Aran tiba-tiba muncul dan menarik tangan Angku. Mereka menuju ruang kerja Ina.
"Mas, Mas mau kemana?"
"Uda ikut aja dulu."
Aran berdiri di meja Ina hingga membuat Ina melotot. "Kenapa?" Ina masih belum paham.
"Kalian pada gak sadar apa?"
"Apa Mas?"
"Aku juga gak paham."
"Liat Aurora gak masuk, Ina lu gak khawatir sama sahabat lu hah?"
"Ya ampun, sejak kemarin berantem Aurora belum muncul juga. Gua bener-bener gak sadar," kata Ina menepuk kening. Angku hanya mengangguk tetapi wajahnya seperti mikir sesuatu. Aran mengusulkan ide untuk mencari informasi tentang Aurora.
"Gini, gua udah gak tahan ya, gua pengen kita bergerak sekarang!"
"Kita lagi kerja sekarang Aran," sahut Ina.
"Iya betul Mas."
"Udahlah libur sehari, udah ayo kita pergi sekarang, masa Aurora hilang ini hilang lagi?" Aran melangkah keluar. Ina dan Angku masih saling pandang, tak lama mereka menyusul Aran menuju tempat parkir.
"Masak kita berangkat pake motor, sendiri-sendiri lagi?" ujar Ina.
"Ya juga sih."
Ketika mereka sedang berpikir, Aran tiba-tiba tertuju pada seseorang yang baru saja lewat.
"Aha!"
Aran berseru hingga Ina dan Angku saling pandang. "Lukman!" Aran berlari menghampiri pria berdasi yang baru saja hendak menuju kantor. Tak berapa lama Aran memperlihatkan kunci mobil dengan senyuman. Aran melemparnya pada Angku ketika itu berdiri di depannya.
"Lu yang nyetir, Rosi Bekasi!"
Aran mengangguk kemudian bergegas mengendarai mobil hitam. Di tengah perjalanan Angku justru menepi dan berhenti.
"Ngomong-ngomong kita mau pergi kemana ini?"
"La iya, gua juga bingung mau kemana?" jawab Aran yang duduk di belakang.
"Lu gimana sih, lu yang ngusulin malah gak tau mau kemana, huh dasar."
"Ya udah, kita pura-pura ke tempat Aurora dulu. Pastikan dia adak di rumah atau tidak?" Aran menyarankan. Kemudian mobil itu menuju ke rumah Aurora. Terlihat Minto sedang menyiram tanaman.
"Biar gua aja yang masuk, kalian tunggu di sini aja oke!" Ina keluar kemudian masuk dengan gerbang yang sudah terbuka. Ia berjalan pelan, dari jauh Minto sudah mengetahui langkah kaki Ina.
"Mbak Ina, cari Aurora ya?"
"ya Pak, Aurora ada?"
"Waduh, sejak semalam dia belum pulang," terang Minto.
"Bapak gak tau Aurora pergi kaman gitu?"
"Gak tau Mbak, Bapak sama Ibu juga lagi cari dia, dari semalam ditelpon gak diangkat, mereka juga sudah lapor polisi," tambah Minto.
"Aduh, kemana lagi lu sih Au?" Ina berkata pelan memandang ke bawah.
"Saya pamit dulu pak!"
"Lho, gak masuk dulu Mbak?"
"Gak Pak, saya buru-buru," pungkas Ina.
Setelah itu Ina masuk ke dalam mobil. "Aurora gak ada di rumah. Orang tuanya juga sudah lapor polisi, sejak semalam dia gak pulang."
"Waduh, kalo semalam saya gak apes mungkin saya bisa nemuin lokasi Mbak Rora," tandas Angku.
"Makanya ajak-ajak!"
"Ya maaf!"
"Udah, udah jangan bertengkar, mending kita coba cari ke arah Angku semalam liat. Masih ingat gak jalannya Ang?"
"Masih, kita lurus aja!"
"Heh, ya udah jalan aja. Kan lu yang nyetir Angku? ya ampun." Aran membuang nafas.
"Oh iya."
Mobil itu melaju menuju ke tempat Angku mengikut Aurora semalam. "Lu yakin Aurora semalam lewat sini?"
"Yakin Mas, la wong saya ikuti dia cukup jauh kok, ya terakhir waktu saya nyungsep."
"Ups." Aran menahan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalur Pelet
Horror"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!" Aurora terpaksa menggunakan ajian Jaran Goyang untuk mendapatkan Aran, namun tindakannya justru membawa petaka hingga melukai dirinya sendiri. Selain itu Juli...