ABOUT NAYA {43}

47 28 0
                                    

NB : banyak typo di setiap part🫂

Jangan lupa buat selalu vote di setiap part, karena vote itu gratis guys🤝🏻❤️

🅷🅰🅿🅿🆈 🆁🅴🅰🅳🅸🅽🅶 ⬇️

Semoga betah dan suka sama ceritanya 🍒



______________________________________


Selesai sholat di Mushola Naya kembali menatap lekat Kaizen dari balik kaca tembus pandang di ruangan tersebut.

Tidak ada yang di bolehkan masuk karena kondisi kaizen yang sedang memburuk.

Bertahan Kai, bertahan buat gue - batinnya. "Nay" panggil Della menepuk pundaknya pelan, Naya menoleh "iya kak".

"Kaizen selalu ceria saat dia cerita tentang Lo ke gue, dia selalu bahagia banget apalagi pas nyebut nama lo Nay" kata Della sambil tersenyum menatap ke arah Kaizen yang terbaring kaku dengan banyak selang di tubuhnya.

"Alia juga bilang gitu" timpal Naya mengingat saat Alia menjelaskan semuanya. "Lo. Perempuan pertama dan terakhir yang bisa memiliki tahta tertinggi di hatinya Kaizen".

"Gue lebih milih Kaizen cuek dan dingin ke gue kak, dari pada harus ngeliat dia kayak gini" ujar Naya menunduk.

"Kita do'ain yang terbaik buat Kaizen" Naya mengangguk "iya kak, tentu". "Makan dulu yuk" ajak Della di angguki Naya.








Naya sedang melamun di balkon kamar miliknya "gimana mau bisa ngalahin gue kalo kebanyakan ngelamun gini" kata Dirga mendekat dan duduk di samping Naya.

Selesai makan bersama Della tadi Naya di suruh pulang oleh kedua orang tua Kaizen, Della dan juga Shaka. Naya menolak namun, ia terpaksa pulang saat mendengar ucapan dari Shaka

"Kaizen pengen Lo bisa ngalahin Dirga, sesuai sama apa yang Lo udah putusin".

" Kalo Lo di sini terus, gimana belajarnya? Gimana bisa ngalahin bang Dirga?".

"Belajar di sini pun bakal ngeganggu fokus Lo, ya walaupun di rumah tetap sama sih, seenggaknya jangan buat orang tua Lo khawatir Nay"

Terpaksa Naya harus menuruti mereka untuk pulang. "Gue gak bisa fokus belajar" jawab Naya menatap kosong ke depan.

"Kaizen bakalan baik-baik aja, percaya sama takdir dan jangan lupa berdoa" nasehat Dirga mengelus Surai rambut adiknya itu.

"Mau belajar bareng?" Tawar Dirga di angguki Naya. Dirga pun masuk ke kamar dan mengambil buku yang akan mereka pelajari malam ini.

Di temani cemilan yang bunda Diana buat membuat mereka belajar dengan khusyuk. Walaupun ada di barengi canda tawa di setiap kegiatan mereka.

"Yah,  bunda senang melihat keadaan kita sama Naya membaik sekarang" ucap Dania menatap Luciano yang sedang fokus memperhatikan anak-anaknya belajar.

"Iya Bun, ayah juga senang" jawabnya dan memeluk tubuh istrinya itu dari samping. "Setelah ini, kita harus jelasin ke Naya secara perlahan" putus Luciano di angguki Dania.


______________________________________


"Nay" sapa Diva yang melihat Naya sedari tadi hanya melamun tanpa memperhatikan penjelasan dari guru di depan. "Eh_iya Div, kenapa?" Jawab Naya tersadar dari lamunannya.

"Lo sedari tadi gak fokus Nay, gak memperhatikan Bu Ratna di depan" ujar Diva "gapapa kok" ujarnya menyakinkan.

"Katanya mau jadi Jaura umum, jangan ngelamun terus dong" ucap Alia mencoba menyemangati Naya "iya Lia, makasih" Naya tersenyum hangat dan mencoba kembali fokus memperhatikan Bu Ratna di depan.





Naya berada di taman belakang sekolah sekarang, taman yang sudah jarang ia datangi. "Hai, gue kembali ke sini".

"Di sini gue kesannya ngejadiin tempat ini sebagai pelampiasan ya" ucap Naya menghisap udara segar di sini "datang pas lagi sedih sama sakit doang" lanjutnya lagi.

Naya memukul bangku itu untuk melampiaskan kekesalan di hatinya. "Bertahan Kai, tetap hidup dan harus sembuh buat gue" ujarnya memegang dadanya yang kembali merasakan ngilu dan sesak.

Naya merasakan kesedihan mendalam. Melihat sosok lelaki yang menjadi orang berarti dan benar-benar ia anggap sebagai cinta terakhirnya memang teramat menyakitkan.

Ia tidak bisa membayangkan jika Kaizen benar-benar pergi meninggalkan nya ke tempat yang begitu jauh, tempat yang bahkan tidak bisa ia gapai dan temui sekalipun. Akan se-berantakan apa hidupnya nanti?

Tangannya yang gemetar akibat menangis pun perlahan membuka kotak yang sempat ia terima dari Kaizen saat di bandara waktu itu.

Naya tersenyum dengan semakin menangis, dipandangnya jam tangan yang begitu indah. Terdapat secarik kertas di sana, Naya pun mengambil dan membaca itu kertas tersebut.

Semangat belajar biar bisa jadi juara umum semester ini dan seterusnya :)

"Gue janji, bakalan jadi juara umum dan ngebuat Lo senang serta bangga ke gue Kai" ucapnya segera menghapus air mata yang sedari tadi turun.

Naya segera beranjak dari sana dan pergi menuju perpustakaan sebagai tujuannya. Ia mengambil buku yang ingin ia pelajari di rumah nanti.



"Pinjem buku lagi Nay?" Tanya Nizzam saat Naya baru memasuki kelas memeluk buku yang ia pinjam tadi dari perpustakaan.

"Iya Zam" jawabnya tersenyum dan duduk di tempatnya "gue harus bisa ngebuat Kaizen bangga kalo gue jadi juara umum" gumamnya lagi membuat semua yang mendengar itu sedih.

"Semangat calon juara umunya SMA DANUARTA" Salsa mencoba menyemangati Naya dan mencairkan suasana.

"Eh maksud gue juara satu" ralat-nya "makasih Sa, kalian juga harus terus rajin belajar. Harus terus jadi anak terfavorit sebenarnya" balas Naya di angguki oleh mereka

"Siap Bu bos" jawab mereka kompak seraya memberi hormat "apaan sih" beo Naya menggelengkan kepalanya pelan.





______________________________________

ABOUT NAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang