Sekelompok polisi datang memeriksa rumah tersebut. Bersama polisi tersebut tampak Aurora dan Aran sedang berdiri di depan mobil ketika para polisi sedang mengolah TKP sesuai yang dilaporkan oleh Aurora.
"Kamu yakin, semalam kamu gak salah liat?" Aran mengelus bahu Aurora yang bersandar di tubuhnya. Pertanyaan Aran membuat Aurora menatap pacarnya.
"Gaklah, aku ngikutin sejak keluar dari kantor, aku bahkan masuk ke dalam. Di dalam banyak bercak darah. Aku takut terjadi sesuatu dengan Ina, Sayang," kata Aurora dengan wajah pucat.
"Kami pernah berjanji akan saling membongkar rahasia kami. Aku sudah cerita semuanya sama Ina, tapi Ina belum berani buka mulut soal rahasianya selama ini."
"Semalam dia masuk ke rumah ini dan dia disambut oleh Juli, si cowok brengsek itu, mungkin ada sangkut pautnya dengan Juli makanya ia belum berani buka mulut," ujar Aurora meneteskan air mata.
"Usss... Kamu tenang ya, biar polisi yang urus semua ini, aku gak akan tinggalin kamu kok," ucap Aran menenangkan.
"Aku gak tau apa yang terjadi sama Ina. Soalnya semalam aku juga gak nemuin Ina. Cuma bercak darah berceceran di lantai seperti aksi pembunuhan," ungkap Aurora.
"Pembunuhan?" Aran memainkan gigi sambil berpikir.
"Kamu kenapa?" Aurora mengangkat kepalanya.
"Aku takut kalo Ina kenapa-kenapa."
"Apa aku bilang? Orang aku liat dengan kepala aku sendiri, Juli memang penjahat," tutur Aurora.
Tak berapa lama seorang polisi datang. Polisi tersebut memberikan laporan terhadapan investigasi yang telah dilakukan. "Maaf Bu, sejauh ini belum ada tanda-tanda korban yang ditemukan bahkan pelaku telah melarikan diri."
"Maksudnya Pak? Saya lihat sendiri Pak, pasti terjadi sesuatu dengan teman saya," balas Aurora.
"Betul Bu, kami juga menemukan jejak darah yang terdapat di lantai. Laporan Ibu segera kami tindaklanjuti, mohon bersabar kami sedang berusaha," ungkap polisi tersebut.
"Tolong selesaikan kasus ini Pak, dan temukan teman saya," pinta Aurora.
"Baik Bu, doakan saya, kalo begitu kami permisi dulu." Polisi tersebut kembali ke dalam.
"Kamu yang sabar ya, semoga Ina cepat di temukan." Aran mengambil kepala Aurora lalu meletakkan di dadanya.
"Aku takut terjadi sesuatu sama Ina." Aurora menangis lagi sambil gigit jari. Sedangkan Aran mengusap kepalanya sambil mengeluarkan suara menenangkan.
"Sebaiknya kamu istirahat ya, aku anter kamu pulang, supaya kamu lebih tenang."
Aurora tidak memberikan suara, ia hanya menatap Aran dengan senyuman dan anggukkan. Mereka pun pergi dari tempat tersebut dengan mobil Aurora. Usai sampai di rumah, Aran menuntun Aurora ke dalam dan membawa masuk ke dalam kamar. Aurora memposisikan tubuhnya selonjoran di atas tempat tidur, kemudian Aran memberikan selimut sebatas perut. Aurora menghadiahi Aran dengan senyuman.
"Aku senang kamu bisa nemenin aku hari ini," katanya.
"Gak hari ini doang, besok, lusa, minggu depan, bulan de..." Aran berhenti.
"Stop, udah-udah jangan diterusin," potong Aurora.
Aran hanya tersenyum. Saat itu Aran duduk di samping Aurora sambil memberikan belaian kasih sayang. "Kamu Istirahat dulu ya," kata Aran sembari mencium kening Aurora.
Tak berapa lama Aran pergi dan menutup pintu. Sebelum ia pergi, Aran sempat menatap wajah kekasihnya. Ketika hendak meninggalkan rumah Aurora ia dikejutkan oleh Minto.
"Pulang Mas?"
"Eh kodok, kodok, eh kok kodok. Aduh Bapak ngagetin saya aja," ucap kalimat Aran menatap sosok pria yang bekerja di rumah Aurora. Minto justru ketawa kecil melihat tingkah Aran barusan.
"Ya udah saya pulang dulu, tolong jagain Aurora ya. Awas kalo kenapa-kenapa!" Aran mengacungkan telunjuk.
"Siap Mas."
Aran melangkah pergi sambil mengelus dada. Ia berjalan kaki dan berhenti di depan. Tak lama mobil taksi muncul, Aran masuk dan mobil itu bergerak meninggalkan rumah Aurora.
Sementara di dalam Aurora masih belum menutup mata. Terlihat wajahnya kusut, di pikiran hanya terlintas soal Ina dan Ina. Lama-lama wanita itu pun terlelap karena rasa letih yang menyelimuti badannya semalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalur Pelet
Horror"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!" Aurora terpaksa menggunakan ajian Jaran Goyang untuk mendapatkan Aran, namun tindakannya justru membawa petaka hingga melukai dirinya sendiri. Selain itu Juli...