Bab2

84.1K 6.7K 39
                                    

Mentari yang semula baru mencuat kini sudah mendaki tinggi, perlahan siang menghampiri dengan cahaya yang kian menyengat kulit.

Dedaunan yang berguguran dari tangkai nya berserakan diatas hamparan rumput, pemandangan halaman belakang rumah perlahan bersih kala Anna menyapu seluruh daun kering yang terdampar dimana-mana.

Melihat separuh pekerjaan nya usai, Anna membuang nafas secara perlahan. "Masih ada waktu besok, sepertinya aku harus memasak dulu sebelum Ibu marah." Gumamnya pelan, kemudian membawa sepasang kaki memasuki pintu dapur, menyimpan sapu nya di samping pintu lalu mengambil langkah ke arah wastafel untuk mencuci ke-dua tangan nya.

Anna segera meraih celemek lalu membuka kulkas untuk memilah bahan-bahan yang akan dirinya buat menjadi makanan.

Anna memiliki hobby memasak serta melukis ketika dirinya berumur delapan tahun, Ibu kandung nya yang mengajarkan Anna, kala Anna sedang berlibur dirinya sering memasak dengan Ibu nya dulu, tentu tidak langsung bisa, Anna sering mendapatkan luka bakar ditangan nya ketika latihan memasak.

Bila dipikirkan kembali, Anna jadi rindu dengan sosok Ibu nya dulu, rindu dengan suara lembutnya juga rindu dengan pelukan hangatnya.

Tuk!

"Aw!" Pekik Anna kala tengah asyik melamun tiba-tiba benda kaca mendarat diatas dahi nya.

"Jangan melamun! Kerjakan dengan cepat aku sudah lapar." Ujar Fiona memerintah, wanita itu meletakkan mangkuk yang sempat dirinya ambil ke tempat semula.

"Ba-baik."

"Kau belum mandi? Jorok sekali!" Ujar Fiona sambil menggelengkan kepala saat melihat adik tirinya masih memakai baju piama, lalu tanpa beban Fiona mulai mendudukan diri di kursi makan.

Anna tidak berniat menyahut, dirinya hanya sibuk dengan bahan-bahan dan peralatan dapur, belum ada waktu bagi Anna untuk membersihkan diri, dari pagi menjelang dirinya sibuk dengan tugas rumah serta tugas-tugas lain, hingga detik sekarang, Anna kembali berkutat bersama tugas dapur atas perintah sang Ibu tiri.

Makanan sudah siap, Anna langsung membawa nya ke atas meja, namun ke-dua alis nya melipat kala mendapati hanya kakak ke-dua nya saja yang ada dimeja makan, dimana yang lain?

"Ibu pergi ke pasar bersama Felix, kak Fely belum pulang dan Ayah masih di kantor." Balas Fiona ketika melihat raut wajah Anna.

"O-oh."

"Bila kau sudah membersihkan diri bereskan bajuku sekaligus setrika, aku akan ke rumah temanku nanti sore."

"Ah tentu." Sahut Anna manis, dirinya hanya pasrah, lagi pula bila menolak Fiona akan memukul nya atau melakukan hal yang lebih parah lagi.

Kegiatan makan-memakan telah usai, Anna segera mengambil langkah untuk pergi menuju kamarnya untuk membersihkan diri, usai dengan ritual mandi, Anna membawa sepasang kaki nya menuju kamar Fiona yang sama-sama terletak di lantai dua.

Membuka lemari serta mengambil baju untuk dirinya setrika, karena benda itu berada disamping kaca Anna bisa leluasa melihat pepohonan menjulang yang berada dibelakang rumah.

"Aneh." Gumam Anna kala melihat pemandangan yang menampilkan pohon-pohon raksasa, tidak ada perumahan atau jalan, apa rumahnya benar-benar ditengah hutan? Sepertinya iya.

Sudahlah, lebih baik Anna kembali fokus ke pekerjaan nya sebelum Fiona memarahi nya.

•••

Anna membantingkan tubuh mungil nya ke atas ranjang, begitu lelah seusai seharian mengerjakan semua pekerjaan rumah.

Anna kembali bangkit lalu keluar menuju balkon kamar, mendudukkan diri di sana sembari memeluk lutut, memandangi bulan serta bintang yang menghiasi malam.

DESTINY WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang