Pada jam pulang.Aran keluar dari tempat parkir, ia menuju rumahnya. Di tengah perjalanan, Aran sempat mampir di sebuah minimarket hendak membeli kopi. Aran memarkir motor, kemudian ia masuk. Setelah lima menit ia keluar dengan membawa kantong plastik putih. Terlintas Juli tengah kencan dengan wanita lain menggunakan mobil merah. Aran hanya menatap sebentar, kemudian mendekati motornya.
"Ayo, mundur-mundur, teruuus!"
Prittt!
Seorang penjaga parkir menarik motor Aran dari belakang sambil mengatur arus lalu lintas. Aran menyodorkan koin.
"Terima kasih Mas," ujar penjaga parkir tersebut. Aran hanya tersenyum.
"Sampean ganteng Mas, Indo punya." Tukang parkir itu melebarkan mulut.
"Saya cowok Mas, sudah pasti ganteng," sahut Aran. Kemudian tarik gas, sang tukang parkir tak membalas.
Setelah di rumah, ayahnya telah duduk menunggu.
"Hehe, Aran akhirnya pulang juga." Darwis tersenyum.
"Ayah, hari ini aku baru saja beli kopi, malam ini kita ngopi ya. Tenang hari ini biar Aran yang bikin oke." Aran melebarkan mulut.
"Wah, kamu bener-bener pengertian banget, boleh dah kalo gitu," jawab Darwis.
"Nih, aku sudah beli kopi gula aren, kesukaan kita berdua. Biar aku buat dulu." Aran masuk ke dalam.
Di dapur Aran memanaskan air, kemudian menuangkan dua sachet kopi bubuk instan ke dalam cangkir. Setelah memasukan air ke dalam cangkir Aran menuju ke depan.
"Kopi gula aren sudah siap."
Aran memperlihatkan dua cangkir kopi yang masih mengeluarkan uap panas. Darwris tampak senang. Usai menerima secangkir kopi Darwis langsung menyeruput cairan hitam tersebut.
"Ah, kopi ini benar-benar enak." Darwis meletakkan di meja. Aran hanya memperhatikan.
"Tidak panas? Kok masih ngebul gitu ayah berani minumnya." Aran menatapnya sambil meniup kopi.
"Kopi itu dinikmati sedikit-sedikit, jangan langsung diminum sekaligus kayak air putih," sambut Darwis.
"Tetap saja panas."
"Dulu, kakekmu juga suka banget kopi. Kopi hitam tanpa gula," ungkap Darwis.
"Kenapa Ayah gak ikuti jejak kakek aja?" Aran terlihat kepanasan minum kopi.
"Selera itu beda-beda, meski memiliki keturunan untuk masalah selera tidak semua sama."
"Kakekmu dulu juga sangat hobi tirakat, seperti puasa mutih, puasa weton dan sebagainya. Makanya kakek dulu terkenal ampuh di kampung, ia cukup populer di zamannya lho Aran," kata Darwis.
"Kenapa ayah tidak mengikuti jejak kakek?" Aran heran.
"Ayah tidak kuat."
"Bahkan anak-anaknya juga tidak ada satu pun yang mengikuti jejaknya," tambah Darwis.
"Apalagi zaman sekarang, sangat jarang orang yang melakukan hal tersebut." Darwis kembali minum. Terlihat Aran hanya diam menatap ayahnya bercerita panjang lebar soal kakeknya.
"Ayah, aku mau ke kamar, mandi dulu." Aran pamit ke belakang.
"Ya udah, mandi sana!"
Aran membawa cangkirnya ke dalam, Ia masuk ke kamar lalu meletakkan cangkirnya ke meja. Ia duduk di atas kasur sambil mengeluarkan ponsel. Aran melihat halaman Facebook penuh dengan status yang memenuhi halaman berandanya.
"Hah?"
Aran sepintas melihat postingan atas nama Aurora. Wanita teman satu kantor dengannya itu tengah membuat postingan berikut.
"Bener-bener ya, masa gua yang harus berjuang?"
Postingan tersebut membuat Aran kaget. "Aurora kenapa ya? Apa mungkin gara-gara gua selalu nolak ajakan dia?" Aran berpikir.
"Ah, sial!"
Aran membuang ponselnya di kasur sedangkan dia menjatuhkan diri dengan kesal. "Bodolah." Aran meraih handuk lalu menuju kamar mandi.
Di rumah Aurora, Ina datang mendekati Aurora yang masih sibuk dengan HP. Aurora telah membiarkan Ina terlihat barang tak berguna.
"Aurora, dengerin bentar napa sih?" Ina menyentuh paha Aurora.
"Kenapa Ina?"
"Bisa gak sih lu cariin gua pacar? Gua dah gak tahan jomblo mulu setahun ini. Gua juga pengen dong, punya pacar," tutur Ina.
"Hah? Lu gak salah Na?"
"Lu goblok ya?" Aurora melotot.
"Kenapa?" Ina terlihat lugu.
"Gua aja jomblo Ina, gua mau ngincer Aran susah minta ampun, ini lu minta dicariin cowok segala." Aurora memperlihatkan wajah tak sedap.
"Temen gua emang gak waras!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalur Pelet
Horreur"Kamu tidak perlu menggunakan cara ini karena aku sebenarnya juga suka sama kamu Aurora!" Aurora terpaksa menggunakan ajian Jaran Goyang untuk mendapatkan Aran, namun tindakannya justru membawa petaka hingga melukai dirinya sendiri. Selain itu Juli...