40. Dia dan ceritanya

2K 160 23
                                    

"Mungkin sudah hukum alam, jika seseorang di masa lalu akan kembali lagi dengan gejolak yang baru."

_Renida Virna_

Reni mengerjapkan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reni mengerjapkan matanya. Ia benar-benar terkagum dengan perempuan bernama Alice itu. Tampilannya sangat feminim, bodynya juga sangat bagus. Ia yang perempuan saja suka melihat Alice, apalagi laki-laki di luar sana?

"Lo lebih cantik, dia cuma menang body doang," bisik Tasya pada adik iparnya. Ia tahu jika Reni sedikit merasa insecure saat ini.

Alice, perempuan itu beranjak memeluk Nisa. Ia berjalan dengan sangat anggun menurut Reni. "Apalah daya aku yang jalannya kayak cowok, yang suka manjat pohon kayak monyet, yang suka minyak telon dari pada makeup," batin Reni miris pada dirinya sendiri.

"Tante apa kabar?" Alice menguraikan pelukannya lalu mencium pipi Nisa.

"Tante baik, kamu sendiri bagaimana?" ujar Nisa tersenyum manis, ia terlihat welcome sekali pada Alice.

"I'm always good. I was very happy, when Uncle Reno said I could live in his mansion. Luckily my daddy agreed. And finally, I'm in Indonesia," Alice tersenyum manis, terlihat sekali ia sangat suka tinggal di mansion keluarga Arendra. Mungkin karena ada seseorang yang membuat dia sebahagia ini tinggal di mansion keluarga Arendra?

"Lo pakai baju kayak gitu, mending nggak usah pakai. Dari pada lo masuk angin," si julid Tasya mulai beraksi. Ia sangat santai saat mengatakan itu, bahkan ia duduk sembari meminum jus strawberry yang masih tersisa di gelasnya.

Reni yang di buat cengo pun melebarkan matanya. Ternyata ada spesies yang seperti Dewi, bermulut pedas dan tidak merasa bersalah saat berucap.

"Eh Tasya, nice to meet you."

"Kacang mahal... Kacang mahal..."

Reno menghela nafas, inilah sifat Tasya sebenarnya. Jika ia tak suka dengan seseorang atau apapun itu, ia pasti akan terus memojokkannya.

"Kamu tidak boleh begitu Tasya, dia jauh-jauh dari Amerika hanya untuk ke sini." jelas Reno memegang pundak anak sulungnya.

Alvaro tersenyum tipis, tak heran dengan sikap Tasya. Ia tumbuh besar bersama gadis itu, ia tahu bagaimana sikap Tasya pada orang lain. Gadis itu tak akan seperti ini jika lawan bicaranya se-frekuensi dengannya.

"Ini Reni, istri Arizal," Alvaro memperkenalkan Reni yang dari tadi hanya mengamati Alice dari atas sampai bawah. Bahkan gadis itu tak sadar saat Alvaro berbicara.

Akhirnya, pundak Reni di tepuk pelan oleh Alvaro. "Eh, iya? Oh, nama aku Reni kak." Reni mengulurkan tangannya, merekahkan senyumnya.

Beberapa detik, sang empu tak lantas menjawab. Reni memutuskan untuk menarik tangannya kembali, ia tersenyum canggung kepada Alice. "Aduh, bodoh banget kamu, Ren. Alice nggak mungkin mau salaman sama cewe kayak kamu!" ucap Reni dalam hati.

ARIZALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang