"Gua beneran gak sadar Na, masa gua cekik Aurora sih. Lu pikir dah, itu gak mungkin." Aran mondar-mandir. "Gua juga gak tau, gua liat sendiri, lu ngomong aneh, suara lu beda, wajah lu juga serem, sambil natap Aurora," terang Ina.
"Suara gua beda?"
"Masak gua yang salah?" Ina menunjuk mukanya.
"Gak, lu gak salah." Aran kemudian diam.
"Kenapa sih, ada sesuatu yang lu sembunyian dari gua?" Ina menghadap Aran yang terlihat menyisir rambut dengan jari.
"Bukan rahasia gua, mungkin rahasia Aurora," kata Aran pelan. "Maksud lu, Aurora punya sesuatu gitu? Lu gila ya? Jelas-jelas lu yang mencelakai Aurora gitu," balas Ina.
"Tapi, Aurora juga aneh, suaranya juga beda, sama kayak lu, ah kalian memang aneh, pusing gua jadinya," gerutu Ina sembari membuang wajah ke kiri.
Tak lama dokter keluar dari ruangan Aurora. Ina dan Aran menyerbu dokter tersebut. "Bagaimana keadaan Aurora dok?" Aran menatap serius dokter itu. "Keadaan pasien baik-baik saja, tidak ada luka gejala apa pun. Dia Hanya butuh istirahat," ungkap dokter.
Ina ajukan pertanyaan, "Aurora boleh dijenguk dok?"
"Boleh, saat ini juga boleh pulang, kalu begitu saya permisi" pungkas dokter itu lalu angkat kaki. "Cuma butuh istirahat? Jelas-jelas muntah darah." Aran heran. Ina telah masuk ke dalam Aran masih berdiri dengan tanda tanya di kepalanya.
"Au lu gak apa-apa kan?" Ina memeluk Aurora. Terdengar suara pintu terbuka. Muncul Aran berjalan pelan menghampiri mereka. "Awas lu, jangan deket-deket!" Ina menunjuk Aran.
"Gua sama sekali gak inget apa-apa. Awalnya aku sama Aran tuh baik-baik aja. Tapi tiba-tiba Aran mundur dan..." Aurora menatap Aran. "Dan apa Au?" Ina melirik Aurora dan Aran. "Aran jadi aneh, suaranya beda dan mukanya serem banget," tutur Aurora.
"Sama, lu juga sama alami hal kayak Aran juga. Gua saksinya, tapi Aran malah mencelakai lu sampe muntah darah."
"Apa, kok bisa sih?" Aurora menunduk.
Ina menyarankan, "Ya udah sebaiknya kita pulang aja ya?"
"Biar gua bantu."
Aran mendekat kemudian membantu Aurora berjalan. Mereka akhirnya memutuskan pulang dan mengantar pulang Aurora ke rumah. "Ada apa dengan Aurora, kok pulang pulang jadi gini?" Sayuh terlihat khawatir.
"Gak tau Mah, Aurora tiba-tiba pusing."
Terlihat Aran membawa Aurora ke dalam. Aran kemudian merebahkan tubuh wanita itu di kasur. Ia juga memberi selimut padanya. Terlihat ibunya dan Ina masuk ke dalam. Sayuh duduk di samping Aurora lalu menyentuh pipinya. Aran dan Ina berdiri berdampingan, Ina terlihat anteng sementara Aran memainkan jari-jari.
"Ya udah Aurora, Tante, kami pergi pulang dulu ya soalnya udah malam juga," ujar Ina.
"Ya udah, terima kasih ya udah anter Aurora pulang."
"Makasih ya Na." Aurora melebarkan senyum. Ina membalas lantas melangkah pergi.
"Saya juga pamit pulang Tante, Aurora," sahut Aran.
Tatapan terakhir Aran membuat Aurora aneh. "Kamu kenapa sayang? Cowok itu teman kamu juga." Sayuh penasaran.
"Iya ma, dia teman satu kantor juga."
Sayuh memeluk anaknya dengan hangat. Tangannya mengelus kepala Aurora. Aksi kedua manusia itu seakan mencontoh dunia kasih sayang. Aran mempercepat langkah kaki lalu menyusul Ina.
"Ina tunggu, anterin gua ke kantor dong, motor gua masih di kantor," ucapnya.
"Hem.. lu tuh ya," sahut Ina.
"Tolong gua Na, masa lu tega sih gua jalan kaki, jauh loh itu ke kantor." Terlihat Aran mengemis. "Eh bego, kita ke sini pakai mobil Aurora. Motor gua aja di kantor apalagi motor lu. Mending pesen taksi online." Kalimat itu jadi pembungkam mulut Aran.
"Ya udah buruan pesen." Ina menarik nafas panjang. Aran menarik Hp dari saku lalu memesan taksi secara daring. Mobil warna biru pun datang, Aran dan Ina masuk. Sang sopir menginjak gas mengantarkan mereka ke kantor.
"Oah ya, gua minta maaf soal tadi." Aran berucap pelan. "Ya gak apa-apa, gua bingung, Aurora bingung, lu juga bingung, mending lupain aja. Gua cabut dulu." Ina mendekati motornya. Aran menatap Ina pergi seraya kakinya melangkah. Tak berapa lama ia muncul dengan motor miliknya yang melaju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalur Pelet
Horror"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!" Aurora terpaksa menggunakan ajian Jaran Goyang untuk mendapatkan Aran, namun tindakannya justru membawa petaka hingga melukai dirinya sendiri. Selain itu Juli...