32. Menjauh

2.9K 220 31
                                    

"Pengaruh terbesar mencintai seseorang adalah ketika kita tak siap kehilangan padahal takdir sudah memutuskan."

_Arizal Alfarizi_

Suasana kantin yang ramai, tak membuat mood Rizal berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana kantin yang ramai, tak membuat mood Rizal berubah. Pikirannya hanya tertuju pada gadis kesayangannya. Hari ini, Reni alpa. Ia rela bolos sekolah hanya untuk menjauhi Arizal. Tidak hanya itu, mood nya bertambah buruk saat ia tahu, jika Alvaro juga sekolah di SMA Dasarendra.

Seharusnya ia tak heran. Alvaro juga adik dari pemilik sekolah ini. Iya, Alvaro adik dari Reno Arendra. Tapi, rasa kecewa itu terus menjalar di tubuhnya. Apalagi, saat ia tahu jika Alvaro bergabung di geng motor yang menjadi musuhnya.

Dulu, Rizal sangat percaya dengan Alvaro. Dari kecil, mereka selalu bermain bersama. Hingga suatu hari, kejadian tak terduga menimpa Arizal. Di saat Arizal membutuhkan semangat, ia malah dijauhi Alvaro. Entah apa yang membuat sikap Alvaro berubah kepadanya. Semenjak itu, Alvaro mengabaikan Rizal, bersikap ketus kepadanya, sampai ia pindah ke luar negri untuk menjauhi Rizal. Sampai sekarang Rizal masih berharap jika Alvaro balik lagi seperti dulu, tapi nyatanya. Semua itu hanya karangan dari otaknya. Alvaro kembali, tapi tidak dengan sikapnya.

"Kok lo nggak bilang ke kita kalau Reni nggak masuk sih kak?" protes Dewi pada Rizal. Namun cowok itu tak menggubris perkataan Dewi. Ia masih sibuk mengaduk-aduk jus alpukat nya.

"Lo diem aja Dew, mood Rizal lagi nggak bagus," peringat Yudhis, dari pada Dewi kena amukan Arizal.

"Tumben lo nggak tahu kak," ucap Sifa.

Rizal mengangkat bahu acuh.

"Ternyata, Arizal yang katanya berwibawa. Ketua geng yang terkenal karena kebijaksanaanya. Sekarang cuma jadi pecundang ya," kata Alex sengaja lewat dihadapan Arizal. Ia menampilkan senyum evilnya, lalu melirik sekilas ke Rizal tanpa menghentikan langkahnya.

"Maksud Lo apa hah?!" bukan. Bukan Rizal yang menjawab, tapi Rafi. Cowok itu memang gampang sekali tersulut emosi. Apalagi menyangkut ceweknya dan Blackveros.

Ucapan Rafi berhasil membuat Alex berhenti. Ia memutar badannya menghadap Rafi yang mukanya merah padam menahan amarah. Alex tertawa ringan, tawa yang memiliki arti meremehkan.

"Tanya aja sama leader lo itu!"

"Pak ketos yang baik hati. Mending balik aja ya, ke ruangan osis?" bujuk Khilma, daripada menjadi keributan dan berakhir di BK. Lebih baik di bubarkan sekarang.

Ucapan Khilma sama sekali tak di gubris oleh Alex. Ia malah semakin melangkah maju sembari memainkan lidahnya. "Kalian sadar nggak sih. Kalian itu cuma dijadiin babunya Rizal?"

ARIZALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang