Bab 29

43.8K 4K 26
                                    

"Kenapa Putri Victoria menolak untuk menikah bersama-ku?"

"Apa aku kurang tampan?" Tanya Andrian kepada pelayan yang tengah melayani nya, garis wajah nya tampak lesu karena sudah ribuan kali di tolak secara terang-terangan oleh gadis yang dirinya idamkan sejak dulu.

"Tidak yang mulia, anda begitu tampan, mungkin Putri Victoria membutuhkan waktu untuk menjawab lamaran anda." Balas pelayan di samping nya seraya menyuapi beberapa buah kepada-nya yang menduduki posisi sebagai Raja.

Andrian yang duduk di atas kursi kekuasaan nya terdiam cukup lama, bila benar apa yang di katakan pelayan nya, mungkin dirinya masih mempunyai kesempatan untuk memperjuangkan cinta sucinya kepada Putri Elf itu.

"Ini minuman anda yang mulia." Ujar salah satu pelayan yang baru tiba seraya membawa nampan yang terdapat sebuah cangkir emas di sana.

Andrian segera mengambilnya, kemudian meminum wine yang ada di dalam cangkir tersebut, iris matanya yang se-cokelat madu menatap lurus ke depan, dirinya merasakan bila sesuatu hal yang buruk akan terjadi, dan benar saja, tidak lama suara ledakan terdengar dari pintu utama di susul beberapa prajurit berlarian ke arah nya.

"Maaf yang mulia, kerajaan kita sudah diserang." Ujar salah satu prajurit tersebut sembari membungkuk hormat, nafas nya berhembus dengan tidak teratur.

Andrian segera beranjak, menatap prajurit di hadapan nya dengan tatapan serius. "Siapa yang berani menyerang kita?"

"Hanya beberapa gadis tapi mereka memi—"

Belum sempat prajurit itu melanjutkan perkataan nya, sebuah sihir datang mengenai bagian dada nya hingga menembus tubuh, kemudian mendarat di atas dinding ruangan hingga menciptakan suara ledakan yang menggema.

Duarrr!

Andrian memicingkan matanya tajam, hingga dirinya dapat menangkap seorang gadis bersurai cokelat sembari di ikuti oleh segerombolan kaum yang tampak berbeda, kulit mereka sepenuhnya memutih seolah tidak ada aliran darah yang tercipta, seluruh lengan tertelan urat hitam disertai mulut menganga lebar.

"Siapa kau?!" Tanya Andrian —seorang pria muda yang kini menduduki takhta Raja serta menguasai wilayah Earthland di bawah kaki nya.

"Seseorang yang ingin meratakan kerajaanmu." Ujar Talisa seraya membawa lengan seseorang yang sudah terlepas dari anggota tubuhnya.

"Aku dengar Jennie gagal menjalankan tugasnya dan berakhir mati di tangan pangeran Louis." Ujar Tina yang berhasil menyusul ke-dua saudara nya.

"Bukan pangeran Louis yang membunuhnya, tapi tangan kanan nya yang mulia Lord." Kini Tillie yang berbicara, saudara tertua dari ke-dua gadis itu.

Talisa meledakkan tawa. "Kasihan sekali, dia terlalu lemah hingga berakhir menyedihkan."

Andrian hanya menatap mereka dengan tatapan malas, namun sepasang alisnya saling menaut kala melihat Tillie memiliki mata di atas dahi nya, sedangkan ke-dua matanya di selimuti oleh kain, ke-dua gadis itu juga sama dengan nya, Andrian sempat berpikir bila ke-tiga gadis itu buta, tapi kenapa mereka menyerang kerajaan nya?

Andrian Edmund, Raja dari kerajaan Earthland yang baru naik takhta beberapa bulan yang lalu, umurnya yang masih terbilang muda sekitar 987 tahun menjadikan nya sebagai Raja Wizard termuda di dalam urutan Raja yang lain, kerajaan Earthland adalah kerajaan industri perdagangan di wilayah Herliconia, kerajaan ini selalu mengolah berbagai macam-macam benda seperti batu safir dan beberapa berlian untuk di jadikan perhiasan.

Namun tidak disangka-sangka kerajaan yang baru Andrian genggam belum lama sudah mendapatkan kejutan, menghela nafas pelan Andrian berjalan mendekat ke arah ke-tiga gadis itu. "Sebenarnya apa mau kalian?"

"Kami hanya menginginkan kehancuran."

Seketika sebelah alis Andrian naik tinggi, kehancuran katanya? Lelucon macam apa itu.

Tidak mau membuang waktu, Tina segera mengarahkan sihir es berbentuk pedang dengan jumlah yang tidak sedikit ke arah Andrian.

Andrian belum beranjak, kala sihir es itu akan mengenainya beberapa jengkal lagi, dirinya segera mengarahkan lengan nya ke depan sihir Tina, tidak lama angin yang begitu kencang muncul hingga es yang nyaris mengenainya langsung mencair, netra cokelatnya memindai ke sekitar, pelayan yang sempat melayaninya telah berubah seperti orang-orang di depannya itu, benar-benar merepotkan.

Menghela nafas sebentar, Andrian mengalihkan lengan nya ke atas, tidak lama angin yang begitu besar datang hingga meleburkan barang-barang yang berdiri di sana, dinding di sekitar terlihat retak serta orang-orang tadi langsung terhempas membentur dinding tersebut, tidak mau berlama-lama Andrian segera meluncurkan sihir ke-dua yang berupa petir, namun gerakan nya terhenti kala Tillie menjentikkan jarinya, bersamaan dengan jentikan jari itu mata yang berada di permukaan dahinya berkedip.

Saudara ke-dua nya —Talisa tersenyum lebar, dirinya langsung melemparkan beberapa belati ke atas tubuh Andrian di susul dengan sebuah tendangan yang begitu kuat hingga tubuh pria itu membentur dinding, bahkan saking kuatnya dinding itu sampai berlubang.

Bugh! Duarr!

"Sialan." Umpat Andrian kala merasakan sakit di sekujur tubuh, sepertinya belati yang menancap di tubuhnya itu mengandung racun, menangkap lengan nya yang sempat membiru di sertai beberapa urat hitam muncul dari tancapan belati tersebut, Andrian segera bangkit dari duduknya.

Ya dirinya terhempas oleh tendangan Talisa hingga terduduk, bahkan beberapa batu tembok mengenai kepalanya, Andrian tidak bisa membayangkan seberapa kuatnya tendangan dari gadis itu.

Melihat para prajurit kerajaan yang melawan ke-tiga gadis itu Andrian mengerti dengan sihir apa yang mereka gunakan, Tillie bisa menghentikan waktu, sedangkan ke-dua saudaranya memiliki sihir yang sama namun Tina bisa mengendalikan seseorang.

Baru akan melangkahkan kakinya tiba-tiba Andrian di hantam rasa sakit yang luar biasa di kepalanya, kala tatapan nya berlabuh ke depan seketika matanya langsung melebar. "Apa...?"

Ke-tiga gadis itu hanya tersenyum kala menciptakan sihir yang begitu luar biasa, perpaduan petir serta api, benar-benar cocok untuk meratakan kerajaan Earthland, Tillie segera mengambil alih sihir tersebut dengan lengan kirinya, mengarahkan nya ke atas, seketika cahaya langsung melengking, menyilaukan mata yang melihat.

Melihat senyuman menjijikkan dari ke-tiga gadis itu seketika rahang Andrian langsung mengetat, lengan nya terkepal kuat hingga ruas jari-jarinya memutih. "Bajingan."

Tillie menggunakan sihirnya hingga tubuhnya langsung melayang di udara, semakin tinggi dan tinggi setelah merasakan ketinggian yang pas, Tillie segera mengarahkan sihir yang dibuatnya dengan ke-dua saudaranya itu ke arah pemandangan kota yang berada di bawahnya, mengukir senyum tipis seusai merasakan ke-dua saudaranya telah menghilang, Tillie segera melesatkan sihirnya ke bawah, namun sebelum itu sebuah sihir petir lebih dulu menyambar ke arah kerajaan Earthland hingga suaranya menggelegar.

Jederrr!

Meruntuhkan menara yang berdiri di sana, di susul oleh sihir yang luar biasa hingga suara ledakan yang dahsyat menggema.

DUAR!

Sedikit demi sedikit kota itu hancur, namun Andrian yang seorang Raja di sana memiliki sihir yang berbeda dengan para Wizard lainnya, dirinya menahan sihir ke-tiga gadis itu menggunakan sihirnya, meskipun lengan nya habis terbakar secara perlahan karena sihir api tersebut, Andrian berfikir bila ini bukan hal apa-apa ketimbang nyawa rakyatnya yang mati tidak bersalah.

Tillie tersenyum puas kala menatap pemandangan di bawah nya yang semakin melebur, orang-orang perlahan berubah menjadi sebuah butiran abu.

"Matilah kalian! dan rasakan bagaimana rasanya kesakitan yang tidak berujung!"

DESTINY WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang