Zero memandangi para bangsa Wizard yang larut dalam kegiatan mereka membangun kembali tempat tinggal, perlahan kota yang rata habis terbangun kembali, sihir-sihir berkeliaran di udara mematuhi arah perintah yang di keluarkan, seusai melihat keadaan di sekitar seimbang tanpa ada kekacauan Zero segera beralih berjalan ke arah kedai yang baru hangat di bangun, lonceng kecil berdenting kala dirinya masuk ke dalam, Zero mengambil duduk di samping kaca bening agar dirinya dapat mengawasi para Wizard tengah membangun perumahan, beruntung nya para penyihir di wilayah Earthland mudah di kendalikan, tidak ada bantahan kala Zero memberi perintah, padahal mereka semua tidak begitu mengenali dirinya.
Di tengah keterdiaman nya pintu kedai kembali terbuka, menampilkan Andrian yang segera mengambil duduk di hadapan Zero.
"Kau belum pulang?"
Pandangan Zero yang tengah fokus ke arah seorang pelayan kue segera beralih ke depan. "Bila aku sudah pulang aku tidak akan berada di sini bodoh!"
Andrian membuang nafas berat. "Bisakah kau sopan sedikit kepada-ku?"
"Ck! Untuk apa aku menghormati-mu, kau hanya Raja bodoh yang tidak bisa melindungi rakyatmu."
Hati Andrian seakan ditimpa meteor api kala mendengar perkataan menyakitkan dari bibir Zero yang tak pernah disaring, tidak bisa melindungi katanya? Bila Andrian tidak bertarung bersama ke-tiga tikus itu, dirinya yakin, bukan wilayah nya saja yang rata.
Menyadari Andrian yang diam membisu, Zero segera mengambil roti yang terdampar di atas nampan seorang pelayan yang melewati nya.
"Makanlah ini, aku tahu kau pasti lelah setelah kejadian kemarin." Ujar Zero seraya menyodorkan roti tersebut.
"Aku akan kembali pulang seusai masalah di sini selesai." Sambungnya.
Sempat kebingungan dengan sikap Zero, Andrian segera mengambil roti itu lalu memakan nya. "Dimana Pangeran Axell? Aku belum melihat nya sedari tadi."
"Dia sedang melatih sihirnya."
"Kenapa kau tidak menemani nya?"
"Karena aku sedang sibuk."
Sebelah alis Andrian naik tinggi. "Sesibuk apa dirimu hingga tidak bisa menemani Pangeran Axell?"
"Sesibuk memilih para wanita cantik untuk di jadikan pendamping hidup." Ujar Zero tersenyum seraya mengedipkan sebelah mata ke arah pelayan yang tengah berjalan ke arah nya, pelayan tersebut langsung tersipu kala melihat senyuman dari seorang Zero.
•••
Memikirkan perasaan yang sedari tadi menyelimutinya Anna hanya menunduk, dirinya merasakan perasaan khawatir, Bagaimana keadaan Alaric sekarang? Apa pria itu mencarinya? Apa pria itu akan marah bila tahu dirinya kabur? Ntahlah Anna hanya bingung, sepertinya perasaan nya mulai tumbuh, semua perlakuan yang Alaric berikan kepada nya benar-benar membuat dirinya di landa kebimbangan.
Dugh!
Anna terlalu dalam memikirkan perasaan nya hingga tidak sengaja menabrak seseorang.
"Ma-maafkan aku." Ujarnya seraya mengangkat pandangan.
"Tidak apa-apa." Ujar wanita yang ditubruk Anna seraya memberi seulas senyum, namun alisnya saling menaut kala menangkap penampilan Anna yang terkesan aneh.
"Apa kau tersesat?" Tanya nya.
"I-iya aku tersesat."
"Katakan kau mau pergi ke kota mana? Mungkin aku bisa sedikit membantu-mu. Oh iya, kau bisa memanggilku Olive."
Seketika Anna tersungging senang. "Namaku Anna, aku ingin per—"
Perkataan Anna terpotong begitu saja oleh kehadiran dua orang berkulit pucat di hadapan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...