34. Sedikit dari banyaknya

2.7K 254 26
                                    

"Mungkin jika tak ada cinta, dunia tak seindah dan serumit ini."

_Arizal Alfarizi_

Reni berdiri dengan tergesa-gesa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reni berdiri dengan tergesa-gesa. Ia langsung menyambar tas nya, lalu lari dari cafe itu. Di otaknya saat ini hanya terisi Rizal. Bahkan, ia mengabaikan ucapan-ucapan Reza.

Reza langsung menghadang jalan Reni yang sudah mendekati pintu keluar. "Mau kemana?" tanya Reza.

"Mau pulang. Maaf ya Kak Reza." ucap Reni merasa bersalah, lalu melanjutkan langkahnya, tapi tangannya berhasil di cekal Reza.

"Kenapa?" tanya Reza lagi.

"Biarin dia pulang Za, dia udah di tunggu Rizal," kata Alvaro tiba-tiba.

Reza mengenyirkan dahi, begitu juga Reni. Kenapa Alvaro bisa tahu? Bukankah ia baru berkenalan dengan Reni tadi? Dan kenapa dia bisa tahu Rizal? Pertanyaan itu semua sudah berputar di otak Reni dan Reza.

"Nanti gue jelasin," papar Alvaro. Lalu Reza melepaskan cekalannya dari Reni. Entah kenapa Reza tak egois seperti biasanya. Apa karena hari ini adalah ulang tahunnya?

"Hati-hati," kata Reza, diangguki Reni.

Setelah Reni keluar dari cafe. Reza memutuskan untuk duduk lagi di kursinya tadi. Ada sedikit rasa nyeri pada dadanya kala melihat Reni begitu mentah-mentah menolaknya. Mungkin, tak banyak yang mengetahui sisi lain dari seorang Reza. Jika ia biasa di kenal arogan, sinis, dan selalu ingin menang sendiri. Tapi di sisi lain,  jika ia sudah mencintai satu orang ia akan rela melakukan apa pun demi gadis itu bahagia. Meski perpisahan adalah jalur utamanya. Bukankah puncak dari mencintai adalah mengikhlaskan?

Tapi, Reza kali ini tak mau gampang menyerah. Mungkin karena ia tak tahu jika Reni dan Rizal sudah menikah. Apalagi, yang menjadi pilihan Reni adalah Rizal, yang notabenenya adalah Rivalnya. Ia akan lebih gila untuk mendapatkan Reni.

"Lo nggak ada niatan buruk sama Reni kan Za?" tanya Alvaro memastikan.

"Gimana mungkin gue nyakitin orang yang gue sayang."

🐣🐣🐣

Arizal menggandeng tangan Reni hingga sampai ke mobil. Reni sebenarnya agak takut-takut jika Rizal akan marah dengan dirinya. Ia sadar, ia yang salah kali ini.

Sampai di mobil, dua insan itu tak juga berbicara. Semua bergeming, menahan kata hati yang ingin mengungkapkan rindu antara satu sama lain.

Mobil berjalan dengan kecepatan sedang. Hembusan angin menerpa wajah keduanya karena jendela yang terbuka setengah.

"Kenapa kemarin keluyuran tengah malam?" tanya Rizal dingin. Tatapannya masih setia pada jalanan yang sedikit ramai karena sudah memasuki jam pulang kerja.

"Ng-nggak gitu, aku cuma bingung mau kemana," jelas Reni.

"Siapa suruh kabur dari rumah?"

"Maaf." kata Reni memilin rok nya. Kepalanya menunduk menyesal.

ARIZALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang