Ketangkap Basah

41 1 0
                                    


Wajah Angku tak enak sedangkan Ina tak mengerti maksud percakapan Angku dan Aran. Ina hanya diam sambil menelan ludah. Setelah melakukan perjalanan panjang, Angku memelankan mobil itu. "Di sini saya terakhir melihat Mbak Rora," kata Angku. Mobil itu terus melaju tanpa arah yang pasti.

"Sambil jalan kita tanya aja warga sekitar sini," saran Ina.

Ketika melihat seorang pemuda berjalan berlawanan, Ina langsung keluar dan menghadang. Terlihat dari dalam mobil Ina menunjukkan HP pada orang tersebut. Tak lama Ina kembali.

"Gimana?"

Kalimat Aran hanya dibalas dengan gelengan. Mobil itu kembali melaju. Di depan mereka terlihat banyak, Ina dan Aran keluar bersamaan kemudian mencari informasi tengan Aurora lewat orang-orang tersebut. Meski sejumlah orang sudah dilontarkan pertanyaan, "Tau tentang perempuan ini?" Sambil memperlihatkan foto Aurora namun jawabannya adalah tidak.

Telah banyak orang telah ditemui tetapi tidak satu pun yang mengenal tentang Aurora. Bahkan hari sudah mulai gelap mereka juga belum menemukan tanda-tanda keberadaan Aurora. Sang mentari hendak tenggelam, mereka istirahat di depan mobil.

"Sumpah gua capek banget, istirahat dulu kek," keluh Ina.

"Ya udah istirahat dulu, nih ada makanan." Angku memberikan sejumlah makanan ringan.

"Dari mana?" Aran heran.

"Ada di dalam, kayaknya Mas Lukman lupa. Tenang besok biar saya ganti, daripada kelaperan ya kan?"

Ina membuka makanan tersebut lalu menggigit. Sedangkan Angku membuka botol air mineral. Aran hanya dia, terlihat wajah bingungnya. Angku dengan santai naik di depan mobil lalu membuka satu snack.

"Daripada nanya sana-sini tapi gak ada jawaban yang jelas mending lacak aja HP Mbak Rora, nomor HP, nomor seri atau nomor IMEI gitu," cetus Angku.

"Lah ide bagus tuh, kenapa lu gak bilang dari tadi ah? Gua kan bisa kalo masalah gituan," sahut Aran girang.

"Memang kalo otak buntu susah mikir jernih." Angku memasukkan beberapa kacang atom ke mulut. Terlihat Aran bermain ponsel, dia begitu serius menatap layar ponsel. Hanya hitungan menit, Aran kembali menunjukkan semangat hidup.

"Nah ketemu, lihat ini posisi Aurora, gak jauh dari sini kok!"

Ina dan Angku mendekati HP yang ditunjukkan oleh Aran. Terlihat jelas titik GPS yang menampilkan posisi Aurora berada. Mereka akhirnya memecah kebuntuan. Usai mendapat petunjuk itu, mereka bergegas mengikuti arah berdasarkan informasi dari HP Aran. Sementara mereka terus mengikuti  petunjuk GPS, hari sudah gelap. Mereka melewati dua tikungan lalu berhenti di sebuah rumah gedung. Mereka berhenti lalu memperhatikan area tersebut.

"Kalo sesuai titik sih HP Aurora ada di rumah ini," kata Aran.

Jeblak! Angku menutup pintu mobil keras-keras. "Ya ampun, bisa gak pelan-pelan nutup pintunya Angku?" Aran sedikit panas.

"Maaf Mas, eh itu mobil neng Rora, eh Mbak Rora." Angku menunjuk mobil Aurora yang parkir di halaman rumah.

"Neng-neng," gumam Aran.

Mereka mengintip dari gerbang memang terlihat mobil Aurora berada di dalam. Aran membuka gerbang itu, ternyata tidak terkunci, mereka pun masuk.

"Bener, plat nomornya memang punya Aurora," ujar Ina.

Aran nyelonong mendekati jendela kaca. Penampakan membuat Aran bereaksi pun muncul. Terlihat Aurora menggunakan pakain tidur sedang berpelukan dengan Juli. Terdengar sedikit musik mengiringi mereka.

"Kurang ajar, berani-beraninya lu ambil pacar gua."

Amarahnya meledak-ledak melihat Aurora dan Juli bermesraan di dalam. Kedua tangannya sudah mengepal dan hendak memukul. 

"Ets tenang dulu Mas, jangan main emosi!" Angku menyentuh pundak Aran.

Aurora terlihat menari-nari bersama Juli seperti dunia milik mereka berdua hingga menikmati suasana syahdu. Semakin Aurora dan Juli makin dalam semakin menjadi pula emosi Aran.

Jalur PeletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang