19

482 85 13
                                    

"Kim!"

Yerim yang tengah berbaring terlentang di sebelah Jungkook menoleh pada oknum yang memanggil namanya barusan, "Ya?"

"Tidakkah kau merasa bosan?"

Yerim mengangguk kecil, "Bosan, tapi mau bagaimana lagi? Masih hujan."

Pria itu buru-buru beralih dari tidurannya yang terlentang untuk tengkurap menatap jendela yang ada di sebelah ranjangnya, "Aku suka hujan, tapi kalau begini aku jadi benci hujan!" Gerutu Jungkook lantaran merasa kesal tidak jadi pergi kencan dengan Yerim karena hujan.

"Hey, jangan begitu! Kita harus bersyukur kalau hujan turun, bayangkan kalau tak ada hujan, mau jadi apa bumi kita?"

Jungkook memutar bola matanya jengah, "Aku tidak benar-benar membenci hujan, itu hanya bentuk ungkapan dari kekesalanku saja, Kim! Jangan diambil serius."

"Tapi tetap saja! Bagaimana kalau hujan dengar? Hujan akan sedih kalau tahu ada yang membencinya, dia bisa mengambek dan enggan mengguyur bumi lagi."

Wah, Jungkook rasanya ingin tertawa atas kalimat Yerim barusan. Apa gadis itu seorang anak berusia 5 tahun yang polos dan mempercayai segala hal? Mana mungkin hujan punya telinga untuk mendengar dan hati untuk merasa sedih.

"Kau konyol."

Yerim mengerdikkan bahunya, mengikuti pergerakan Jungkook untuk tengkurap demi bisa melihat air yang terus menerus membasahi bumi, "Tak peduli, yang penting aku selalu mensyukuri apapun musim yang sedang menguasai bumi!"

"Apa aku sedang berkencan dengan balita?" Tanya Jungkook, menoleh pada Yerim dan mengamati sisi kanan wajah gadis itu yang terlihat begitu luar biasa cantik.

"Hm? Apa maksudmu?"

"Kim, tentu orang dewasa tidak percaya hal yang semacam itu! Maksudku, seharusnya orang dewasa sudah punya pemikiran yang lebih realistis bahwa hujan tak mungkin punya telinga dan perasaan untuk merasa sedih. Itu hanya cuaca, hanya air yang berasal dari uapan air laut, bukan manusia atau hewan yang memiliki hati dan perasaan!"

Yerim berdecak kecil, "Kalau kau tadi bilang kau membenci hujan hanya untuk mengungkapkan kekesalanmu saja, maka aku bicara begitu juga tidak serius, Jeon! Aku bilang hujan bisa sedih kalau ada seseorang bilang ia membenci hujan hanya untuk mengungkapkan rasa syukurku, aku tak suka kalau seseorang membenci sesuatu tanpa alasan yang jelas, apalagi membenci cuaca yang jelas-jelas tidak bisa diatur oleh manusia."

"Ya, ya, ya! Wanita memang selalu benar, kuakui aku kalah."

Yerim mendengus, "Bagaimana kalau menonton film saja, Jeon?"

"Film apa? Rasa-rasanya bosan sekali kalau setiap hari menonton film, malam malam kemarin pun kita menghabiskan waktu dengan menonton film saat gelap tiba."

Yerim bergerak untuk kembali terlentang diatas ranjang, disusul oleh Jungkook yang juga ikut tiduran terlentang seperti sang kekasih.

"Ya sudah, kalau begitu kita tiduran saja disini sampai mengantuk!"

Jungkook berdecak, "Jangan gila, ini masih pukul 7 malam!"

"Lalu mau apa?"

Hening, Yerim tak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Ia mengasumsikan bahwa Jungkook memang juga sedang kebingungan untuk mencari kegiatan yang bisa mereka lakukan untuk membunuh rasa bosan yang menyapa akibat gagal kencan dikarenakan hujan.

Hingga tiba-tiba, setelah beberapa menit keduanya terdiam satu sama lain, Jungkook melayangkan tanya pada si gadis Kim, "Bagaimana rasanya tak punya ibu, Kim?"

Cukup terkejut akan pertanyaan Jungkook untuknya membuat Yerim langsung memalingkan wajahnya, melihat sisi kanan wajah Jungkook yang tengah menatap langit kamar, "Kenapa bertanya begitu?"

ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang