Di atas kursi Anna memandangi para bintang dari balik jendela, cahaya-cahaya kecil itu bertaburan menghiasi angkasa malam, ke-dua manik biru milik Anna terus menyatu dengan para bintang di atas sana, malam ini terasa berbeda, dirinya kesulitan untuk tertidur, perasaan aneh terus menggerogoti hati Anna, perasaan gelisah tiba-tiba menghantam tanpa alasan, membuat benak Anna melalang buana.
Pandangan Anna beralih sekilas ke arah Fay yang sudah mendengkur di atas bantal nya, sejenak Anna menarik nafas kemudian membuang nya secara perlahan, dirinya mulai beranjak, tidak ada gunanya terus duduk, perasaan gelisah masih membalut hatinya, Anna menarik gorden lalu melangkah ke arah ranjang, pelan-pelan membaringkan tubuh dengan pandangan menyapu langit-langit kamar.
"Kenapa aku begitu sulit untuk tertidur?" Gumam Anna pelan sambil menarik selimut.
"Tidurmu sangat nyenyak ya Fay?"
"Huaaaa... Ada apa dengan diriku!"
Anna menggulingkan tubuh nya ke segala permukaan ranjang, tetap sia-sia, matanya enggan terpejam, dirinya mengusap wajah berharap hal itu dapat mengusir perasaan gelisah yang setia membelenggu, kemudian membungkus seluruh tubuh hingga dagu menggunakan selimut tebal, padahal sebentar lagi larut malam, namun Anna belum melangkah masuk ke alam mimpi.
"Aku baru menyadari kalau di dunia ini tidak ada listrik." Gumam Anna ketika melihat sebuah kristal terpasang di sudut kamar sambil menguarkan cahaya terang.
"Apa mereka semua baik-baik saja?" Ujar Anna pelan kala mengingat keluarga nya yang sudah berbeda dimensi.
Bola matanya perlahan redum, sinar kecil di ke-dua iris biru nya mulai kehilangan cahaya, Anna ingat betul bagaimana Michael memperkenalkan Ibu tiri serta saudara barunya, waktu itu Anna begitu bahagia bisa memiliki keluarga lengkap beserta adik di bawah atap yang sama, namun dirinya begitu naif, mereka semua hanya memanfaatkan kebaikan nya saja demi mencapai kebahagiaan sendiri, perlahan setetes air mata jatuh, Anna mulai terbuai mimpi kala benak nya kembali memberi kenangan terpahit semasa dirinya hidup di bumi.
•••
"Annaaaaaaa."
"Oh Annaaaaaaa."
"Annaaaaaaa banguuunn!" Teriak Fay sedari tadi membangunkan Anna yang setia tertidur pulas di atas ranjang, sekeras apapun suara nya, teriakan Fay tidak membuahkan hasil, Anna masih terlelap.
"Anna ayo bangun!"
"Cepat buka matamu!"
Akhirnya Fay menyerah, seraya membuang nafas panjang, Fay mendudukkan diri di atas kepala Anna seraya mengetukan sepasang kaki nya ke atas dahi gadis itu.
Cklek!
"Dia belum bangun?" Seusai pintu terbuka, Elena berujar sambil memegang alat dapur.
"Belum, aku sudah membangunkan nya berulang kali, tapi dia tidak membuka matanya sedikitpun." Balas mahkluk kecil itu dengan nada kesal.
Elena menggeleng, dirinya segera duduk di sebelah Anna yang masih memejamkan mata. "Hey sayang bangun, ini sudah siang."
"Hmmmm." Anna membalas tanpa membuka kelopak mata.
"Anna bangun, apa kau tidak mau ikut membantu persiapan untuk perayaan nanti malam?"
Seketika mata bulat Anna perlahan terbuka. "Nanti malam?"
"Ya kita akan merayakan sesuatu yang istimewa nanti malam, jangan bilang kau lupa." Ujar Elena lembut.
Benak Anna berkelana mengingat hal yang Elena maksud, seusai ingatan itu kembali hadir Anna segera bangkit dari tidurnya, mengundang senyuman manis di wajah Elena yang mulai terukir.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...