Teriakan-teriakan para prajurit berpadu dengan suara warga yang kepanikan, malam yang tadinya ramai dengan candaan serta senyuman kini berubah menjadi malam yang menakutkan, banyak warga yang tergeletak dengan wajah membiru serta urat-urat terlihat dari sisi wajah mereka.
Anna berlari ke arah kerumunan para warga kala mendengar suara teriakan, kakinya melangkah ke arah seorang gadis yang begitu dirinya kenali, lantas jari-jemari Anna bergetar hebat sesudah menangkap wajah sahabat nya yang jelas berbeda. "Emily... "
Urat hitam memenuhi dahi Emily beserta mata terpejam erat, dari sudut bibir Emily terlihat darah segar yang keluar.
"Emily... Ada apa dengan-mu?" Ujar Anna seraya memeluk erat tubuh Emily, bibir gadis itu bergetar, hingga Anna berhasil mengeluarkan isak tangis meski terdengar pelan akibat kericuhan di sekitar.
Arthur yang mengejar Anna dari belakang dibuat terdiam kala di suguhkan pemandangan desa yang benar-benar kacau-balau. "Apa yang terjadi?"
Seorang wanita dengan wajah memerah padam tiba-tiba menghampiri Anna hingga setelah dekat...
Plakk!
Seketika tamparan keras mendarat di atas pipi Anna, menciptakan bekas merah serta rasa panas yang menjalar di permukaan wajah, air mata Anna semakin turun deras, gadis itu tidak berniat membuka suara.
"Dasar Wizard cacat! Apa yang telah kau lakukan huh?! Apa kau berniat membunuh kami semua?" Gertak wanita yang menampar Anna dengan amarah yang meluap-luap.
Anna menangis tanpa suara seraya mempererat pelukan di tubuh Emily, padahal semua orang telah mencicipi kue buatan nya sebelum perayaan di mulai, mereka memuji kelezatan nya, tapi mengapa berakhir mengerikan seperti ini.
Arthur yang berada di samping Anna mulai berjongkok seraya memegang ke-dua pundak gadis itu yang bergetar hebat, Arthur tidak terima melihat Anna di tampar tanpa melakukan perlawanan ketika orang membentak nya.
"Memangnya apa yang telah terjadi? Kau tidak bisa menuduh orang sembarangan!" Sorot mata Arthur perlahan menajam.
"Dia telah memasukkan sesuatu ke dalam kue nya, dan semua orang yang telah memakan kue buatan nya menjadi seperti ini!" Seru wanita itu seraya menunjuk semua orang yang tergeletak tak sadarkan diri di atas permukaan tanah.
Arthur tentu saja tidak percaya, begitu mustahil gadis sebaik Anna melakukan hal sekeji ini, itu tidak mungkin, namun tak berselang lama segerombolan prajurit telah mengepung mereka berdua, separuh dari prajurit tersebut mengacungkan pedang mengkilat nya tepat di depan wajah Anna yang langsung membola.
"Kau gadis pembuat kue itu bukan? Apa kau sadar apa yang telah kau lakukan?" Tanya salah satu seorang prajurit dengan tatapan penuh intimidasi.
Anna tidak bisa melakukan apapun selain menganggukkan kepala nya, wajah gadis itu telah berantakan oleh air mata, apalagi saat melihat kondisi Emily yang separah ini, meskipun keadaan nya sekarang begitu membingungkan, Anna tidak bisa melawan karena tidak memiliki kekuatan, bila dirinya berusaha menjelaskan mereka tidak akan percaya.
"Tangkap dia." Suruh prajurit itu.
Bola mata Arthur membulat. "Dia tidak bersalah!"
Sang prajurit hanya menaikkan sebelah alis. "Dia bersalah dan berniat meracuni warga yang berada disini!"
"Tidak ada buktinya jika Anna bersalah!" Bela Arthur seraya menahan gejolak emosi yang perlahan menghantam kepala nya.
"Kita akan mencari buktinya nanti, tapi kami harus membawa gadis itu terlebih dahulu ke ruangan bawah tanah istana."
"Tidak!" Tolak Arthur tegas.
"Jangan menghalangi kami Tuan, itu sudah menjadi peraturan kerajaan, jadi menyingkirlah!" Tekan prajurit tersebut sambil mendorong Arthur agar menjauh, dirinya menyeret Anna yang tengah duduk sambil menangis.
Semua orang yang berada di sana berlomba-lomba melemparkan tatapan jijik serta benci kepada Anna, di dalam benak semua orang Anna sengaja melakukan hal keji tersebut, hingga kesalahpahaman terjadi, Arthur yang menangkap Anna didorong dengan kasar bahkan hampir terjungkal segera mengambil langkah ke tempat prajurit itu berkerumun, dirinya tidak bisa menahan amarah nya lebih lama lagi bahkan kini bukan Arthur tapi Ares yang mengambil alih, yaitu Wolf nya.
Namun beberapa langkah lagi akan menyerang prajurit tersebut, tiba-tiba ada yang menahan nya dari arah belakang.
"Jangan gegabah Arthur!" Ansel datang seraya mencekal lengan Arthur begitu kuat.
"Kita lihat saja nanti, dan lebih baik kita cari bukti bahwa Anna tidak bersalah."
Ares yang mendengar itu segera beralih Sift lagi dengan Arthur, dirinya memandang kereta kuda yang membawa Anna di dalam nya sudah berjalan menjauh.
Sedangkan gadis pirang yang melihat pemandangan itu sedari tadi hanya tersenyum puas, apalagi saat melihat gadis Wizard yang di bencinya telah di bawa oleh para prajurit istana.
"Sebentar lagi kau akan lenyap Wizard cacat!"
•••
"Bagaimana pestanya yang mulia? Saya harap yang mulia menikmati nya." Ujar Louis seraya meminum secangkir wine yang berada dalam genggaman tangan kiri nya.
Sang Lord setia diam, enggan membalas, dirinya hanya memandang pesta didepan nya dengan tatapan datar, pesta yang begitu ramai di datangi oleh para bangsawan kaum Wizard, pestanya diadakan di istana utama, istana mana lagi kalau bukan istana Herliconia.
Yang terlintas di dalam benak sang Lord detik ini hanya pesta membosankan yang dirinya nikmati, tidak ada hal yang menarik bagi dirinya, sebelah lengan nya menopang dagu, manik gelap nya menangkap sekumpulan para Lady yang mencuri pandang kepada nya, bila acara sekarang bukan pesta, mungkin sang Lord sudah mencokel bola mata mereka, sungguh membuat dirinya muak. Namun perasaan yang belum pernah dirinya rasakan datang kembali, ntah mengapa akhir-akhir ini perasaan itu selalu datang secara tiba-tiba, dan anehnya perasaan itu sedari tadi tidak hilang menyelimuti nya, ada apa sebenarnya?
Beribu-ribu tahun hidup, baru pertama kalinya sang Lord merasakan perasaan gelisah.
Ada yang salah dengan diriku.
Tidak lama kemudian pesta berdansa dimulai, banyak para Lady yang ingin mengajak Lord mereka untuk berdansa, namun apa daya, baru menatap manik mata sekelam malam milik sang Lord nyali mereka langsung menciut, iris mata yang begitu tajam seperti pedang yang akan menghunus kapan saja, membuat yang melihat nya seperti dikuliti hidup-hidup. Namun wajah yang terpahat sempurna bak seorang dewa membuat para kaum wanita tergila-gila, tapi sayangnya, wajahnya yang begitu tampan namun hatinya mencerminkan iblis yang nyata.
Tidak bisa menahan perasaan gelisah nya lebih lama lagi, sang Lord segera beranjak, serempak membuat semua orang yang berada disana menghentikan kegiatan berdansa mereka, semuanya menatap sang Lord dengan sorot mata akan ketakutan yang begitu kentara.
Sang Lord kembali mengambil langkah seraya merentangkan sebelah lengan nya ke depan, menciptakan sebuah portal dengan tulang-belulang yang membentari setiap tepi, seluruh bangsawan sontak bergetar ketakutan dengan kehadiran portal mengerikan tersebut.
"Anda mau kemana yang mulia?" Pertanyaan Louis berhasil memecahkan kesunyian di aula.
Sang Lord tidak menyahut, sepasang kakinya mulai memasuki portal, namun suara yang berasal dari pangeran pertama kerajaan Herliconia berhasil menghentikan langkah nya.
Seusai dekat dengan sang Lord, pangeran pertama tadi segera membungkuk seraya berujar. "Izinkan saya ikut dengan anda yang mulia, saya ingin belajar mengendalikan sihir saya di kerajaan Diamond."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Dunia bukan misteri yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dijalani." Anna tidak menyangka jika hutan lebat yang dimasukinya menyimpan dunia lain, dihuni oleh...