Setelah usai memoleskan ramuan ke seluruh tubuh gadis yang tengah terbaring dengan wajah pucat, Elena segera bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah luar.
"Apa dia masih belum sadar ibu?" Tanya Emily yang tengah membaca buku diatas sofa.
"Mungkin sebentar lagi, setelah ramuan itu bekerja."
"Apakah kau sudah makan Emily?" Tanya Elena sambil mengambil tas di atas meja.
"Sudah, apa Ibu akan berangkat bekerja sekarang?" Sahut Emily sambil menutup buku yang sempat dirinya baca.
"Tentu, karena berangkat nya telat jadi nanti ibu akan pulang larut malam, tidak apa-apa bukan bila kau memasak dan makan malam sendiri?"
"Iya tidak apa-apa."
"Kalau begitu Ibu berangkat dulu." Ujar Elena seraya memberi seulas senyum kemudian berjalan pergi keluar rumah.
"Ya hati-hati dijalan Ibuuu... " Teriak Emily dari dalam ruang tamu.
Seusai kepergian Ibu nya, Emily menyimpan buku yang masih nyaman didalam genggaman nya ke atas meja, sepasang kakinya mulai berjalan ke lantai dua untuk menemui seorang gadis yang masih enggan membuka kelopak mata.
Emily memilih duduk di tepi ranjang setelah berada didalam kamar, matanya menulusuri setiap inci dari wajah gadis disamping nya yang kehilangan warna.
Benar-benar pucat.
"Rambut nya sangat berbeda dengan yang lain." Gumam Emily seraya menyentuh surai gadis itu yang segelap malam.
"Aku akan menunggumu bangun, setelah bangun kita akan bermain bersama-sama lalu memetik buah-buahan sebanyak mungkin."
Sesuatu yang terasa menenangkan juga menghangatkan perlahan menyelimuti rongga hati Emily kala berdekatan bersama gadis asing disamping nya, hal itu membuat Emily semakin yakin, bahwa gadis itu tidak jahat.
•••
Pelan-pelan matanya terbuka, seisi ruangan yang semula terlihat buram mulai terlihat jelas kala rasa pusing sudah tidak lagi melekat, sepasang matanya mengerjap kemudian dahinya mengernyit, langit-langit kamar terkesan asing, kemudian beberapa lampu kristal yang menggantung disetiap sudut membuat dirinya terserang kebingungan.
Tubuh nya beranjak hingga ke-dua kakinya menapak diatas lantai kayu, gaun yang membalut tubuh membuat dirinya semakin kebingungan, penampilan kamar yang begitu asing juga aneh membuat dirinya berpikir bila ia tengah berada di kamar orang lain, siapakah sosok yang telah menyelamatkan nya?
Seketika isi kepala nya kembali mengingat kejadian awal pertama dirinya kabur dari rumah hingga tenggelam disungai kemudian terbawa arus. Hingga sampai ditempat ini.
"Apa aku masih hidup?" Gumam nya kemudian.
"Tapi dimana ini?" Kaki kecil nya perlahan keluar kamar.
Masih dalam keadaan kebingungan, Anna mulai menuruni anak tangga satu-persatu, ke-dua bola mata nya menyapu ke seluruh ruangan yang terlihat seperti ruang tamu, ruangan yang tidak terlalu besar namun berhasil membuat Anna terpukau, segala pajangan ruangan terlihat jauh berbeda dengan yang ada ditempat tinggal nya, ini terkesan baru juga aneh, tapi unik.
"Apakah aku di selamatkan oleh seseorang yang tinggal disini?" Gumam Anna dengan langkah yang terus melaju, bola matanya masih menyisir segala penjuru ruangan.
"Rapi sekali."
"Aku harus berterima kasih kepada seseorang yang telah menyelamatkan nyawaku."
Anna berjalan ke arah dapur, berniat untuk memasakkan sesuatu, tiba di dalam dapur, Anna hanya bisa menipiskan bibir seraya menggeleng pelan. "Alat-alat dapur disini terlihat begitu kuno."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...