Aurora menuju lokasi dukun pelet yang diproyeksikan sebagai pendamping untuk menaklukkan sang idaman. Aurora memakan waktu satu jam untuk sampai ke rumah paranormal yang dianggap bisa membantu permasalahannya. Wanita itu berhenti di sebuah rumah mewah, terlihat unik dengan model seperti kerajaan zaman dulu. Meski besar dan mewah, rumah tersebut memiliki aura mengerikan. Baru saja keluar dari mobil, Aurora merasakan aneh dan bulu kuduknya merinding.Aurora menekan bel, beberapa kali bel berbunyi barulah gelagat ada sosok yang membuka gerbang. Aurora mendapatkan sambutan aneh, terlihat seorang penjaga bermuka datar, berkulit gelap, berkumis, dan tanpa rambut menyuruhnya masuk. Melihat sosok itu hampir membuat Aurora pingsan. Pria wajah datar itu menggiring Aurora masuk dan mengantarkan kepada Nyi Pingit. Ketika memasuki ruangan, Aurora semakin merinding, semerbak aroma dupa menyumbat hidungnya.
Tak berapa lama seorang wanita sekitar berumur 40 tahun berpenampilan seperti peramal, namun aura kecantikannya masih terpancar. Di depannya terdapat tujuh lidi dupa yang masih mengeluarkan asap ke langit. Sementara Nyi Pingit terlihat anteng sambil bermain ponsel. Aurora duduk bersimpuh, ia diam menunggu sembari matanya melihat area sekitar justru terlihat lebih angker dari tampilan luar.
"Kamu yang chat saya semalam ya? Apa pun masalahmu pasti bisa diatasi."
"Iya Nyi, sesuai yang saya ceritakan di chat semalam, saya punya pujaan hati namun ia selalu menolak ajakan saya," tutur Aurora.
"Tenang saja, masalahmu aman di sini. Saya punya ajian kuno dan sangat ampuh. Laki-laki mana pun akan tunduk denganmu." Nyi Pingit percaya diri.
Aurora mengaku siap membayarkan berapapun biayanya asalkan kemauannya tersebut terwujud.
"Ajian Jarang Goyang merupakan ajian paling terkenal, jika kau sudah memilikinya semua laki-laki akan jatuh cinta denganmu, namun harus ada syarat dan resiko yang harus ditanggung."
Nyi Pingit memberitahu bahwa Aurora harus menjalan beberapa ritual agar ilmu yang akan ia miliki bisa masuk secara sempurna. "Kamu harus puasa mutih selama tujuh hari, kemudian yang terakhir kamu harus puasa pati geni tanpa tidur dan makan, dan harus dilakukan disini karena akan dibarengi ritual penyatuan ilmu."
Ucapan Nyi Pingit terdengar menyeramkan, namun, kondisi terus merinding selama ia berkomunikasi dengan wanita dukun itu. Usai mendengarkan ucapan si dukun, Aurora meninggalkan Nyi Pingit, sebelumnya ia menyodorkan amplop coklat yang berisi uang sebagai DP.
Pukul 12.30 WIB, Aurora baru keluar dari ruangan Johar, ia berpapasan dengan pemuda yang menyebabkan hatinya geram. Tetapi, kali ini Aurora bersifat cuek bebek. Tindakan tersebut membuat Aran merasa aneh hingga mengundang pertanyaan.
"Kenapa dia jadi jutek begini?" Aran menatap Aurora tengah menuju tempat kerjanya. Baru saja hendak duduk, Ina menarik tangan Aurora dan mengajaknya ke kantin.
"Ina, gua lagi puasa!" Aurora keceplosan.
"Hah?" Ina spontan heran.
"Sejak kapan lu puasa?"
Pasalnya selama ia kenal dengan Aurora baru kali ini mendapati sahabatnya tersebut berpuasa di hari biasa. Apalagi puasanya di hari Rabu hingga mengundang pertanyaan.
"Gua puasa bayar hutang, cuma tujuh hari," cakap Aurora singkat.
Dengan wajah aneh Ina melangkah pergi. Aurora menghela nafas, kemudian duduk menata kursi. Matanya tertuju pada Juli yang baru saja sampai, laki-laki itu senyum kepadanya. Tetapi Aurora membuang muka. Usai Juli hilang, ia memastikan Juli telah pergi. Aurora kembali duduk dan membuka lembar kerja di aplikasi pengolah data.
Singkat cerita, Aurora telah menjalankan puasa selama enam hari. Jelang hari ketujuh Aurora harus pergi kediaman Nyi Pingit.
Tindakan Aurora tersebut mengundang curiga Ina. Saat itu kebetulan Ina pergi kerumah Aurora tanpa memberitahu Aurora terlebih dahulu. Tak biasanya Aurora telah tiada di rumah. Ina kecolongan hingga tidak tau keberadaan sahabatnya.
"Kata Aurora dia ada acara makan malam sama kamu." Ibu Aurora menjelaskan.
"Oh gitu, mungkin dia udah sampai di restoran tante, saya lupa ngabarin dia soalnya." Ina malah mengarang.
Ina pamit dengan wajah bingung, beberapa belakangan ini Aurora makin aneh. Ina berusaha menelponnya, Namun tak ada respon dari Aurora. Aura Ina terlihat gusar, kemudian ia melangkah pergi.
Di kediaman Nyi Pingit.
Aurora melepas semua pakaiannya, ia hanya menggunakan sehelai kain bermotif batik. Ia duduk bersimpuh, sementara di hadapannya terlihat Nyi Pingit tengah komat-kamit membaca mantra. Aroma kemenyan menyengat hidung, kali ini asapnya lebih banyak dan aroma lebih tajam dari dupa tempo hari. Nyi Pingit menangkupkan telapak tangan, ia tengah fokus menjalankan ritual. Energi malam itu semakin kuat. Aurora telah tak nyaman, beberapa kali ia memegang tengkuk.
Dari sisi kanan Aurora melihat sosok wanita cantik menggunakan pakaian seperti pakaian kerajaan. Ia justru tersenyum pada Aurora.
Sebenarnya ia takut, namun karena harus menjalankan ritual makanya rasa takut itu harus ia tahan. Setelah sekian lama menunggu si dukun melakukan ritual, Aurora diperintahkan untuk berendam di bak mandi. Bak mandi tersebut telah terisi berbagai bunga seperti mawar, melati, kantil dan berbagai bunga yang lain.
Aurora duduk bersila dengan menangkupkan tangan, air bak tersebut menenggelamkan tubuh Aurora sebagian. Sementara Nyi Pingit memandikan Aurora sebanyak tujuh gayung. Saat itu Aurora merasakan sesuatu yang masuk ke dalam tubuhnya. Tubuh Aurora bergetar dari ujung kaki hingga ujung rambut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalur Pelet
Horror"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!" Aurora terpaksa menggunakan ajian Jaran Goyang untuk mendapatkan Aran, namun tindakannya justru membawa petaka hingga melukai dirinya sendiri. Selain itu Juli...