Aran menatap tajam wajah cantik Aurora. Hasrat cinta memaksa Aran hendak mencium Aurora. Melihat aksi Aran hendak mencium dirinya, Aurora menutup mata. Namun sebelum adegan tersebut terjadi. Aran tiba-tiba mundur seperti ada yang mendorongnya.
"Aran kamu kenapa?" Aurora mencoba menyentuh tubuh Aran.
"Jangan mendekat!"
Tiba-tiba suara Aran berubah dan ekspresi wajahnya sangat menyeramkan. Tingkah Aran jadi aneh, hal tersebut membuat Aurora takut.
"Kenapa suara kamu beda Aran, kamu kenapa?"
"Jaran Goyang!"
"Beraninya kau mengincar rumahku. Kau tidak akan bisa mempengaruhi selama aku ada di sini," kalimat Aran membuat Aurora tidak mengerti.
Aurora sudah panik, namun tiba-tiba tubuh yang sedang ketakutan itu juga alami hal aneh pula. Tubuh Aurora tiba-toba tenang dengan wajah menunduk. "Aku sengaja mempengaruhi. Hehehe!" Aurora memperlihatkan wajahnya. Wajah wanita itu juga tampak mengerikan. Ia juga terlihat menantang di hadapan Aran. Kini dua manusia itu terlihat di luar kendali. Mereka berhadapan dan saling bermusuhan.
"Sebaiknya kau pergi, karena kau tidak akan mampu," usir Aran.
"Segenap kekuatanku, aku tidak akan pergi menghadapi makhluk sepertimu."
Di saat itu Ina muncul, wanita itu kaget melihat penampakan yang tak lazim. Dua orang yang Ina kenal kini berkelakuan aneh, mereka berbicara dengan suara dan logat yang berbeda.
"Kenapa dengan mereka sih, kok jadi aneh gini?" Ina bingung. Ina berdiri 10 meter dari keberadaan mereka.
"Makhluk hasil olah pikir manusia yang sombong," ucap Aran seraya tampil bengis.
"Kau tidak akan bisa menyentuhnya," cakap Aran sambil mencekik Aurora. "Jangan pernah ganggu aku!"
Terdengar suara tertahan, tubuh manusia itu ditenteng ke atas oleh Aran. Aran menatap wanita itu tanpa belas kasihan. Terdengar suara jeritan dari mulut Aurora, ia meronta namun tak mampu. Serasa memegang, tangan kiri Aran mengarah ke dada Aurora. Seperti menghentak namun tak mengenai tubuh Aurora, tetapi tubuh Aurora seperti terkena pukulan. Dari mulutnya keluar darah segar. Muntahan cairan merah itu keluar lalu membasahi tubuh Aurora.
"Aurora!" Ina menjerit lalu menghampiri mereka berdua. Seketika itu cekitan tersebut lepas, tubuh Aurora tergeletak di lantai. Aran menatap Ina tajam, namun seketika itu ia linglung.
"Aduh kenapa kapala gua?" Aran memegang kepala.
Huwek! Aurora muntahkan darah lagi. Semburan darah itu menyebar di lantai. "Gua kenapa ya?" Aurora merintih.
"Aurora!"
Ina mendekati Aurora lalu memangku tubuh sahabatnya. "Hah, apa yang sebenernya terjadi?" Aran bingung melihat Aurora belepotan darah.
"Lu yang cekik Aurora?" Ina menunjuk.
"Gua?"
"Gua aja gak tau apa yang terjadi Ina, jangan asal jeplak lu ya!" Aran memegang tubuh Aurora. "Gua liat sendiri lua cekik temen gua sampe muntah darah." Ina meneteskan air mata.
"Ributnya entar aja, kita harus bawa dia ke rumah sakit." Aran mengangkat Aurora yang terlihat lemas.
Akibatnya, seluruh orang yang hadir dalam pesta tersebut berhenti setelah Aran menggendong ke Aurora dengan wajah yang penuh bercak darah.
"Ada apa itu?" Johar penasaran.
Sementara mereka berkumpul memperhatikan. Aran terus berjalan menuju ke tempat parkir. "Pake mobil gua aja." Aurora memberikan kunci kepada Aran. Setelah itu mereka pergi ke rumah sakit terdekat. Selagi Aurora mendapat penanganan dari dokter, Aran dan Ina berdebat di luar ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalur Pelet
Kinh dị"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!" Aurora terpaksa menggunakan ajian Jaran Goyang untuk mendapatkan Aran, namun tindakannya justru membawa petaka hingga melukai dirinya sendiri. Selain itu Juli...