"Uwahhh."
Mulut Anna tidak berhenti menganga, menikmati belaian angin yang menerpa tubuh nya, hamparan awan tergambar jelas, tipis-tipis gumpalan putih tersebut menyentuh tubuh Archer bersama dirinya, Anna tidak bisa membayangkan ketinggian yang kini Archer capai sejauh mana, bahkan tinggi awan dapat tergapai oleh hewan Griffin itu, sayap Archer mulai memelan, tinggi yang mereka capai mulai merendah, Anna dapat menangkap keindahan dunia Immortal dari atas punggung Archer, ini terasa menyenangkan.
"Benar-benar mengagumkan!" Anna berseru hingga dapat Alaric dengar yang setia duduk di belakang nya.
"Kau menyukainya?" Tanya Alaric yang tengah menggenggam lengan mungil milik Anna.
Anna mengangguk. "Dunia ini begitu besar Willi."
"Hmm, karena besar nya melebihi bumi yang kau tinggali."
"Kau tahu tentang dunia-ku?" Anna menautkan alis penasaran.
"Dari matamu!"
Anna membuang nafas pelan. "Aku kira kau pernah pergi ke sana."
"Tidak, lagi pula bila aku pergi ke sana aku ragu bangunan yang ada di bumi masih utuh."
Anna memiringkan kepala sekilas untuk memandang wajah Alaric. "Benarkah? Memangnya kau tahu bangunan di dunia-ku seperti apa?"
Alaric mencubit hidung Anna sesaat. "Semuanya aku tahu, dan tentu lewat matamu."
"Aku benci manusia Nana, itu sebabnya aku tidak mau ke sana." Sambung Alaric membuat mata bulat Anna mendelik.
"A-apa? Aku juga manusia jika kau lupa Willi!"
Alaric mengecup pipi Anna yang memerah. "Kau pengecualian Nana."
Anna memalingkan wajah yang bersemu, tak lama dirinya kembali menatap Alaric seraya mendongak. "Kenapa kau membenci mereka?"
Alaric menunduk untuk membalas tatapan Anna kepada-nya. "Keserakahan mereka mengingatkan-ku kepada seseorang."
"Tapi tidak semua manusia di bumi seperti itu." Anna menarik sebelah lengan Alaric untuk dirinya peluk.
"Memangnya seseorang yang kau maksud seperti apa?"
Alaric menumpu dagunya di atas pucuk kepala Anna. "Tidak ada bedanya Nana, semua manusia di duniamu memiliki sikap seperti kotoran siput!"
Anna melotot mendengar itu. "Ko-kotoran siput?"
"Seseorang yang-ku maksud memiliki sikap semena-mena, suka memeras serta menjarah makhluk yang lemah, bahkan dia tidak peduli orang itu kesakitan atau tidak!" Alaric menggeram rendah di akhir kalimat.
Aura di sekitar tiba-tiba berubah mencekam, Anna yang akan berujar kembali dibuat bungkam, hawa yang Alaric keluarkan membuat dirinya takut.
Sadar bila tubuh Anna bergetar akibat ulahnya, Alaric langsung menghela nafas. "Itu tentang masa lalu-ku Nana, aku sungguh muak saat membahasnya!"
"Be-begitu, kalau begitu aku minta maaf." Ujar Anna seraya diam-diam melirik Alaric, takut bila pria itu benar-benar marah kepada nya.
Tapi sepertinya tidak, Alaric membuang nafas berat, kemudian pria itu mengusap pipi Anna sekilas, "Tidak usah di pikirkan." Ujar nya.
Anna mengangguk seraya mengulas senyum tipis, tatapan nya kembali menengadah hingga iris biru milik nya menangkap sebuah lautan yang permukaan nya seperti ditaburi serbuk-serbuk berlian.
"Indah sekali Willi."
"Itu adalah lautan Equestria." Balas Alaric. "Pelayan-mu pernah menceritakan nya bukan?"
"Ya, jadi itu laut nya?" Anna mengalihkan tatapan nya ke arah lain, seketika alisnya mengerut kala melihat pemandangan sebuah pohon yang kering dan menghitam dibalut oleh kabut serta awan gelap, menambah kesan lebih menyeramkan di tempat itu.
"Kenapa tempat itu begitu gelap Willi?" Tanya Anna menunjuk wilayah yang berbeda dengan yang lain, membuat rasa penasaran timbul di dalam otaknya yang mungil.
Alaric mengikuti arah tunjuk jari lentik milik Anna, setelah melihat apa yang Anna lihat, Alaric mulai menjelaskan. "Itu adalah wilayah Angeous Moon Black, wilayah bangsa Vampire, kau tahu bukan kaum seperti mereka benci cahaya?"
"Hmm, tidak aneh bila di sana begitu menyeramkan."
Seusai memakan waktu cukup lama untuk terbang ke kerajaan Neverley, akhirnya dari kejauhan Alaric dapat melihat menara dari kerajaan bangsa Fairy itu, serta berbagai tumbuhan yang memenuhi gerbang kerajaan Neverley, Archer mendaratkan diri di padang rumput yang tampak subur, Anna memandang beberapa bunga yang baru dirinya lihat seumur hidup.
Seraya menatap Alaric, Anna bertanya. "Bunga apa itu Willi?"
Alaric yang telah turun lebih dulu mulai menjawab. "King Protea, dan bunga yang pernah kau petik saat di taman kerajaan Diamond."
"Sangat cantik."
"Seperti dirimu."
Archer membungkukkan badan agar Anna lebih mudah untuk turun, tetapi saat baru akan menggerakkan kakinya, tubuh mungil Anna sudah lebih dulu di angkat oleh Alaric.
"Aku tidak ingin kau lecet sedikitpun." Ujar Alaric dengan wajah terkesan datar.
"Kau selalu saja berlebihan." Balas Anna seraya menggelengkan kepala pelan, melihat gerbang istana yang menjulang tinggi di depan nya, Anna langsung menelan ludah gugup, Anna yakin di dalam kastil megah itu banyak mahkluk yang disebut kaum Fairy, dirinya merasa begitu takut bila bertemu dengan mereka, bagaimana jika Anna melakukan kesalahan dan mereka mengubah dirinya menjadi sebuah bunga?
Menggelengkan kepalanya, Anna segera menatap Alaric yang tengah memerhatikan nya sedari tadi.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya pria itu ketika melihat gelagat Anna yang menurutnya aneh.
"Te-tentu saja!"
Menggenggam lengan Anna, Alaric segera berjalan memasuki gerbang Neverley. "Jangan takut, bila mereka berani melukaimu sebesar titik tinta saja aku tidak akan segan-segan meratakan istana ini."
"Jangan! Kau selalu saja seperti itu Willi!"
"Aku hanya melakukan nya untuk melindungimu." Ujar Alaric membela diri, tapi yang dikatakan nya benar, Alaric hanya ingin melindungi Ratu-nya.
Anna tidak membalas, dirinya terus melangkah untuk menyamai langkah nya dengan Alaric, kala pria itu berhenti Anna pun mengikuti, pandangan nya yang semula menunduk perlahan terangkat, sontak tubuh Anna mematung kala menangkap banyaknya prajurit berbaris rapi di hadapan kerajaan Neverley, tepat di barisan paling depan terlihat ada Mimosa tengah berdiri tegap bersama Zero.
Alaric menarik lengan Anna untuk berjalan lebih dekat, semua yang berada di sana menatap bingung kepada gadis yang dibawa oleh sang Lord, perlahan seluruh prajurit serta Mimosa membungkukkan badan.
"Salam yang mulia Lord, semoga berkah langit selalu tercurahkan kepada anda." Ujar mereka serempak kecuali pria bersurai biru, siapa lagi kalau bukan Zero.
"Aku tidak menyangka kau akan membawa yang mulia Ratu ke sini." Ujar Zero seraya tersenyum ke arah Anna yang berada di belakang Alaric.
Mimosa menegakkan badan dengan sepasang alis menaut kala mendengar perkataan Zero.Yang mulia Ratu? Apakah benar dia yang mulia Ratu? Mate dari yang mulia Lord?
Semua orang yang berada di sana sontak langsung menatap Anna, membuat gadis itu semakin gugup.
Alaric hanya menatap dingin seraya menaikkan sebelah alis. "Zero!"
Mengerti akan kode dari Alaric, Zero pun segera menatap pria di hadapan nya. "Baiklah-baik, kerajaan Neverley mendapatkan serangan dari pria yang tidak aku ketahui namanya, pria itu membuat seluruh penghuni kerajaan sekarat, lebih tepatnya setengah karena mereka semua tidak mati, hanya kesulitan bernafas." Menjeda ucapan nya sejenak, Zero menghela nafas pelan sebelum melanjutkan perkataan nya.
"Aku sudah menyembuhkan mereka semua dibantu oleh Putri Mimosa, tapi... "
"Tapi?"
"Ratu Carlisle mendapat kutukan, dan aku tidak bisa menyembuhkan nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasi[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...