ABOUT NAYA {46}

60 30 3
                                    

NB : banyak typo di setiap part🫂

Jangan lupa buat selalu vote di setiap part, karena vote itu gratis guys🤝🏻❤️

🅷🅰🅿🅿🆈 🆁🅴🅰🅳🅸🅽🅶 ⬇️


Semoga betah dan suka sama ceritanya 🍒

________________________________

"Liora bantu ya kak?" Gumam Liora seketika membuat Shaka kaget. Melihat Shaka yang kaget seperti itu Liora merasa bersalah "maaf, aku ngagetin kakak" ujarnya merasa bersalah.

"Dari kapan?" Tanya Shaka dingin "tadi, aku fikir kakak lagi tidur. Biasanya kan sekarang jamnya kakak tidur abis minum obat" jawab Liora membuat Shaka menyergit "kenapa Lo bisa hapal jadwal tidur sama minum obat gue?".

Sontak Liora menutup mulutnya karena keceplosan "maaf, Liora sering nge-jengukin kakak. Tapi pas kakak tidur doang, takut kakak gak suka sama kedatangan Liora kesini" jawabnya jujur.

"Dan sekarang, kenapa Lo gak takut gue bakalan keganggu?" Tanyanya lagi. Liora tersenyum "Kak Naya bilang. Selagi aku belum cape buat berjuang, aku harus tetap perjuangin kak shaka."

Shaka tersenyum hambar dan kembali menatap ke arah Naya dan Kaizen yang tertidur "kenapa Lo masih tetap mau ngejar gue? Padahal keadaan gue penyakitan kayak gini".

Liora menggeleng kuat "aku cinta ke kakak itu tanpa alasan" jawaban Liora barusan dapat membuat Shaka sedikit tersentuh.

Apa gue harus belajar Nerima Liora di hidup gue? - batinnya bertanya.

"Yaudah, ke kamar kakak lagi ya? Minum obat trus istirahat" ajak Liora, setelah mendapat anggukan dari Shaka Liora pun mulai mendorong kursi roda milik Shaka menuju kamar rawat inap lelaki itu yang tepat di samping kamar milik Kaizen.

______________________________________


Naya dan Kaizen sedang berada di taman rumah sakit sekarang. Tadi kaizen memaksa dirinya untuk mengajak lelaki itu ke taman.

Untung saja dokter telah membolehkan karena keadaan Kaizen yang mendadak jadi lebih membaik dari yang di perkirakan.

Naya  tersenyum menatap Kaizen yang begitu bahagia bisa menghirup udara malam lagi. Menatap rembulan dan bintang-bintang yang jumlahnya sangat teramat banyak ber-kerlipan di langit malam ini.

Menambah keindahan malam yang nampak terlihat luar biasa indahnya dari malam-malam sebelum ini.

Malam ini juga terasa sangat menenangkan walaupun keadaannya lumayan ramai.

Naya melepas jaket di tubuh nya yang lumayan tebal, karena sekarang sudah pukul 10.00 malam. Membuat keadaan semakin terasa dingin ditambah angin malam yang berhembus menyapu wajah mereka.

"Gak usah Nay" jawabnya dengan raut wajah terkejut saat Naya melampirkan jaket miliknya ke tubuh kaizen. "Kamu lebih butuh ini Kai" ucapnya.

Kaizen merasa tidak enak hati memakai jaket Naya, namun ia tidak ingin membuat gadis itu terluka. Naya pun mengajak nya ke arah bangku taman yang tidak jauh dari tempat mereka berada.

Naya membantu Kaizen untuk duduk di bangku itu dan disusul juga olehnya.

Kaizen menatap Naya lekat yang sedang tersenyum menatap ke arah depan.

"Naya"panggilan lembut dari Kaizen membuat Naya menoleh ke arahnya "iya Ai,ada apa hm?" Ia bertanya sambil mengerutkan dahi.

"Bisa balik ke gue gak Ay"tanya Kaizen to the point,mendengar itu membuat Naya kaget, ia tau kemana arah pembicaraan Kaizen sekarang "becandanya gak lucu banget" ia menjawab dengan kekehan kecil walaupun sebenarnya ia sedang gugup sekarang.

"Gue serius" Kaizen menyakinkan "sekali lagi gue tanya, mau balik ke gue?" Kaizen menunggu jawaban dari Naya dengan tidak berhenti memandangi wajah cantik perempuan di hadapannya sekarang.

Naya mengangguk mantap "iya, aku mau" jawab Naya cepat. Kaizen menarik Naya ke dekapannya "you are mine".

______________________________________

Naya dan Kaizen sudah berada di kamar lelaki itu kembali. Naya tidak bisa tidur sekarang, perasaanya benar-benar gelisah.

