39. Puzzle yang belum terpecahkan

2K 136 10
                                    

"Utuhnya keluarga, tak menjamin hidup akan bahagia."

_Arizal Alfarizi_

Tiga hari berlalu, Reni sudah kembali pulih seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tiga hari berlalu, Reni sudah kembali pulih seperti biasanya. Ia juga sudah berangkat ke sekolah dari kemarin. Seperti yang Reni minta, Rizal benar-benar tak membawa masalah pembullyan itu lebih lanjut. Bak seorang yang tak tahu apa-apa, inti Blackveros dan sahabat Reni benar-benar bungkam.

Tingkah Reni-pun seperti biasanya. Ia tak menghiraukan Alfi dan antek-anteknya. Ia hanya ingin menikmati hidup yang singkat ini, menciptakan sebuah momen yang selalu dapat ia kenang. Momen indah tentunya.

"Gue minta tolong, lusa kalian tidur di rumah gue," ucap Rizal pada sahabat Reni.

"Kenapa harus di luar kota sih," kesal Reni yang sedari tadi memakan eskrim-nya.

"Aelah Ren, nanti juga balik. Lagian lo keberatan gitu, kita tidur di rumah lo?" hardik Dewi.

"Bukan gitu ya. Tapi kan—"

"Gue cuma tiga hari, nggak usah kayak orang yang mau di tinggal selamanya," kata Rizal memotong ucapan Reni.

Reni langsung mengepalkan tangannya, dan mengetukkan ke meja dan kepalanya. "Ih, amit-amit Ya Allah. Kenapa Izal ngomong gitu sih?!" ucap Reni kemudian melipat kedua tangannya ke depan dada. Sedangkan Rizal hanya mengangkat bahu acuh.

"Betah banget lo sama orang kaya Rizal, Ren. Kalau gue, udah gue buang dari dulu," jenaka Rama, membuat Rizal menatapnya tajam.

"Namanya udah takdir. Sebenarnya dulu, aku juga nggak mau," kata Reni dengan ketawa recehnya.

"Oh, oke." ujar Rizal lalu beranjak dari duduknya. Meninggalkan meja kantin yang kini menjadi tempat nongkrong inti Blackveros dan Reni dan sahabatnya.

"Mampus, ngambek anak orang," ucap Rafi menakut-nakuti Reni.

"Kejar tuh Ren, bayi lo ngambek," timpal Wisnu.

Reni menghela nafasnya, tak alih ia juga mengejar Rizal. Bisa gawat, nanti uang belanjanya di potong lagi.

"IZAAL, TUNGGU IH!" teriak Reni membuat Rizal menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya laki-laki itu tanpa basa-basi.

Reni menampilkan cengiran kudanya. Matanya menyipit karena senyumnya mengembang. "Aku tadi cuma bercanda, jangan marah," bujuk Reni.

Rizal hanya menganggukkan kepalanya. Sebenarnya ia tak marah, ia juga tahu jika itu hanya bercanda saja. Tapi, tetap saja ia merasa sedikit jengkel.

"Gue nggak marah," final Rizal.

Reni semakin mengembangkan senyumnya. Tangannya terulur untuk menggenggam jemari Rizal.

"Yaudah, ayo balik ke kantin." ajak Reni sembari menarik tangan Rizal pelan. Tapi hal itu di tahan oleh sang empu, membuat Reni mengernyitkan dahinya.

"Gue mau pembinaan."

ARIZALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang