Suatu malam.
Aurora hendak pergi. "Kamu rapi banget mau ke mana sayang?" Ibu Aurora menghampiri.
"Aku mau jalan sama Ina malam ini Ma, aku nginep di rumah Ina ya Ma."
"Ya sudah, hati-hati ya!"
"Oke Ma."
Aurora mencium tangan ibunya kemudian melangkah pergi. Tak lama ayahnya muncul, "Aurora mau ke mana Ma?" Sang ayah membawa secangkir kopi.
"Nginep di rumah Ina."
"Tumben, biasanya Ina yang sering nginep di sini," sambung ayah Aurora sambil duduk.
"Ya biarin aja kenapa? Sekali-kali dia nginep di sana," ceplos istrinya.
Malam itu justru Ina akan bertolak dari rumahnya menuju ke rumah Aurora. "Bu, aku mau ke rumah Aurora ya?" Ina mengeluarkan motor.
"Kamu tuh, gak bosen ya nginep di rumah Aurora, emang gak apa-apa sama Pak Darman dan Bu Sayuh?" Ibunya mendekat.
"Gak apa-apa kok, ibu tau aku sama Aurora tuh dah lama lho temenan," lafal Ina.
"Ina pergi dulu ya Bu."
Ina melambaikan tangan, sang ibu membalasnya. Di sepanjang jalan Ina merasa merinding karena diiringi suara burung hantu yang terus berbunyi.
Usai sampai.
Ina langsung nyelonong masuk ketika melihat gerbang utama terbuka.
Tung-ting!
Di dalam Darman dan Sayuh tengah asyik nonton sinetron. "Pa kayaknya ada yang mengetuk pintu deh." Sayuh melirik Darman.
"Biar Mama cek deh." Sayuh mendekati mulut pintu.
Usai pintu terbuka.
"Ina?"
"Tante, Auroranya ada?" Ina tersenyum.
"Aurora? Lho bukannya dia pergi ke rumah kamu? Dia bilang mau nginep ke rumah kamu, gimana sih?"
"Nginep ke rumah aku Tante?" Ina justru bingung.
"Iya, masa kamu gak tau sih?" Sayuh melipat tangan. "Maaf Tante, saya baru saja keluar sekalian ke sini, saya kira Aurora belum pergi." Ina berbohong.
"Ya udah Tante, saya pulang dulu, mungkin Aurora sudah di rumah." Ina pamitan. Ketika Ina pergi, Sayuh buka mulut pada suaminya.
"Ina barusan datang."
"Lho, bukannya Aurora justru ke rumah dia?" Darman heran, "Ia betul, dia pikir Aurora belum pergi, dia keluar sekalian mampir katanya." Sayuh duduk di samping Darman.
Sementara Ina makin heran dengan Aurora yang semakin aneh dan berbohong pada orang tuanya.
"Kok, balik lagi Na?" Ibunya heran.
"Aurora gak ada Bu, dia lagi keluar, jadi, Ina balik lagi," ujar Ina melepas helm. Perempuan itu kemudian memasukkan motor ke dalam. Setelah itu menuju kamar. Ia duduk di atas kasur sambil memikirkan gelagat Aurora belakangan ini.
"Kenapa Aurora jadi aneh ya?" Ina memukul dagu dengan telunjuk.
"Sebenernya di pergi ke mana? Apa mungkin dia pergi sama Aran?" Ina berpikir. Tak berapa lama ia mengambil HP lalu mengirim pesan.
"Aurora lu di mana?"
Namun pesan tersebut tak di balas Aurora. Satu jam berlalu pesan Ina belum juga mendapat balasan. Ina menghubungi sahabatnya tersebut melalui panggilan suara. Beberapa kali Ina menghubungi Aurora namun ia tak mendapatkan jawaban apa pun.
Sementara itu.
Aurora berada di kediaman Nyi Pingit, ia konsultasi soal keanehan yang terjadi siang tadi. "Tadi siang saya menatap seorang pria, tetapi ketika melihat wajahnya tak lama kemudian kepala saya pusing dan perut saya mual-mual, ada apa sebenarnya?" Aurora heran. Nyi Pingit memejam mata sebentar, usai mendapat penglihatan wanita itu memberikan jawaban.
"Benturan energi!"
"Benturan energi? Maksudnya apa Nyi?"
"Kalian sama mempunyai energi pengasihan namun tidak selaras. Makanya berbenturan, itulah yang terjadi, akan saling tolak menolak. Pria itu mempunyai ajian pengasihan namun masih kecil energinya. Kau tenang saja pria itu tidak akan mampu mengincarmu," ungkap Nyi Pingit.
"Maksudnya laki-laki itu juga ingin melet saya?"
"Betul, Tapi kau tak perlu khawatir karena tubuhmu sudah terlindungi kekuatan yang dia sendiri tak mampu menembusnya."
"Energi pengasihan pemuda itu sangat kecil, dia belum mampu mengalahkan ajian jaran goyang," lanjut wanita tua itu.
"Lalu bagaimana? Apakah sudah menunjukkan hasil?" Nyi Pingit melihat Aurora.
"Belum semua tapi sudah ada tanda-tandanya Nyi," jawab Aurora.
Setelah mengatakan kalimat terakhir, Aurora pamit pergi. Ketika sampai di rumah, kepulangan Aurora jadi tanda tanya Sayuh.
"Lho, katanya mau nginep di rumah Ina?"
"Gak jadi Ma, Ina tiba-tiba gak enak badan, takut ganggu dia makanya Aurora pulang," respon Aurora enteng.
"Oalah!"
"Ya udah aku ke kamar dulu Ma." Aurora melangkah pergi. Sayuh hanya geleng-geleng kepala. "Sekarang dua anak itu aneh," ucap Sayuh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalur Pelet
Horror"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!" Aurora terpaksa menggunakan ajian Jaran Goyang untuk mendapatkan Aran, namun tindakannya justru membawa petaka hingga melukai dirinya sendiri. Selain itu Juli...