Ntah ada hal apa yang membuatnya berfirasat tidak baik seperti ini. Ia terus memandang wajah pucat milik Kaizen, bukan hanya pucat seperti biasanya. Namun, wajah Kaizen benar-benar terlihat lebih pucat saat ini.

Naya meraih tangan Kaizen untuk ia genggam. Alangkah kagetnya Naya merasakan tangan lelaki itu yang terasa sangat dingin.

"Kai, kamu kedinginan?" Tanyanya khawatir "wajah kamu juga pucat banget Kai" lanjutnya.

"Aku panggilan dokter ya?" Tawar Naya di tahan Kaizen "jangan" gumamnya dengan suara pelan, sangat pelan.

Kaizen membuka perlahan matanya menahan Naya untuk tetap duduk di sampingnya. "Sayang" panggilnya membuat Naya menatapnya lekat dan berdehem.

"Kenapa Kai, ada yang sakit hm? Bilang sama aku, di mana sakitnya?" Tanya Naya memperhatikan Kaizen khawatir.

"Dingin Nay" ucapnya menggigil, Naya segera menyelimuti Kaizen dengan benar dan menangkup tangan sebelah lelaki itu.

"Kamu kedinginan banget ya?" Tanya Naya melihat Kaizen yang menggigil seperti itu. Padahal keadaan malam ini tidak terlalu dingin menurutnya, bahkan seperti malam biasanya.

"Iya Nay, dingin banget" ucapnya mencoba menatap ke arah Naya "aku harus gimana biar kamu gak kedinginan lagi Kai?" bingung Naya bertanya.

Naya mengambil jaket yang ia taro di sofa dan menyelimutkannya ke badan Kaizen.

"Nay"

"Iya Kai, kenapa hm? Masih dingin ya?"

"Aku mau tidur, ngantuk banget." Naya merasa ada yang aneh dengan bicara Kaizen sekarang. Firasat nya benar-benar sangat burung sekarang.

"Ya udah kamu tidur ya?" Naya mencoba menyingkirkan firasat buruknya.

"Nay"

Naya tersenyum menatap lelaki itu lekat "sayangnya Naya kenapa hm?"

Kaizen terkekeh pelan "aku berharap banget bisa punya waktu yang panjang sama kamu. Bisa ngeliat kamu jadi juara satu umum ngalahin Dirga nantinya. Diajarin sama kamu pelajaran yang aku agak bingung buat di pahami. Terus bisa lulus bareng sama kamu dan juga teman-teman yang lainnya" ucap Kaizen menatap langit-langit kamar seolah sedang membayangkan apa yang ia sedang bicarakan.

"Kamu kenapa ngomong gitu sih Kai. Kita pasti bakalan lulus bareng. Kamu juga bakalan ngeliat aku ngalahin si Dirga nyebelin itu dan orang pertama yang aku peluk saat aku di panggil ke depan itu kamu" timpal Naya antusias membayangkan sebahagia apa dia nanti saat Kaizen bisa kembali bersekolah.

"Seandainya, takdir emang berpihak gitu ke aku Nay"

"Aku udah di suruh buat tidur sekarang Nay " ucapnya ambigu membuat Naya terdiam mematung.

Seluruh tubuhnya terasa lemah. Naya mengerti sekarang arah bicara Kaizen ke mana. Jantungnya seperti berhenti berdetak di saat itu juga.

Naya memperhatikan lekat wajah pucat milik Kaizen. Menatap Kaizen yang menutupkan matanya perlahan. Seolah-olah lelaki itu sudah tidak tahan dengan sakit yang ia rasakan. Sedari tadi Naya memperhatikan dada lelaki itu yang terlihat naik turun karena sesak.

Monitor yang berada di sampingnya pun mulai menunjukkan angka jika detakan jantung lelaki itu semakin melemah.

Naya merasa tidak tega melihat Kaizen seperti itu. Apa ini waktunya Naya benar-benar disuruh untuk ikhlas?.

Tapi, Naya masih berharap untuk Kaizen bertahan lebih lama lagi. Seenggaknya kaizen bisa melihatnya mengalahkan Dirga dan mereka bisa lulus bersama.

Jika perlu, ia ingin selamanya bersama lelaki ini. Kaizen kembali membukakan matanya secara perlahan.

"Aku mau sholat Nay" gumamnya pelan tetapi masih bisa di dengar oleh Naya walaupun sayup-sayup.

"Iya Ai, kita sholat bareng" jawab Naya tersenyum mencoba menahan air mata yang sudah membendung di pelupuk matanya.









ABOUT NAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang