Selingkuh

57 1 0
                                    


Aran menarik Angku ke ruangan. Ia berbisik pada Angku. "Nanti malam pake motor lu."

"Kok pake motor saya?"

"Kalo pake motor gua nanti ketahuan, dan lu yang nyetir oke." Aran melebarkan mulut.

"Oke." Angku kembali ke belakang.

Malamnya, Angku dan Aran telah berada di lingkungan rumah target. Aran sedang menelepon Aurora. Beberapa kali panggilan tersebut juga tak diangkat oleh perempuan yang masih berstatus pacarnya itu. Aran cukup sebal, ia menjauhi Angku yang tengah berdiri dekat motor. Dari gerbang muncul cahaya lampu mobil.

"Mbak Rora mau keluar, ayo!"

Mereka bergegas mengikuti mobil tersebut. Sepanjang perjalanan Angku fokus dengan objek yang berjalan di depannya hingga sampai di lampu merah. Mereka malah terjebak lampu merah sedangkan Aurora semakin jauh.

"Aduh lampu merah Mas."

"Terobos aja udah, keburu Aurora hilang."

"Gak bisa mas, kita harus taat peraturan, lagian cuman sebentar kan?" Angku menjawab enteng.

"Aduh, emang susah ma lu sih."

Tak berapa lama lampu menyala hijau, Angku langsung tancap gas hingga Aran hampir jatuh. Angku melesat dengan kecepatan tinggi namun dengan lincah ia bisa mengontrol kendaraan tersebut. Sekejap mereka sudah berada di belakang mobil Aurora.

"Gila bener!"

Aran panik. Angku hanya tertawa melihat Aran ketakutan di atas motor. Akibat ketawa dan terlalu senang, mereka melebar jalur. Sebuah mobil hendak menabrak mereka.

"Awass!"

Aran berteriak dan menunjuk ke depan. Angku gesit dan mampu mengendalikan. "Ya ampun, jantung gua mau copot," tutur Aran. "Kita mau nguber orang atau mau ke neraka hah?" Aran lontarkan kalimat bernada tinggi sambil menepuk kepala Angku.

"Maaf, hehehe!"

Terlihat mobil Aurora melaju pelan dan menyalakan lampu sein ke kanan. Mereka tetap kokoh mengikuti mobil tersebut hingga mereka sampai di sebuah rumah makan mewah. Aurora duduk di tempat kosong yang hanya tersedia dua kursi saja. Angku dan Aran memperhatikan Aurora sedikit jauh yang terlihat dari jendela kaca. Aurora terlihat menggunakan gaun cantik dan menambah pesona kecantikan.

"Lagi nunggu siapa sih kamu Aurora?" ucap Aran seraya matanya tertuju pada pacarnya yang tampak menunggu seseorang. Aran melihat sekitar seperti kehilangan sesuatu. "Angku, di mana lu?" Aran mencari-cari temannya itu yang tiba-tiba menghilang. Aran melangkah menuju pintu keluar namun tidak menemukan Angku. Aran kembali ke tempat semula. Ia melihat Aurora masih sendiri. Dari arah belakang, Angku muncul dengan dua gelas kopi.

"Aduh lu ngapain? Dari mana aja gua cariin?"

"Saya beli kopi Mas, biar gak ngantuk, nungguin orang itu bosen lho Mas, nih!"

Aran geleng-geleng dengan tingkahnya. Tapi Aran mengambil kopi yang telah diseduh tersebut. Ketika mereka mulai fokus lagi, telah duduk seorang laki-laki seperti om-om dengan tubuh buntak.

"Waduh Mas, Mbak Rora selingkuh sama om-om," tutur Angku.

"Masa gara-gara dia kamu giniin aku Sayang?"

Pluk! Aran menjatuhkan kopinyahingga tumpah mengenai kaki Angku. Angku menjerit bukan karena kejatuhan bendatersebut. Tetapi karena kopi tersebut masih panas, Angku membuang kopinya dan melompat-lompat kepanasan memegang kaki kiri.

"Aw, panas!" Angku menjerit dan menjauh. Aran mendekati Angku justru tangannya ditepuk.

"Sampean ini, kakiku melepuh Mas, aduh!"

"Maaf-maaf Angku, gua kagak sengaja!"

Angku meringis dan meniup kakinya. Angku berjalan mencari tempat agak sepi dengan wajah gusar. Aran menyusul lalu duduk di samping.

"Maafin gua Ang, gua bener-bener gak sengaja."

"Ya iya."

"Mending Mas temuin dulu itu, labrak aja udah si om-om itu," tambah Angku.

Aran diam, ia menatap Aurora yang sedang bersenda gurau dengan orang yang umurnya di atasnya. Aran menggigit gigi, kemudian berjalan menuju tempat Aurora duduk.

"Oh, jadi ini alasan kamu buat ngejauhin aku?"

Aran berdiri dengan wajah sangar. Aurora kaget melihat wujud Aran yang tiba-tiba muncul sedangkan om-om tersebut malah terlihat bingung. "Kata kamu gak bakal ninggalin aku, tapi apa? Nyatanya kamu malah jalan sama orang lain. Kamu bener-bener ya, aku kecewa sama kamu."

"Aran! Kamu kenapa sih? Tiba-tiba datang main marah aja," sahut Aurora.

"Aku pikir kamu cewek baik-baik."

Plak! Aurora mendekat dan menampar Aran. Aran diam sambil menyentuh pipi. 

"Jaga mulutmu ya, kamu pikir ini pasar bisa ngomong sesuka jidat."

Jalur PeletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang