata alasannya. Aurora tak menanggapi lagi. Kemudian ponsel Aurora berbunyi, ketika itu wajah bahagia muncul, jari-jarinya mengetik pesan sementara Aurora terlihat senang ketika ponsel mendapat pesan baru.

Ina perhatikan tingkah Aurora tak seperti biasanya. "Lu kenapa gitu amat ekspresinya, WA dari Aran?"

"Bukan."

Aurora tidak terlalu memperhatikan Ina, ia fokus dengan layar ponsel. "Dari siapa sih?" Ina mengambil paksa HP Aurora. Ina penasaran dengan isi pesan Aurora, tetapi sebelum itu Aurora berdiri dan membentak Ina.

"Ina, lu keterlaluan ya. Main comot aja HP gua, sini!" Aurora mengambil ponsel kemudian pergi. Ina kaget dengan tindakan Aurora barusan.

"Kok tumben, Aurora ngebentak gua sih. Kok gua rasa-rasa kek ada yang aneh." Ina berpikir sejenak, kemudian lari ke ruangan Aran.

"Lu barusan chating sama Aurora gak?"

"Chating?"

"Iya, Wa apa gitu?"

"Gak ada Na."

"Masa gak sih? Soalnya Aurora senyum-senyum sendiri pas ada Wa baru. Gua pikir itu Wa dari lu?"

"Itu pasti selingkuhannya, om-om."

"Hah, yang bener lu? Masa om-om sih? Lagian gua gak percaya kalo dia selingkuh. Dia itu cuma cinta sama lu dan lu itu cinta terakhirnya," tandas Ina.

"Na, gua udah liat pake mata gua sendiri. Dia itu jalan sama om-om. Bahkan dia nampar gua di depan selingkuhannya itu."

"Kalo gak percaya, Angku saksinya," ujar Aran terlihat sedikit emosi.

Ina tak berkomentar apa pun. Ia duduk lemas sambil memegang bibir. Ina terlihat shock mendengar penjelasan Aran barusan.

"Gak mungkin Aurora selingkuh apa lagi sama om-om lagi. Buat apa coba?"

"Kok gak mungkin?"

"Aran, gua udah lama kenal dia, Aurora udah lama ngincer lu. Masa cuma om-om bisa kabur begitu aja, aneh dah," lafal Ina.

"Kita butuh selidiki ini, karena ini tuh mustahil. Dia juga gak biasanya bentak-bentak gua barusan pas HP dia gua ambil."

"Ya udah gua balik dulu." Ina pergi.

Aran merenungkan kata-kata temannya tentang Aurora barusan. "Ina ada betulnya juga sih, siapa tau gua salah atau pas kebetulan. Tapi masa gua salah liat sih?" Aran menepuk pipi dengan telunjuk.

"Aduh, pusing gua ah."

Aran mengeluarkan nafas panjang. Kemudian Aran balik badan tepat di depan komputer yang tengah memperlihatkan barisan code pemrograman yang terdiri dari simbol, angka, dan huruf.

Jalur PeletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang