Bab 22

49.8K 6K 82
                                    

Di bawah bumantara yang begitu cerah para burung beterbangan secara berpasangan, mengumbar kicauan merdu di pagi hari yang terasa lebih sejuk, kaum-kaum tengah sibuk berlalu-lalang seperti hari biasa, melakukan tugas mereka yang berbeda-beda, toko ramuan serta kue terbuka lebar, menyambut para pelanggan yang akan datang, lampu kristal padam dengan sendiri nya ketika cahaya sang mentari mulai tumpah ke dunia Immortal.

Sedangkan di sebuah kamar yang di kerumuni para kristal-kristal mungil tertangkap seorang gadis tengah memejamkan mata, tidak kenal tempat, Anna selalu bangun kala mentari sudah mendaki tinggi.

Tidak berselang lama pintu raksasa milik kamarnya terbuka pelan, menampakkan ke-dua gadis berpakaian seorang pelayan memasuki kamar Anna, masing-masing dari ke-dua nya membawa nampan juga satu buah gaun.

"Yang mulia belum bangun?" Tanya seorang gadis yang membawa nampan, dirinya segera menyimpan nampan tersebut di atas meja yang berjarak dekat bersama ranjang.

"Sepertinya belum." Balas teman nya yang membawa sebuah gaun di hiasi permata-permata kecil.

"Apa kita bangunkan saja?"

"Jangan! Bila yang mulia Ratu marah, kepala kita bisa dipenggal oleh yang mulia Lord."

Mendengar balasan dari teman nya sang pelayan yang sempat bertanya segera merapatkan bibir, merasa pegal karena berdiri, dirinya perlahan mendudukkan diri di atas karpet yang menyelimuti marmer.

"Sambil menunggu yang mulia Ratu bangun, bagaimana kalau kita bicara tentang Pangeran Axell?"

Temannya yang mendengar itu lantas memutar bola mata. "Sadarlah Lucy, kau tidak akan pernah disukai oleh seorang Pangeran, apalagi Pangeran itu adalah Pangeran Axell."

Sontak Lucy membulatkan mata. "Jangan terlalu jujur Riss, itu sangat menyakitkan."

Riss hanya dapat menggelengkan kepala.

Sedangkan di atas permukaan ranjang, Anna yang sudah sepenuhnya bangun tidak berniat mengubah posisi, masih setia membelakangi ke-dua pelayan yang tengah beradu mulut, tetapi karena rasa penasaran Anna perlahan menyembulkan kepalanya dari balik selimut, hingga dapat menangkap ke-dua gadis yang kini berada di hadapan nya, alis tipis Anna saling menaut, merasa heran kala melihat pakaian yang tengah dikenakan ke-dua pelayan tersebut, seperti pakaian yang hadir didalam dongeng, orang berkasta rendah kerap memakai pakaian seperti itu.

"Anda sudah bangun yang mulia?" Tanya Lucy kala menyadari Anna telah bangkit dari alam mimpinya.

Anna mulai mengubah posisi menjadi duduk tanpa mengucapkan sepatah kata, sontak Lucy dan Riss segera membungkukkan badan, membuat Anna melotot lebar karena terkejut mendapat perlakuan seperti itu. "A-apa yang kalian lakukan?!"

Ke-dua gadis itu segera menegakkan badan. "Tentu saja memberi salam kepada anda yang mulia."

Yang mulia katanya? Apa Anna tidak salah dengar?

Anna mengerjapkan matanya berulang kali, kakinya perlahan turun lalu berjalan ke arah jendela, Anna menyibak gorden yang menghalangi layar, sontak matanya membulat sempurna ketika disuguhkan pemandangan alam yang begitu indah, pegunungan tampak membentari seluruh perkotaan beserta kabut tebal yang perlahan sirna ditelan cahaya mentari.

"Di-dimana ini?" Tanya Anna dengan mulut terbuka.

Apakah dirinya masih bermimpi? Bila benar Anna berharap jangan ada orang yang membangunkan nya.

"Anda berada di kerajaan Diamond yang mulia."

Tubuh Anna perlahan berbalik. "Bisakah kalian jangan memanggil-ku seperti itu?"

DESTINY WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang