10

501 116 94
                                    

Ciuman.

Astaga, Yerim bahkan tak pernah membahayakan seumur hidupnya kalau ciuman pertamanya akan diambil oleh seorang Jeon Jungkook, pria yang notabene-nya tak Yerim sukai.

Namun ada perasaan aneh yang menghinggapi perasaan gadis itu semenjak malam dimana Jungkook menciumnya, ada rasa gugup dan malu kalau ia bertemu Jungkook, berakhir dengan keduanya yang saling menghindari satu sama lain. Mulai dari hari setelah mereka berciuman, Yerim sudah tak menemukan Jungkook di rumah pagi-pagi sekali, kata Jinae pria itu pergi entah kemana.

Lalu hari kedua setelah mereka berciuman, Yerim tak menemukan Jungkook lagi di rumah, kata Jinae pria itu harus pergi selama 2 hari keluar kota untuk mengurus sesuatu yang Jinae sendiri tak tahu, hal apa yang harus putranya urus di luar kota.

Nah, baru hari kelima mereka bertemu, Yerim terkejut sendiri saat pagi hari hendak sarapan dan ia membuka pintu, ia mendapati sosok Jungkook yang sepertinya baru saja dari kamar mandi. Saat itu aneh sekali karena Yerim merasa senang dan lega karena akhirnya melihat Jungkook.

Ada perasaan yang lebih aneh dalam diri Yerim sampai membuat gadis itu selama 5 hari penuh uring-uringan sebelum tidur, betapa tak sukanya ia saat merasakan ada perasaan rindu ketika ia tak bisa melihat Jungkook.

Ia takut. Yerim takut jatuh cinta pada Jungkook.

Sialan, seharusnya disaat-saat seperti ini ia melakukan konseling dengan Yoorim!

"Selamat pagi, ibu!" Sapa Yerim saat melihat Jinae sedang duduk di sofa ruang tamu sambil merajut dengan kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya.

Jinae mendongak, "Kau bangun terlambat nak hari ini? Tak bisa tidur ya semalam?"

Yerim mengangguk, mengambil duduk tepat di sebelah Jinae, "Aku susah tidur semalam, terjaga sampai pukul 1 dini hari!"

Jinae menghela napas, "Seharusnya kau menggedor pintu kamarku agar aku tahu, Yerim. Setidaknya aku akan membuatkan teh yang bisa membantumu cepat tidur!"

Yerim terkekeh, "Tak perlu, aku baik-baik saja, Bu!"

"Omong-omong, apa kau sedang bertengkar dengan Jungkook?"

Nah, tubuh Yerim mendadak menegang setelah mendengar pertanyaan Jinae.

Dengan kekehan canggung Yerim menjawab, "Tidak, kami baik-baik saja, Bu!"

Jinae mengerdikkan bahu, "Kulihat kalian saling menghindari akhir-akhir ini. Lagipula bertengkar itu wajar, kadang kala memang putraku itu menjengkelkan!"

Yerim kemudian berdehem, lantas dengan ragu bertanya, "Apa Jungkook pergi lagi?"

Jinae mengangguk, "Pergi dengan Sewon!" Jawabnya agak kesal sebelum berdecak dan berkata, "Aku tak suka sekali kalau Jungkook dengan Sewon, aku sudah melarangnya pergi tapi Jungkook terus memaksa akan mengantarkan Sewon!"

"Memangnya mengantar Sewon kemana?"

"Ke kota sebelah! Entah untuk apa aku pun tak tahu," Jawab Jinae masih diselimuti nada ketidaksukaan.

"Ibu membenci Sewon, ya? Kenapa?"

Jinae akhirnya menghentikan kegiatan merajutnya, melepas kacamata dan meletakkannya di meja sebelum menatap Yerim seakan siap untuk bercerita panjang lebar, "Aku memang tak menyukainya! Dia itu-- apa ya? Licik sekali dan mulutnya sangat jahat, aku sungguh tak menyukainya, Yerim!"

"Memangnya Sewon pernah menyakiti hati ibu? Kenapa ibu sangat membenci Sewon?"

Jinae terdiam selama beberapa saat sebelum melirih, "Bukan aku yang disakiti, tapi Jungkook!"

ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang