35. Gudang kamar mandi

2.6K 202 25
                                    

"Mencintainya itu bukan pilihan. Tapi keharusan bagi gue."

_Arizal Alfarizi_

Setelah libur dua minggu, kini murid SMA Dasarendra telah aktif masuk seperti semula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah libur dua minggu, kini murid SMA Dasarendra telah aktif masuk seperti semula. Semester ganjil berganti menjadi semester genap. Berarti, sebentar lagi Arizal dan anggota Blackveros serta seluruh kelas 12 akan menunaikan ujian nasional.

Namun begitu, Rizal masih sibuk dengan Olimpiade-nya. Pasti kalian sudah tahu untuk siapa Rizal melakukan hal itu. Jujur, sebenarnya Rizal bukanlah tipe orang yang terlalu ambis. Tapi karena ia harus, dan terbiasa melakukan hal yang mengasah otak, maka jadilah seorang Arizal yang jenius. Dari sini kita bisa belajar, tidak ada orang bodoh di dunia ini. Hanya ada orang yang mau dan tidak mau. Jika kita mau belajar dengan hal baru, kita bisa. Begitu pula sebaliknya.

Di sisi lain, kini Reni tengah mengomel tidak jelas. Padahal ia ingin menjelaskan kenapa ia bisa tahu tentang penyakit yang di derita Rizal saat ini. Tapi, kini topiknya berganti menjadi membahas olimpiade yang membuat Reni sedikit jengkel.

Di pagi yang seharusnya waktu bagi mereka bersama, kini tergantikan dengan kertas yang menemani waktu Rizal. Walaupun Reni terus menyerocos, Rizal tetaplah Rizal yang seperti biasanya.

"Izal, biasanya sebelum berangkat ke sekolah Izal selalu ngasih aku minyak telon," ucap Reni cemberut.

Rizal menoleh pada Reni. "Maaf, hari ini lo ngasih sendiri ya," ucap Rizal lembut. Ia kembali pada laptop dan kertas-kertas yang kini menghiasi meja makan.

"Izal, aku mau jelasin kenapa aku bisa tahu kalau kamu sakit. Kamu nggak mau dengerin penjelasan aku gitu?''

"Gue udah tahu, Ren."

Reni kembali merengut. Iya, Reni sudah menebak jika Rizal lebih tahu dulu sebelum ia menjelaskan. Tapi, apakah ia tak mau sedikit saja mendengar kan penjelasannya? Aish! Semua cowok sama saja.

Reni berdiri dari duduknya, sedikit melangkahkan kakinya menuju sofa untuk mengambil ranselnya. Dengan wajah yang kesal, ia kembali menatap wajah suaminya yang masih berpacaran dengan kertas dan laptop yang membuat Reni ingin membantingnya.

"Hari ini kamu yang nyuci piring, aku lagi mogok." ucap Reni lalu pergi dari hadapan Rizal.

Rizal menatap Reni dengan heran. Tak biasanya gadis cerewet itu tidak bertanya-tanya kepadanya. Biasanya, ia tak perlu mendengarkan musik karena sudah ada ocehan Reni yang menjadi penggantinya. Tapi, pagi hari ini terasa berbeda.

Rizal memutuskan untuk tak ambil pusing. Mungkin hari ini jadwal datang bulan Reni. Ia mengemasi barangnya dan di masukkan ke dalam ransel hitam miliknya. Lalu berjalan untuk mengambil kunci mobil serta menghampiri Reni yang berada di teras.

Tak ada senyum dari wajah cantik Reni. Ia memasuki mobil, tanpa mengucapkan sepatah katapun untuk Rizal yang membukakan pintu mobil untuknya.

"Lo kenapa Ren?" tanya Rizal di sela-sela aktivitas menyetir mobilnya.

ARIZALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang